Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 5 Maret 2025

tanamduit Breakfast News: 5 Maret 2025

oleh | Mar 5, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG 4 Maret Anjlok 2,14%, Kontras dengan IHSG 3 Maret yang Melejit 3,97%.
  • Rupiah Menguat, Obligasi Naik, Saham Jadi Korban Perang Dagang AS-China
  • Harga Emas Naik Lagi, Tarif Trump Buat Investor Berlindung di Emas Sebagai Aset Safe Haven.
  • Yield Obligasi US Treasury Turun Lagi, Tarif Trump Picu Kekhawatiran Pasar dan Penurunan Suku Bunga.
  • Dolar AS Turun Drastis, Perang Dagang Buat Pasar Panik.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 4 Maret 2025.

data-market-update-5-maret

IHSG 4 Maret Anjlok 2,14%, Kontras dengan IHSG 3 Maret yang Melejit 3,97%

Selasa (4/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 2,14% ke level 6.380,4, kontras dengan kinerja positif sehari sebelumnya.

Pada Senin (3/3/2025), IHSG justru melesat 3,97% ke level 6.519,66, didorong oleh pertemuan antara BEI, OJK, dan pelaku pasar untuk membahas pemulihan pasar setelah penurunan drastis di hari Jumat (28/2/2025).

Namun, sentimen positif itu tidak bertahan lama. Pada 4 Maret, seluruh sektor berada di zona merah. Sektor bahan baku (-7,05%), utilitas (-4,97%), dan properti (-4,17%) menjadi penyumbang penurunan terbesar.

Penurunan IHSG pada 4 Maret dipicu oleh aksi jual besar-besaran pada saham-saham emiten besar.

Saham Amman Mineral Internasional (AMMN) turun 11,76%, Barito Renewables Energy (BREN) turun 5,08%, dan Chandra Asri Pasific (TPIA) turun 8,05%. Tak hanya itu, saham-saham lain seperti GOTO, ADRO, dan BMRI juga ikut tertekan.

Kondisi ini diperparah oleh sentimen negatif eksternal, seperti eskalasi perang dagang AS-China, di mana AS menaikkan tarif impor China dari 10% menjadi 20% dan memberlakukan tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko.

Selain itu, pasar juga khawatir dengan ancaman stagflasi AS akibat inflasi yang memanas dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Dalam hal ini, penurunan harga saham perbankan pada 4 Maret 2025 disebabkan oleh kombinasi faktor eksternal (perang dagang AS-China, pelemahan pasar global, dan capital outflow) serta faktor internal (ketidakpastian regulasi dan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi).

Saham-saham perbankan big caps seperti BBRI, BMRI, dan BBNI mengalami penurunan bervariasi, umumnya antara 1-4%, tergantung pada sensitivitas masing-masing saham terhadap sentimen pasar.

Walaupun IHSG mengalami penurunan yang dalam, investor asing mencatat transaksi net buy sebesar Rp594 miliar. Transaksi net buy investor asing menjadi buah dari peningkatan rating saham-saham Indonesia, terutama saham perbankan, oleh JP Morgan pada Jumat lalu.

Secara keseluruhan, perbandingan kinerja IHSG antara 3 dan 4 Maret 2025 menunjukkan betapa volatilnya pasar saham.

Jika pada 3 Maret IHSG melesat hampir 4% berkat upaya pemulihan oleh otoritas dan pelaku pasar, sehari kemudian indeks justru ambruk karena sentimen negatif global dan tekanan jual domestik.

Kedua hari ini menjadi cerminan bahwa IHSG sangat rentan terhadap dinamika eksternal dan internal, serta membutuhkan langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasar. (CNBC Indonesia, Bisnis, AI)

Rupiah Menguat, Obligasi Naik, Saham Jadi Korban Perang Dagang AS-China

Meskipun perang dagang AS-China semakin memanas, rupiah justru menunjukkan performa positif dengan menguat 0,21% ke level Rp16.445/USD.

Penguatan ini menjadikan rupiah sebagai mata uang Asia dengan performa terbaik keenam, didorong oleh pelemahan dolar AS dan ekspektasi pelonggaran kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve.

Selain rupiah, mata uang Asia lainnya seperti baht Thailand dan yuan China juga mencatatkan penguatan. Sebaliknya, ringgit Malaysia dan rupee India masih tertekan.

Di tengah ketidakpastian pasar saham, instrumen fixed income seperti surat utang negara (SUN) justru diminati investor.

Imbal hasil SUN turun di hampir semua tenor, menunjukkan kenaikan harga surat utang. Hal ini menandakan bahwa investor mencari instrumen yang lebih aman, seperti obligasi, di tengah meningkatnya ketegangan perang dagang.

Tak hanya itu, sentimen positif dari pasar obligasi AS juga turut mendorong kenaikan harga surat utang domestik.

Meski rupiah dan obligasi menunjukkan performa positif, pasar saham justru terpuruk. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 2,14%, menghentikan reli kenaikan hari sebelumnya.

Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap dampak perang dagang yang semakin sengit, terutama setelah China mengumumkan tarif balasan pada produk AS.

Dengan demikian, meskipun rupiah dan obligasi menunjukkan performa positif, pasar saham tetap menjadi korban dari ketegangan perang dagang yang belum terindikasi mereda. (Bloomberg Technoz)

Harga Emas Naik Lagi Karena Tarif Trump Membuat Investor Berlindung di Emas Aset Safe Haven

Selasa (4/3/2025), harga emas hampir mencapai rekor tertinggi dengan kenaikan 0,18%, menyentuh USD 2.915 per ons.

Kenaikan ini dipicu oleh keputusan Presiden Trump yang memberlakukan tarif impor tinggi pada beberapa mitra dagang utama AS, seperti Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Langkah ini memicu ketegangan perdagangan global dan membuat investor berlindung ke aset aman, seperti emas.

Kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi global semakin meningkat setelah data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan, termasuk penurunan pesanan manufaktur dan kontraksi di sektor jasa.

Selain itu, ketegangan geopolitik juga memperkuat permintaan terhadap emas. AS menghentikan bantuan ke Ukraina dan dikabarkan mulai meringankan sanksi terhadap Rusia, yang memperburuk hubungan dengan sekutu Barat.

Situasi ini menambah ketidakpastian di pasar global, mendorong investor mencari perlindungan di aset yang dianggap aman seperti emas.

Kombinasi ketegangan perdagangan dan risiko geopolitik membuat emas menjadi pilihan utama di tengah gejolak ekonomi. (Trading Economics)

Yield Obligasi US Treasury Turun Lagi, Tarif Trump Picu Kekhawatiran Pasar dan Penurunan Suku Bunga

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun sekitar 1% ke 4,15% pada Selasa (4/3/2025) lalu. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif baru yang diberlakukan Presiden Donald Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok.

Tarif impor yang mencapai 25% untuk beberapa produk ini memicu ketegangan perdagangan dan meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Investor pun mulai memprediksi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga untuk menstabilkan ekonomi.

Alhasil, imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun ke level terendah sejak Oktober, mencerminkan pesimisme pasar.

Respons dari negara-negara yang terkena tarif semakin memperburuk situasi. Tiongkok memberlakukan tarif balasan pada produk AS, sementara Kanada mengenakan tarif pada barang-barang seperti jus jeruk dan anggur.

Ketegangan perdagangan ini, ditambah data ekonomi AS yang melemah, membuat investor semakin yakin bahwa The Fed akan memotong suku bunga dalam waktu dekat.

Pasar bahkan memperkirakan pemotongan suku bunga bisa mencapai 77 basis poin tahun ini, jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. (Reuters)

Dolar AS Turun Drastis, Perang Dagang Bikin Pasar Panik

Selasa (4/3/2025), indeks dolar AS (USD Index/DXY) turun sekitar 1%. Penurunan ini terjadi untuk kedua kalinya berturut-turut, mencapai level terendah dalam tiga bulan di angka 106,1. 

Kekhawatiran atas perang dagang yang semakin panas setelah AS memberlakukan tarif baru pada Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, memicu penurunan indeks dolar.

Terlebih, ketiga negara tersebut langsung membalas dengan tarif balasan, memperburuk ketegangan perdagangan global.

Tak hanya itu, Presiden Trump juga mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif pada produk pertanian impor, menambah ketidakpastian di pasar.

Dampak dari kebijakan tarif ini mulai terlihat pada ekonomi AS. Data terbaru menunjukkan perlambatan di sektor manufaktur, dengan penurunan dalam produksi, lapangan kerja, dan harga.

Hal ini membuat dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya, termasuk dolar Kanada, yang sempat menguat sebelumnya.

Investor kini menunggu pidato Trump untuk mencari petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan perdagangan AS ke depan. (Trading Economics)

Ulasan:

  • Volatilitas harga saham dan obligasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama dari masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang USD sehingga investor global lebih memilih berinvestasi di pasar AS.
  • Diturunkannya peringkat saham Indonesia oleh MSCI dari equal weight menjadi under weight turut menekan harga saham Indonesia. Namun, JP Morgan merekomendasikan overweight terhadap saham-saham blue chips, terutama saham sektor perbankan, konsumen, dan infrastruktur. Hal ini menjadi sentimen positif bagi investor, termasuk investor asing.
  • Data terakhir ekonomi AS, yaitu melemahnya Purchasing Managers’ Index yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas produksi atau jasa, membuat investor menduga bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan melambat. Namun, tingginya inflasi dan melemahnya penjualan ritel memberikan sinyal yang mixed mengenai arah suku bunga. Tingginya inflasi akan membuat suku bunga USD tetap tinggi. Namun, melemahnya penjualan ritel yang menggambarkan turunnya daya beli masyarakat memberi sinyal bahwa US Fed perlu menurunkan suku bunga untuk meningkatkan daya beli.
  • Kebijakan tarif Trump membuat harga obligasi US menjadi volatil. Selanjutnya, hal ini akan membuat harga obligasi rupiah juga volatil, serta menekan mata uang rupiah.
  • Harga emas masih berpotensi naik, karena pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral utama dunia masih akan berlangsung sebagai usaha untuk diversifikasi portofolio cadangan devisa selain obligasi US Treasury.

    Rekomendasi:

    1. Prioritaskan Reksadana Pendapatan Tetap
    • Dengan ketidakpastian pasar saham dan kenaikan harga obligasi, reksadana yang berfokus pada instrumen fixed income (seperti SBN) bisa menjadi pilihan aman.
    • Reksadana campuran dengan porsi besar di obligasi juga bisa dipertimbangkan untuk mengurangi risiko volatilitas saham.

    2. Untuk Jangka Pendek, Hindari Reksa Dana Saham Sementara

    Volatilitas tinggi di pasar saham membuat reksadana saham berisiko dalam jangka pendek. Jika tetap ingin berinvestasi, pilih reksa dana saham dengan eksposur ke sektor defensif, seperti konsumsi atau kesehatan.

    3. Manfaatkan Peluncuran SBN Seri ST014

    SBN seri ST014 bisa menjadi pilihan menarik, terutama dengan kondisi pasar yang volatil. SBN menawarkan imbal hasil stabil dan risiko rendah.

    4. Diversifikasi Portofolio.

    Kombinasikan reksadana pendapatan tetap, emas, dan sektor defensif untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang di berbagai instrumen.

    5. Tingkatkan Alokasi ke Emas:

    • Harga emas naik karena ketegangan perdagangan AS-China dan risiko geopolitik. Emas adalah aset safe haven yang cocok untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian.
    • Pantau Harga Emas Global, harga emas dipengaruhi oleh faktor global seperti kebijakan Federal Reserve, perang dagang, dan inflasi. Pantau perkembangan ini untuk menentukan waktu beli atau jual yang tepat.
    • Emas cocok untuk investasi jangka panjang, terutama jika ketegangan geopolitik dan ekonomi global masih berlanjut.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile