Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 27 Februari 2025

tanamduit Breakfast News: 27 Februari 2025

oleh | Feb 27, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Menguat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global.
  • IHSG Terjun Bebas Sejak September 2024, Apa yang Sebenarnya Terjadi di Pasar Saham Indonesia?
  • Harga Surat Utang Negara Masih Tertekan.
  • Harga Emas Tertekan oleh Sinyal “Hawkish” The Fed.
  • Yield Obligasi US Treasury Stabil di Tengah Ketidakpastian Ekonomi.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 26 Februari 2025.

data-market-update-27-februari

IHSG Menguat di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

Pada Rabu, 26 Februari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan 0,29% menjadi 6.606,18.

Kenaikan ini didorong oleh penguatan saham-saham seperti PT DCI Indonesia Tbk. (DCII), PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).

Meskipun mengalami ketidakpastian di awal perdagangan, IHSG berhasil rebound dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp11.426 triliun. Tercatat 253 saham menguat. Sementara itu, 383 saham lainnya mengalami penurunan.

Namun, situasi di pasar saham Asia cukup bervariasi. IHSG sempat melemah 0,37% sebelumnya, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang perekonomian AS yang terindikasi melemah.

Investor cenderung bersikap hati-hati dengan mencerna data keyakinan konsumen yang lemah dari AS. Data ini menjadi katalis negatif bagi pasar saham.

Di saat yang sama, beberapa saham masih mencatatkan kenaikan signifikan. Saham PT Indal Aluminium Industry Tbk. (INAI), misalnya, melejit hingga 34,4%.

Meski begitu, bursa saham lain di Asia, seperti Hang Seng dari Hong Kong dan Shanghai Composite di China justru mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan perbedaan dinamika pasar saham di tiap-tiap negara.

Sentimen negatif seputar pertumbuhan ekonomi AS ikut mempengaruhi merosotnya keyakinan konsumen, dengan angka penurunan terbesar sejak Agustus 2021. Hal ini menghadirkan kekhawatiran lebih besar terhadap pengeluaran konsumen di masa mendatang.

Kini, investor sangat mencermati laporan inflasi yang akan datang. Data tersebut dapat memberikan indikasi lebih lanjut mengenai daya beli konsumen dan arah kebijakan ekonomi ke depannya. (Bloomberg Technoz, Bisnis)

IHSG Terjun Bebas Sejak September 2024, Apa yang Sebenarnya Terjadi di Pasar Saham Indonesia?

Pasar saham Indonesia, yang diwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), terus mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun 2025. Hingga akhir Februari, IHSG telah terkoreksi 7%.

Penurunan drastis ini diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakpastian ekonomi global dan masalah geopolitik yang menyebabkan banyak investor asing menarik dananya dari pasar Indonesia.

Sejak mencapai puncaknya pada September 2024, IHSG telah jatuh sekitar 17%, menjadikannya periode terburuk sejak awal pandemi Covid-19.

Salah satu penyebab utama dari penarikan dana asing adalah kebijakan ekonomi Presiden AS, Donald Trump, termasuk kenaikan tarif yang menyebabkan kebingungan di pasar global.

Tercatat, investor asing telah mengeluarkan dana sebesar Rp16,78 triliun sepanjang tahun ini.

Di sisi lain, perlambatan ekonomi Indonesia yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang hanya mencapai 5,03% pada tahun 2024 juga memperburuk situasi ini, terutama dengan menurunnya daya beli masyarakat yang berdampak pada konsumsi.

Dengan peluncuran lembaga baru, Daya Anagata Nusantara (Danantara), harapan untuk memulihkan kepercayaan pasar justru tertekan lagi.

Investor masih meragukan kemampuan lembaga ini untuk mengelola aset besar tanpa mengalami  korupsi, mengingat sejarah kurang baik dalam hal korupsi di Indonesia. Adanya laporan mengenai perlambatan laba dari perusahaan-perusahaan besar, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan PT Bank Tabungan Negara (BTN), menambah kekhawatiran di kalangan investor.

Selain dari faktor-faktor fundamental, peringkat saham Indonesia juga mengalami penurunan. Morgan Stanley menurunkan status  saham Indonesia dari equal-weight menjadi underweight dalam indeks MSCI. Peringkat yang lebih rendah ini mencerminkan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang melemah dan tekanan pada profitabilitas perusahaan, terutama di sektor siklikal.

Terlebih, Morgan Stanley menyoroti bahwa saham China lebih menarik dibandingkan saham Indonesia. Alhasil, pasar Indonesia tampak kurang menarik bagi investor saat ini. (CNBC Indonesia)

Harga Surat Utang Negara Masih Tertekan

Pada perdagangan obligasi Rabu (26/2/2025), harga Surat Utang Negara (SUN) melemah.

Yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik menjadi 6,65%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik menjadi 6,84%.

Meskipun volume transaksi Surat Berharga Negara (SBN) meningkat menjadi Rp42,7 triliun, kedua seri obligasi teraktif, yaitu FR0100 dan FR0104, menunjukkan bahwa minat terhadap instrumen ini masih tinggi.

Namun, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah, bergerak dari Rp16.371 menjadi Rp16.381 per dolar.

Di sisi lain, indikator global menunjukkan sentimen yang lebih positif dengan penurunan yield US Treasury dan Credit Default Swap (CDS) Indonesia.

Yield US Treasury 5-tahun turun menjadi 4,06%, sedangkan CDS 5-tahun Indonesia turun menjadi 75 basis poin.

Dengan kondisi pasar yang berfluktuasi, ada potensi peningkatan volatilitas harga dan yield untuk instrumen SBN berdenominasi rupiah di masa mendatang. Hal ini patut diperhatikan oleh investor.

Rupiah Melemah di Tengah Ketidakpastian Perang Dagang

Rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian tarif dagang yang diungkapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Pada Rabu (26/2/2025), rupiah ditutup di angka Rp16.365 per dolar, turun 0,15%. Nilai ini menjadi level terendah sejak awal Februari.

Terlebih, dolar AS juga menguat, menambah tekanan pada rupiah di pasar. Ketegangan perang dagang, terutama mengenai tarif impor terhadap Meksiko dan Kanada, semakin memengaruhi sentimen pasar.

Di samping itu, investor kini berfokus pada data ekonomi AS yang akan dirilis dalam waktu dekat, yang mencakup estimasi pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024 serta indeks harga PCE, yang menjadi acuan inflasi bagi Federal Reserve.

Data ini diharapkan dapat memberi petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed yang akan datang. Ketidakpastian ini membuat pelaku pasar tetap waspada dan cermat dalam mengambil keputusan investasi. (CNBC Indonesia)

Harga Emas Tertekan oleh Sinyal Hawkish The Fed

Harga emas dunia saat ini cenderung stagnan dan mengalami penurunan setelah anjlok 1,3% pada hari Selasa.

Pada pembukaan pasar Asia hari ini, Kamis (27/2/2025), harga emas bergerak di kisaran USD2.916,25 per troy ounce, turun 0,11% dibandingkan hari sebelumnya.

Penurunan ini mencerminkan dampak dari pernyataan pejabat Federal Reserve, khususnya Gubernur Federal Reserve Bank of Atlanta, Raphael Bostic, yang menyatakan bahwa suku bunga harus dipertahankan untuk mengatasi inflasi. Pernyataan ini meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor, yang kemudian menekan harga emas.

Di samping itu, kebijakan tarif yang diungkapkan oleh Presiden AS, Donald Trump, juga memicu kebingungan di pasar. Rencana pengenaan tarif impor 25% pada Uni Eropa serta ketidakjelasan mengenai tarif terhadap China, Kanada, dan Meksiko mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti dolar AS dan emas.

Meskipun harga emas tertekan, ada peningkatan minat terhadap ETF emas, dengan net buy tertinggi sejak 2022. Hal ini dapat mendorong harga emas di masa mendatang.

Selain itu, rilis data inflasi PCE yang dijadwalkan Jumat malam ini diperkirakan akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi pergerakan harga emas selanjutnya. (Bloomberg Technoz)

Yield Obligasi US Treasury Stabil di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Rabu (26/2/2025), imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor 10 tahun stabil di atas 4,3% setelah turun lima sesi berturut-turut.

Stabilitas ini terjadi saat investor menunggu data ekonomi penting, seperti estimasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Q4 yang rilis pada hari Kamis (27/2), serta laporan indeks harga PCE yang dijadwalkan rilis Jumat (28/2).

Penurunan imbal hasil baru-baru ini disebabkan oleh menurunnya kepercayaan konsumen di AS, yang mencapai level terendah untuk delapan bulan, sehingga meningkatkan kekhawatiran ekonomi dan mendorong spekulasi akan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.

Di sisi lain, ancaman tarif Trump terhadap Kanada dan Meksiko meningkatkan permintaan untuk obligasi sebagai aset yang dianggap aman.

Tarif tersebut akan diberlakukan setelah periode penundaan berakhir minggu depan. Ketidakpastian ini menyebabkan investor lebih memilih obligasi pemerintah sebagai perlindungan terhadap potensi risiko di pasar. Alhasil, obligasi menjadi pilihan utama dalam situasi yang tidak menentu. (Trading Economics)

Ulasan

  • Volatilitas harga saham dan obligasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama dari masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang USD sehingga investor global lebih memilih berinvestasi di pasar AS.
  • Diturunkannya peringkat saham Indonesia oleh MSCI dari Equal Weight menjadi Under Weight turut menekan harga saham Indonesia.
  • Data terakhir ekonomi AS, yaitu melemahnya Purchasing Managers’ Index, menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas produksi atau jasa. Hal ini membuat investor menduga bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan melambat. Namun, tingginya inflasi dan melemahnya penjualan ritel memberikan sinyal yang mixed mengenai arah suku bunga. Tingginya inflasi akan membuat suku bunga USD tetap tinggi. Namun, melemahnya penjualan ritel yang menggambarkan turunnya daya beli masyarakat memberi sinyal bahwa US Fed perlu menurunkan suku bunga untuk meningkatkan daya beli.
  • Walaupun kebijakan kenaikan tarif oleh Trump ditunda hingga 1 April 2025, hal ini tetap membuat ekonomi global menjadi sulit diprediksi.
  • Ketidakpastian ekonomi global akan membuat volatilitas di yield obligasi US Treasury. Selain itu, US Dollar Index juga masih akan cukup tinggi sehingga akan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS volatile. Demikian pula harga saham dan yield obligasi rupiah.
  • Harga emas masih berpotensi naik, karena pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral utama dunia masih akan berlangsung sebagai usaha untuk diversifikasi portofolio cadangan devisa selain obligasi US Treasury.

    Rekomendasi

    • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
    • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
    • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile