Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 26 Februari 2025

tanamduit Breakfast News: 26 Februari 2025

oleh | Feb 26, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Terpuruk 2,41%, Kebijakan Tarif Trump, Turunnya Peringkat Saham Indonesia oleh MSCI, dan Sentimen Negatif Atas Peluncuran Danantara Jadi Pemicu.
  • Morgan Stanley Turunkan Peringkat Saham Indonesia Karena Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melemah dan ROE Emiten Kurang Menarik.
  • IHSG Tertekan, Rupiah dan Pasar Surat Utang Turut Tertekan.
  • Yield Obligasi US Treasury Turun, Tarik Ulur Pertumbuhan AS Jadi Sorotan.
  • Harga Emas Jatuh di Bawah USD2.910 Karena Investor Melakukan Profit Taking.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 25 Februari 2025.

data-market-update-26-februari

IHSG Terpuruk 2,41%, Kebijakan Tarif Trump, Turunnya Peringkat Saham Indonesia Oleh MSCI, dan Sentimen Negatif Atas Peluncuran Danantara Jadi Pemicu

Selasa (25/2/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan sebesar 2,41% di level 6.587,09.

Penurunan ini terjadi setelah rilis berita negatif terkait kebijakan tarif baru yang akan diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump, serta dampak dari keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks MSCI dari ‘equal-weight’ menjadi ‘underweight’.

Hal ini memicu aksi jual di kalangan investor, terutama terhadap saham-saham besar dalam sektor keuangan dan infrastruktur, yang menjadi pemberat utama bagi IHSG.

Di sisi lain, meskipun pasar saham Indonesia tertekan, peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) oleh Presiden Prabowo Subianto diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian.

Danantara diproyeksikan memiliki dana kelolaan lebih dari US$900 miliar, menjadikannya sebagai salah satu sovereign wealth fund terbesar di dunia.

Namun, peluncuran ini juga menimbulkan kekhawatiran karena empat dari tujuh perusahaan BUMN yang tergabung dalam Danantara berstatus perusahaan publik, dan investor menunggu bagaimana yayasan ini akan mengelola aset-aset tersebut.

Sementara itu, kondisi global juga memengaruhi pasar, dengan berlanjutnya ketidakpastian akibat kebijakan perdagangan AS.

Investor terus memantau pergerakan pasar dan dampak dari kebijakan yang berpotensi menimbulkan gejolak di sektor ekonomi.

Dengan IHSG yang terpuruk dan banyak yang mempertanyakan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, para pelaku pasar akan tetap waspada untuk melihat bagaimana situasi ini berkembang dan mempengaruhi keputusan investasi di masa mendatang.

Morgan Stanley Turunkan Peringkat Saham Indonesia Karena Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melemah dan ROE Kurang Menarik 

Morgan Stanley baru-baru ini menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari ‘equal-weight‘ menjadi ‘underweight’.

Langkah ini diambil karena prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang melemah dan tekanan pada profitabilitas perusahaan di sektor siklikal.

Analis mencatat bahwa return on equity (ROE) di China kini lebih menguntungkan dibandingkan di Indonesia, dengan pemulihan kinerja operasional di China yang menjadi sorotan.

Perbedaan valuasi juga menjadi faktor kunci dalam keputusan ini, di mana valuation saham di China dianggap lebih menarik dibandingkan Indonesia.

Morgan Stanley mengubah asumsi valuasi untuk pasar China menjadi 11,6x, sementara valuasi Indonesia tetap di 10,0x. Sementara risiko di pasar China, terutama terkait ketegangan perdagangan dengan AS, masih menjadi perhatian, proyeksi MSCI untuk pasar negara berkembang menunjukkan harapan kenaikan sekitar 5%.

Perubahan peringkat ini dapat mempengaruhi keputusan investasi dan sentimen pasar terhadap saham Indonesia di tengah situasi global yang tidak menentu. (CNBC Indonesia)

IHSG Tertekan, Rupiah dan Pasar Surat Utang Turut Tertekan

Pasar keuangan domestik mengalami penurunan signifikan setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi ‘underweight‘, menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 2% dan ditutup di zona merah.

Penurunan IHSG juga membawa dampak negatif terhadap nilai tukar rupiah. Rupiah melemah menjadi Rp16.304 per dolar AS, menjadikannya salah satu mata uang terlemah di kawasan Asia.

Di pasar surat utang negara, hampir semua tenor menunjukkan kenaikan imbal hasil, yang menandakan tekanan pada harga obligasi.

Kondisi ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik. Analis menyebutkan bahwa siklus belanja modal di Indonesia kini lebih lemah dibandingkan sebelum pandemi.

Dengan indikator ekonomi yang kurang menggembirakan ini, tingkat return on equity perusahaan diperkirakan akan tertekan. Alhasil, investor menjadi lebih berhati-hati dan cenderung menjauh dari pasar Indonesia. Arus jual dari investor asing juga belum berakhir, dengan total net sell mencapai USD 930,8 juta tahun ini.

Di tingkat global, sentimen pasar cenderung negatif, dengan investor mencari aset aman seperti emas dan dolar AS akibat meningkatnya ketegangan perang tarif dan ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah.

Indeks dolar AS menguat, sementara hampir semua bursa saham di Asia bergerak di zona merah, dengan banyak mata uang di pasar emerging tertekan.

Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar perlu waspada terhadap berbagai faktor yang dapat memengaruhi keputusan investasi dalam jangka pendek. (Bloomberg Technoz)

Yield Obligasi US Treasury Turun, Tarik Ulur Pertumbuhan AS Jadi Sorotan

Imbal hasil (yield) obligasi US Treasury terus melemah, mencatatkan penurunan untuk hari kelima berturut-turut, akibat kekhawatiran investor terhadap dampak tarif impor baru dari Meksiko dan Kanada yang akan mulai berlaku minggu depan.

Penurunan ini telah membuat imbal hasil obligasi 10 tahun berada di level 4,314% dan imbal hasil dua tahun di 4,114%, titik terendah sejak Desember. Investor kini semakin resah tentang bagaimana tarif ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi AS.

Selain itu, para pelaku pasar kini tengah menantikan rilis data indeks kepercayaan konsumen Dewan Konferensi untuk Februari. Berdasarkan survei Wall Street Journal, indeks kepercayaan konsumen diproyeksi akan menunjukkan penurunan.

Kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi yang melambat ini menambah tekanan pada pasar obligasi, yang menunjukkan bahwa sentimen negatif semakin mengemuka di kalangan investor. (Market Watch)

Harga Emas Jatuh di Bawah USD2.910 Karena Investor Melakukan Profit Taking

Selasa (25/2/2025), harga emas turun di bawah USD2.910 per ons.

Penurunan ini terjadi akibat aksi profit taking investor setelah harga emas mencapai rekor tertinggi baru, yang didorong oleh permintaan emas sebagai aset aman di tengah kekhawatiran terkait kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump.

Trump mengonfirmasi bahwa tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap diberlakukan, yang membuat pasar khawatir akan risiko inflasi yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve ke depan.

Meskipun harga emas mengalami penurunan, permintaan investor tetap kuat. Hal ini terlihat dari meningkatnya kepemilikan di SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, yang mencapai 904,38 ton, tertinggi sejak Agustus 2023.

Investor kini akan berfokus pada laporan PCE yang akan rilis pada hari Jumat, yang menjadi indikator inflasi favorit Fed.

Meskipun diharapkan menunjukkan pertumbuhan harga yang lambat, berlanjutnya tekanan inflasi dapat membuat Fed lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga di masa mendatang. (Trading Economic)

Ulasan

  • Volatilitas harga saham dan obligasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama dari masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang USD sehingga investor global lebih memilih berinvestasi di pasar AS.
  • Diturunkannya peringkat saham Indonesia oleh MSCI dari Equal Weight menjadi Under Weight turut menekan harga saham Indonesia.
  • Data terakhir ekonomi AS, yaitu melemahnya Purchasing Managers’ Index yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas produksi atau jasa, membuat investor menduga bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan melambat. Namun, tingginya inflasi dan melemahnya penjualan ritel memberikan sinyal yang mixed mengenai arah suku bunga. Tingginya inflasi akan membuat suku bunga USD tetap tinggi. Namun, melemahnya penjualan ritel yang menggambarkan turunnya daya beli masyarakat memberi sinyal bahwa US Fed perlu menurunkan suku bunga untuk meningkatkan daya beli.
  • Walaupun kebijakan kenaikan tarif oleh Trump ditunda hingga 1 April 2025, hal ini tetap membuat ekonomi global menjadi sulit diprediksi.
  • Ketidakpastian ekonomi global akan membuat volatilitas di yield obligasi US Treasury. Selain itu, US Dollar Index juga masih akan cukup tinggi sehingga akan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS volatile. Demikian pula harga saham dan yield obligasi rupiah.
  • Harga emas masih berpotensi naik, karena pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral utama dunia masih akan berlangsung sebagai usaha untuk diversifikasi portofolio cadangan devisa selain obligasi US Treasury.

    Rekomendasi

    • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
    • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
    • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile