Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 25 April 2025

tanamduit Breakfast News: 25 April 2025

oleh | Apr 25, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Tertekan: Pelemahan Rupiah dan Aksi Profit-Taking
  • Harga Emas Naik Lagi Karena Dolar Melemah
  • Dolar AS Tertekan di Tengah Ketidakpastian Perdagangan dan Kebijakan
  • Saham Teknologi Dorong Wall Street Menuju Kenaikan Beruntun
  • Obligasi Treasury AS Menguat di Tengah Sinyel Tarif dan Prospek Suku Bunga Fed

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 23 dan 24 April 2025.

data-market-update-25-april

IHSG Tertekan: Pelemahan Rupiah dan Aksi Profit Taking

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik melemah 0,32% ke level 6.613,48 pada Kamis, 24 April 2025, setelah tiga hari menguat 3,04%.

Penurunan ini dipicu oleh aksi profit taking investor setelah saham-saham unggulan, terutama perbankan dan konglomerasi, mencatat kenaikan signifikan.

Saham seperti BBCA (turun 2,87%), BREN, dan TPIA menjadi pemberat utama IHSG, dengan kontribusi negatif masing-masing hingga 15,36 poin.

Meskipun 327 saham menguat dibandingkan 274 yang melemah, nilai transaksi tetap tinggi di Rp13,19 triliun, menunjukkan aktivitas pasar yang dinamis.

Pelemahan IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen domestik, khususnya nilai tukar rupiah yang merosot ke level terlemah sepanjang sejarah, ditutup pada Rp16.870 per dolar AS, bahkan sempat menyentuh Rp16.886.

Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan BI Rate di 5,75% mencerminkan kehati-hatian di tengah ketidakpastian global, namun tidak cukup untuk menahan tekanan pada rupiah.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa bank sentral akan terus memantau peluang penurunan suku bunga dengan memprioritaskan stabilitas rupiah dan inflasi, di tengah arus keluar modal asing sebesar Rp61,06 triliun sepanjang April 2025.

Secara global, pasar dipengaruhi oleh sinyal de-eskalasi perang dagang AS-Tiongkok.

Presiden AS, Donald Trump, menyatakan tarif impor Tiongkok akan diturunkan secara substansial, sementara Tiongkok membuka peluang dialog, meskipun tetap waspada.

Pernyataan ini sedikit meredakan ketegangan, namun tidak cukup untuk mengimbangi tekanan domestik di Indonesia, terutama akibat pelemahan rupiah dan aksi jual investor asing.

Dengan minimnya katalis positif baru, investor cenderung mengamankan keuntungan. Alhasil, IHSG dan rupiah tertekan pada perdagangan hari ini. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)

Harga Emas Naik Lagi Karena Dolar Melemah

Kamis (24/5), harga emas naik ke sekitar USD3.330 per ons setelah mengalami penurunan selama dua hari.

Kenaikan emas didorong oleh adanya pemburu barang murah yang memanfaatkan pelemahan dolar.

Di Washington, Menteri Keuangan Scott Bessent menyatakan bahwa tarif tinggi antara AS dan Tiongkok harus dihapus agar negosiasi dapat berjalan lebih baik.

Presiden Trump juga mengambil langkah untuk membebaskan pungutan tertentu pada pembuat mobil, yang sedikit meredakan ketegangan perang dagang dan mendukung permintaan emas sebagai tempat berlindung yang aman.

Penetapan kebijakan ini terjadi di tengah ketidakpastian yang berkelanjutan mengenai hubungan bilateral antara AS dan Tiongkok, yang berkontribusi pada wacana pasar bull untuk emas.

Emas telah meningkat lebih dari 30% sepanjang tahun ini, dan rasio antara harga emas dan perak mencapai level tertinggi sejak 1994 (tidak termasuk saat pandemi), menegaskan performa luar biasa emas di pasar. (Trading Economics)

Dolar AS Tertekan di Tengah Ketidakpastian Perdagangan dan Kebijakan

Indeks dolar AS, DXY, turun ke bawah 99,4 pada hari Kamis, mendekati level terendah tiga tahun.

Penurunan ini terjadi akibat keraguan terhadap keberlanjutan keistimewaan dolar di tengah ketidakpastian perdagangan dengan Tiongkok.

Pejabat Tiongkok menyatakan bahwa mereka tidak akan memulai pembicaraan perdagangan dengan AS kecuali tarif diturunkan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang penyelesaian perang dagang antara kedua negara, memperburuk tekanan pada dolar dan aset keuangan AS.

Selain itu, ketidakpastian kebijakan moneter muncul setelah ancaman dari Presiden Trump untuk mencopot Ketua Fed Jerome Powell, meskipun kemudian dia menarik kembali pernyataan tersebut.

Ancaman terhadap otonomi bank sentral ini meningkatkan pelarian dana ke emas dan aset asing, menunjukkan hilangnya kepercayaan pada stabilitas aset keuangan AS saat ini. (Trading Economics)

Obligasi Treasury AS Menguat di Tengah Sinyal Tarif & Prospek Suku Bunga Fed

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS turun pada Kamis, dipicu harapan investor bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin memotong suku bunga pada Juni dan sinyal pelonggaran tarif AS-China dari Presiden Donald Trump.

Penurunan ini mencerminkan optimisme pasar meski ketidakpastian tetap tinggi.

Komentar Fed Cleveland yang membuka peluang penurunan suku bunga, serta retorika Trump yang lebih lunak terhadap Ketua Fed Jerome Powell, memberi angin segar bagi pasar obligasi.

Alhasil, imbal hasil 10-tahun turun ke 4,31%, sementara imbal hasil 2-tahun menyentuh 3,789%.

Data ekonomi AS menunjukkan ketahanan dengan kenaikan pesanan barang tahan lama dan klaim pengangguran yang stabil, meski penjualan rumah melambat akibat suku bunga tinggi.

Lelang obligasi 7-tahun senilai $44 miliar berjalan cukup baik, didukung permintaan asing yang kuat.

Namun, analis menilai pasar masih rentan gejolak akibat kebijakan dagang AS yang belum jelas. Investor tetap waspada, mengingat tarif dan ketegangan geopolitik bisa mengubah arah pasar secara tiba-tiba, meski sentimen sementara cenderung positif.

Saham Teknologi Dorong Wall Street Menuju Kenaikan Beruntun

Kamis (24/5), saham di pasar Amerika Serikat menguat, mencatatkan kenaikan tiga sesi berturut-turut, didorong oleh performa positif dari saham teknologi besar.

Indeks S&P 500 naik 2%, Nasdaq 100 melonjak 2,7%, dan Dow Jones menguat 486 poin.

Sentimen investor juga diperkuat oleh harapan penurunan suku bunga Federal Reserve, setelah Presiden Fed Cleveland menyatakan bahwa kebijakan tersebut bisa dilakukan pada bulan Juni jika didukung oleh data yang tepat.

Namun, meskipun terjadi kenaikan, ketidakpastian tetap menghantui pasar.

Presiden Trump mengisyaratkan adanya kemungkinan pelonggaran tarif, tetapi pejabat Tiongkok menolak adanya pembicaraan sementara menyerukan penghapusan tarif sepihak.

Di antara saham teknologi, Nvidia, Meta, Amazon, Tesla, dan Microsoft semua mencatatkan kenaikan.

Di sisi lain, saham IBM anjlok 6,6% setelah gagal memenuhi ekspektasi, sementara Procter & Gamble turun 3,7% setelah memangkas proyeksi kinerjanya. (Reuters)

Faktor yang Perlu Diperhatikan:

1. Ketidakpastian Perang Dagang AS-Tiongkok

Sinyal de-eskalasi perang dagang muncul setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan tarif impor Tiongkok akan diturunkan substansial, didukung oleh pernyataan Menteri Keuangan Scott Bessent untuk mencapai kesepakatan perdagangan.

Namun, pejabat Tiongkok menegaskan tidak akan bernegosiasi sebelum tarif dikurangi, menciptakan ketidakpastian. Pelemahan rupiah dan arus keluar modal asing Rp61,06 triliun sepanjang April menekan pasar domestik.

2. Kebijakan Moneter Global dan Domestik

Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di 5,75% untuk menjaga stabilitas rupiah dan inflasi dalam kisaran 2,5% ±1%, dengan potensi penurunan suku bunga di masa depan jika kondisi memungkinkan.

Sementara itu, Federal Reserve diproyeksikan memangkas suku bunga 100 basis poin pada 2025, meningkatkan daya tarik emas sebagai aset non-bunga. Penguatan indeks dolar AS ke 99,4 pada 23 April, meskipun melemah ke bawah 99,4 pada 24 April, menekan harga emas dalam jangka pendek.

3. Volatilitas Pasar Saham dan IHSG

Volatilitas IHSG masih terjadi karena ketidakpastian global khususnya isu tarif Trump dan geopolitiuk.

4. Tren Harga Emas

Harga emas sempat terkoreksi namun diperkirakan masih akan naik didukung oleh pembelian bank sentral (1.000 ton pada 2024) dan inflow ETF emas global (USD8,6 miliar pada Maret 2025).

Di Indonesia, harga emas lokal mencapai Rp1,35–1,5 juta per gram, diperkuat oleh permintaan domestik.

5. Sentimen Investor dan Arus Modal

Arus keluar modal asing dari Indonesia mencapai Rp61,06 triliun pada April 2025, menekan IHSG dan rupiah. Di AS, saham teknologi megacap menarik minat investor, sementara emas mendapat aliran dana sebagai lindung nilai.

Investor domestik perlu waspada terhadap volatilitas akibat sentimen global, seperti ancaman Trump terhadap independensi Federal Reserve, meskipun ancaman tersebut telah ditarik kembali.

Rekomendasi untuk Investor:

A. Untuk Investor Reksa Dana

  1. Reksa Dana Pasar Uang dan Pendapatan Tetap
  • Alasan: Memberikan stabilitas di tengah volatilitas pasar dan pelemahan rupiah. Cocok untuk investor konservatif yang menghindari risiko saham.
  • Tips: Alokasikan 40%–60% portofolio untuk likuiditas dan keamanan.

2. Reksa Dana Saham Sektor Teknologi dan Konsumer

    • Alasan: Sektor teknologi global (misalnya, Nvidia, Amazon) menunjukkan kinerja kuat, sementara sektor konsumer domestik tetap defensif.
    • Tips: Alokasikan 20–30% untuk investor agresif dengan horizon 3–5 tahun. Diversifikasi dengan reksa dana global untuk eksposur teknologi AS.

B. Untuk Investor Emas

  • Alasan: Emas tetap menarik sebagai lindung nilai terhadap inflasi, pelemahan rupiah, dan ketidakpastian global. Permintaan ETF emas global dan bank sentral mendukung kenaikan harga.
  • Strategi: Beli emas saat harga terkoreksi (sekitar Rp1,3 juta/gram). Alokasikan 5–10% portofolio.
  • Tips: Jual saat harga mendekati Rp1,5 juta/gram. Pantau indeks dolar dan kebijakan tarif AS.

 

C. Strategi Umum

  • Diversifikasi: Alokasikan portofolio dengan 40%-60% pasar uang dan pendapatan tetap, 20%-30% saham dan indeks saham, dan 10% emas untuk keseimbangan risiko dan imbal hasil.
  • Pantau Indikator: Amati pergerakan rupiah, dan indeks dolar (DXY). Gunakan data inflasi dan suku bunga untuk menyesuaikan strategi.
  • Horizon Investasi: Gunakan jangka panjang (5–10 tahun) untuk emas dan reksa dana saham dan indeks saham, serta jangka pendek (1–3 tahun) untuk pasar uang dan pendapatan tetap

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile