tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Melonjak 1,47%: Sektor Perbankan & Kepastian BI Jadi Penggerak Utama
- BI Pertahankan Suku Bunga di 5,75% untuk Stabilitas Ekonomi dan Inflasi
- Harga Emas Turun di Bawah USD3.280, Dipicu oleh Ekspektasi De-eskalasi Perang Dagang
- Imbal Hasil US Treasury Turun Pasca Perubahan Sikap Trump terhadap Fed dan Perang Dagang
- Indeks Dolar AS Menguat Terimbas Meredanya Kekhawatiran Terhadap Fed dan Perang Dagang
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 23 April 2025.
IHSG Melonjak 1,47%: Sektor Perbankan & Kepastian BI Jadi Penggerak Utama
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 1,47% ke level 6.634,38 pada Rabu (23/4/2025), didorong kenaikan signifikan saham perbankan besar.
Saham BBRI (+3,58%), BMRI (+3,81%), dan BBCA (+2,65%) menjadi kontributor utama, menyumbang total 51,15 poin indeks.
Sektor properti (+6,91%) dan finansial (+2,42%) juga memimpin penguatan, dengan nilai transaksi harian mencapai Rp13,47 triliun. Sebanyak 412 saham menguat, mencerminkan optimisme investor domestik.
Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% untuk menjaga stabilitas Rupiah dan mengendalikan inflasi (target 2,5±1%).
Kebijakan ini memberikan sinyal stabil bagi pasar, meski BI mengakui risiko perlambatan ekonomi akibat perang dagang AS-China.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan ruang untuk penurunan suku bunga tetap terbuka, tergantung perkembangan ekonomi global. Kepastian ini mendorong aliran dana ke saham blue-chip, terutama di sektor perbankan yang dianggap aman.
Penguatan IHSG juga dipicu komentar Presiden AS, Donald Trump, yang mengindikasikan tarif akhir impor China tidak akan mencapai 145%, meredakan ketakutan resesi global.
Meski tarif tidak turun ke nol, pelonggaran retorika perdagangan ini memberi angin segar bagi pasar emerging markets.
Kombinasi faktor dalam negeri (stabilitas BI) dan eksternal (de-eskalasi ketegangan AS-China) menjadikan IHSG sebagai salah indeks terbaik di Asia pada hari tersebut. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
BI Pertahankan Suku Bunga di 5,75% untuk Stabilitas Ekonomi dan Inflasi
Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75% pada pertemuan bulan April 2025, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Keputusan ini mencerminkan komitmen BI untuk menjaga stabilitas harga dalam kisaran inflasi yang ditargetkan, yaitu 2,5% ±1% untuk tahun 2025 dan 2026.
Dengan mempertahankan suku bunga, BI juga bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi global, serta mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Inflasi tahunan Indonesia tercatat kembali meningkat ke level 1,03% pada bulan Maret 2025, setelah sebelumnya turun.
Sementara itu, nilai Rupiah menguat 0,12% menjadi Rp16.560 per dolar AS pada akhir Maret, didukung oleh langkah-langkah stabilisasi yang diambil oleh BI. Keadaan ini menunjukkan bahwa BI aktif dalam merespons kondisi pasar keuangan global yang tidak menentu.
Selain suku bunga acuan, BI juga mempertahankan suku bunga fasilitas simpanan semalam dan fasilitas pinjaman masing-masing pada 5,00% dan 6,50%.
Dengan langkah ini, BI memperkuat komitmennya untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menghadapi tantangan yang ada, sehingga memberikan sinyal positif bagi para investor dan pelaku pasar. (Trading Economics)
Harga Emas Turun di Bawah USD3.280, Dipicu oleh Ekspektasi De-eskalasi Perang Dagang
Harga emas turun ke bawah USD3.280 per ons pada hari Selasa setelah sebelumnya mencapai rekor tertinggi USD3.500.
Penurunan ini terjadi seiring dengan reli pada aset keuangan berdenominasi dolar lainnya, yang dipicu oleh harapan de-eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok.
Presiden Trump mengindikasikan bahwa tarif tidak akan tetap tinggi dan meredakan ancaman terhadap independensi Federal Reserve, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi AS.
Kemungkinan kembalinya arus perdagangan yang lebih tinggi ini melunakkan kekhawatiran investor mengenai dampak negatif dari ketidakpastian kebijakan perdagangan, yang sebelumnya mendorong pelarian menuju emas sebagai aset aman.
Meskipun harga emas telah naik lebih dari 30% sejak awal tahun, pelaku pasar kini lebih memilih untuk berinvestasi dalam aset-aset yang diuntungkan oleh kondisi ekonomi AS yang lebih baik, menyebabkan harga emas terkoreksi. (Trading Economics)
Imbal Hasil US Treasury Turun Pasca Perubahan Sikap Trump terhadap Fed dan Perang Dagang
Imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS turun pada hari Rabu 23 April kemarin setelah muncul sinyal positif mengenai potensi jeda dalam perang dagang antara AS dan Tiongkok.
Perubahan sikap Presiden Donald Trump terhadap Federal Reserve, di mana ia menarik ancaman untuk memecat Ketua Fed Jerome Powell, turut mendorong penurunan imbal hasil.
Menteri Keuangan Scott Bessent juga menyatakan bahwa ketegangan perdagangan mungkin akan segera mereda, memberikan harapan kepada pasar.
Penurunan imbal hasil ini terjadi karena pasar Treasury merespons positif terhadap berita yang menenangkan dari Washington, setelah beberapa minggu kekhawatiran terkait kebijakan ekonomi dan perdagangan yang tidak menentu.
Beberapa analis berpendapat bahwa jika kebijakan tarif menjadi lebih bersahabat, kita bisa melihat Fed kembali terlibat dalam pemangkasan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan.
Hal ini diperkuat oleh survei yang menunjukkan aktivitas bisnis AS melambat, menunjukkan perlunya dukungan kebijakan.
Meski terjadi penguatan pada perdagangan Treasury, beberapa pelaku pasar mengingatkan untuk tidak terlalu optimis, karena keputusan politik yang tidak biasa dapat meningkatkan volatilitas pasar.
Dengan imbal hasil Treasury 10 tahun terbaru berada di 4,321%—turun sekitar delapan basis poin dari hari sebelumnya—investor kini menunggu lelang obligasi lima tahun senilai $70 miliar sebagai indikasi minat terhadap utang pemerintah AS di tengah situasi yang tidak pasti. (Reuters)
Indeks Dolar AS Menguat Terimbas Meredanya Kekhawatiran Terhadap Fed dan Perang Dagang
Indeks dolar AS (DXY) naik di atas 99,4 pada hari Rabu, melanjutkan kenaikan 0,7% dari sesi sebelumnya.
Peningkatan ini disebabkan oleh meredanya kekhawatiran tentang independensi Federal Reserve setelah Presiden Trump menyatakan bahwa dia tidak berniat untuk memecat Ketua Fed, Jerome Powell.
Selain itu, Trump juga menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap China dengan harapan bahwa negosiasi perdagangan akan berjalan lebih baik. Hal ini menambah optimisme di pasar.
Meskipun dolar menunjukkan tanda-tanda pemulihan, nilai tukarnya masih turun sekitar 9% sepanjang tahun ini. Alhasil, dolar kehilangan daya tarik sebagai aset aman baru-baru ini.
Ketidakpastian yang berkaitan dengan perang dagang, risiko resesi, dan tekanan politik terhadap Fed sebelumnya telah mendorong investor untuk mencari aset lain.
Namun, dengan sinyal positif dari administrasi Trump dan mendorong de-eskalasi kebuntuan tarif, harapan untuk stabilitas di pasar finansial mulai tumbuh, memperkuat posisi dolar. (Trading Economics)
Faktor yang Perlu Diperhatikan:
1. Ketegangan Perang Dagang AS-Tiongkok
Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, meskipun menunjukkan tanda-tanda de-eskalasi, tetap menjadi risiko utama. Trump menyatakan tarif ekspor Tiongkok ke AS tidak akan mencapai 145%, dan Menteri Keuangan Scott Bessent menekankan perlunya penyelesaian cepat.
Namun, ketidakpastian ini memengaruhi pasar global, termasuk Indonesia. Pelemahan rupiah ke Rp16.871,5 per dolar AS pada 23 April 2025 mencerminkan tekanan ini.
2. Kebijakan Moneter Federal Reserve dan Bank Indonesia
Federal Reserve kemungkinan akan memangkas suku bunga sebesar 100 basis poin pada 2025, dengan inflasi tetap di atas target 2%. Di dalam negeri, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di 5,75% untuk menjaga stabilitas rupiah dan inflasi dalam kisaran 2,5% ±1%. Kebijakan ini dapat memengaruhi imbal hasil obligasi dan daya tarik reksa dana pendapatan tetap, sementara penurunan suku bunga global mendukung harga emas sebagai aset tanpa bunga.
3. Penguatan Indeks Dolar AS
Indeks dolar AS naik ke 99,4 pada 23 April 2025, didorong oleh meredanya kekhawatiran atas independensi Federal Reserve dan harapan de-eskalasi perang dagang. Penguatan dolar ini menekan harga emas dalam jangka pendek, meskipun emas tetap menarik sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian. Bagi reksa dana saham, penguatan dolar dapat menguntungkan sektor ekspor, tetapi menekan sektor yang bergantung pada impor.
4. Volatilitas Harga Emas
Emas tetap menarik karena permintaan bank sentral yang kuat (1.000 ton pada 2024), ketegangan geopolitik, dan inflasi yang terus berlanjut. Di Indonesia, harga emas lokal naik ke Rp1,35–1,5 juta per gram, didorong oleh permintaan domestik dan pelemahan rupiah.
5. Tren Domestik: Anggaran 2025 dan Pertumbuhan Ekonomi
Anggaran Indonesia 2025 mengalokasikan Rp10 triliun untuk infrastruktur dan fokus pada energi bersih, pertanian, dan pariwisata. Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat ke 3,7–3,9% akibat dampak tarif AS, memengaruhi daya beli dan sentimen pasar. Sektor seperti infrastruktur dan konsumer tetap menarik untuk reksa dana tematik, sementara emas mendapat dukungan dari permintaan domestik yang kuat.
Rekomendasi untuk Investor:
A. Untuk Investor Reksa Dana
- Reksa Dana Pasar Uang dan Pendapatan Tetap
Alokasikan 30–40% portofolio untuk mengurangi risiko pasar saham.
2. Reksa Dana Saham Sektor Defensif
-
- Alasan: Sektor konsumer primer, kesehatan, dan infrastruktur menunjukkan ketahanan terhadap ketidakpastian global. IHSG didukung oleh saham blue chip seperti BBCA dan BMRI.
- Tips: Cocok untuk investor moderat hingga agresif dengan horizon 3–5 tahun. Alokasikan 20–30% portofolio dan diversifikasi dengan sektor ekspor jika tarif mereda.
3. Reksa Dana Campuran
- Alasan: Menawarkan keseimbangan antara saham, obligasi, dan pasar uang, mengurangi risiko volatilitas. Cocok untuk investor moderat yang mengantisipasi rebound IDX30.
- Tips: Alokasikan 20–30% portofolio. Pantau kinerja di tanamduit dan rebalance setiap 6 bulan untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar.
B. Untuk Investor Emas
Alokasikan 5–10% portofolio seperti disarankan oleh analis. Beli saat harga terkoreksi (support Rp1,3 juta/gram) dan jual saat mendekati resistensi (Rp1,5 juta/gram). Pantau pergerakan dolar AS dan data inflasi.
Strategi Umum
- Diversifikasi Portofolio: Kombinasikan reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, saham, dan emas untuk menyeimbang risiko dan potensi imbal hasil. Contoh: 40% pasar uang, 30% campuran, 20% saham, 10% emas.
- Pantau Indikator Ekonomi: Perhatikan data inflasi, suku bunga Fed, nilai tukar rupiah, dan laporan pendapatan perusahaan untuk menyesuaikan alokasi aset.
- Horizon Investasi: Untuk reksa dana saham dan campuran, gunakan horizon 3–5 tahun. Untuk emas, pertimbangkan jangka panjang (5–10 tahun) untuk memanfaatkan tren kenaikan.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.