Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 21 Februari 2025

tanamduit Breakfast News: 21 Februari 2025

oleh | Feb 21, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Turun Tipis 0,1%, Saham Teknologi Melonjak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi.
  • Harga Surat Utang Negara Menguat Sejalan Dengan Turunnya Yield Obligasi US Treasury.
  • Harga Emas Naik Lagi, Ketegangan Perdagangan Global Jadi Pemicu.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 20 Februari 2025.

data-market-update-21-feb

IHSG Turun Tipis 0,1%, Saham Teknologi Melonjak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Kamis (20/2/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,1%, berada di level 6.788,04.

Meskipun sebagian besar saham mengalami penurunan, saham-saham teknologi seperti DCI Indonesia (DCII) melonjak, bahkan mencapai batas auto reject atas, yang membantu meringankan dampak pelemahan IHSG.

Total transaksi di pasar saham mencapai Rp11,88 triliun. Sebanyak 236 saham mengalami kenaikan,  namun 334 saham lainnya justru melemah.

Investor asing masih melakukan net sell sebesar Rp787 miliar. Sejak awal tahun, telah terjadi net sell sebesar Rp10,9 triliun, mencerminkan kecemasan investor terkait proyeksi suku bunga yang ditentukan oleh Federal Reserve (Fed).

Satu hari sebelum penutupan IHSG, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar.

Di sisi lain, para anggota Federal Open Market Committee (FOMC) sepakat untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25%-4,50% setelah beberapa kali pemangkasan suku bunga sebelumnya.

Meskipun ada kekhawatiran mengenai dampak tarif perdagangan yang diumumkan oleh Presiden Trump, yang berpotensi memengaruhi inflasi, keputusan BI masih mempertahankan stabilitas di pasar domestik.

Saham-saham yang mengalami peningkatan di pasar juga menunjukkan bahwa minat investor tetap ada, terutama di sektor teknologi.

Penantian terhadap data neraca pembayaran Indonesia juga menjadi perhatian penting bagi pasar, karena informasi ini dapat menggambarkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.

Kinerja IHSG yang fluktuatif mencerminkan ketidakpastian. Namun, adanya saham-saham unggulan yang tetap menunjukkan kinerja positif memberi harapan bagi investor. (Bloomberg Technoz, CNBC)

Harga Surat Utang Negara Menguat Sejalan Dengan Turunnya Yield Obligasi US Treasury

Pada perdagangan Kamis (20/2/2025), harga Surat Utang Negara (SUN) menguat, dengan yield SUN Benchmark 5-tahun turun menjadi 6,52% dan yield SUN Benchmark 10-tahun menjadi 6,77%.

Selain itu, volume transaksi SUN secara outright juga meningkat menjadi Rp30,6 triliun dari Rp25,9 triliun di hari sebelumnya. Seri FR0104 dan FR0103 menjadi yang teraktif di pasar sekunder.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sedikit melemah, berpindah dari Rp16.325 menjadi Rp16.338 per USD.

Namun, sentimen pasar global menunjukkan kecenderungan positif, ditandai dengan penurunan yield US Treasury.

Credit Default Swap (CDS) Indonesia juga sedikit meningkat. Meski demikian, kondisi tersebut mengindikasikan potensi peningkatan volaitilitas dalam harga dan yield instrumen SBN berdenominasi rupiah ke depannya. Dengan penguatan pada SUN, para investor diharapkan dapat mengambil keputusan yang lebih baik di tengah dinamika pasar yang terus berubah. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Naik Lagi, Ketegangan Perdagangan Global Jadi Pemicu

Kamis (20/2/2025), harga emas naik tipis sekitar 0,15% ke kisaran USD2.945 per ons, mencetak rekor tertinggi baru. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan emas sebagai aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian global.

Langkah Presiden AS, Donald Trump, yang mengenakan tarif 10% pada impor barang dari Tiongkok dan 25% pada baja serta aluminium, ditambah dengan rencananya untuk mengenakan tarif baru pada kayu, mobil, semikonduktor, dan produk farmasi, telah menambah ketegangan dalam perdagangan global. Risalah dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan yang berubah dapat meningkatkan tekanan inflasi.

Namun, meskipun emas biasanya menjadi pelindung dari inflasi, suku bunga yang lebih tinggi dapat mengurangi daya tariknya karena emas tidak memberikan imbal hasil.

Di tengah situasi ini, Trump juga menegaskan posisi menantang terhadap Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, yang semakin menambah risiko geopolitik.

Alhasil, investor kini lebih berhati-hati dalam menilai situasi, memperhatikan dampak dari keputusan kebijakan dan ketegangan internasional yang sedang berlangsung. (Trading Economics)

Ulasan

  • Volatilitas harga saham dan obligasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama dari masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang USD sehingga investor global lebih memilih berinvestasi di pasar AS.
  • Data terakhir ekonomi AS yang menunjukkan masih tingginya inflasi dan melemahnya penjualan ritel, memberi sinyal mixed terhadap arah suku bunga. Sebab, tingginya inflasi berpotensi membuat suku bunga USD masih tetap tinggi. Namun, melemahnya penjualan ritel menggambarkan turunnya daya beli masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa US Fed perlu menurunkan suku bunga untuk menaikkan daya beli.
  • Meski kebijakan kenaikan tarif oleh Trump ditunda hingga 1 April 2025, hal ini tetap membuat ekonomi global menjadi sulit diprediksi.
  • Ketidakpastian ekonomi global akan membuat volatilitas di yield obligasi US Treasury. Selain itu, US Dollar Index juga masih akan cukup tinggi sehingga akan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS volatile. Demikian pula harga saham dan yield obligasi rupiah.
  • Harga emas masih berpotensi naik, karena pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral utama dunia masih akan berlangsung sebagai usaha untuk diversifikasi portofolio cadangan devisa selain obligasi US Treasury.

    Rekomendasi

    • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
    • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
    • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile