Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 19 Maret 2025

tanamduit Breakfast News: 19 Maret 2025

oleh | Mar 19, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Jatuh 3,84% di Tengah Kenaikan Bursa Asia, Rupiah Melemah, dan Isu Sri Mulyani Mundur Buat Pasar Panik.
  • Yield SUN Naik, Rupiah Melemah! Ini yang Perlu Diwaspadai Investor.
  • BI Intervensi, Rupiah Terjun ke Rp16.475/USD, IHSG Sempat Anjlok Lebih Dari 6%.
  • Emas Tembus USD3.030 per ons, Rekor Tertinggi Baru Dipicu Ketegangan Timur Tengah.
SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 18 Maret 2025.

data-market-update-19-maret

IHSG Jatuh 3,84% di Tengah Kenaikan Bursa Asia, Rupiah Melemah, dan Isu Sri Mulyani Mundur Buat Pasar Panik

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 3,84% pada Selasa (18/3/2025), menyentuh level 6.223,38.

IHSG sempat turun tajam hingga 7% dan memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt).

Sepanjang hari, IHSG bergerak di kisaran 6.465,22 hingga 6.011,84, dengan transaksi mencapai Rp19,29 triliun yang didominasi aksi jual.

Sebanyak 554 saham melemah, sementara hanya 118 saham yang menguat.

Sektor teknologi, barang baku, dan energi menjadi penyumbang terbesar pelemahan, dengan saham seperti PT DCI Indonesia (DCII) anjlok 20% dan PT Barito Pacific (BRPT) turun 15,4%.

IHSG menjadi salah satu indeks dengan pelemahan terdalam di Asia. Sementara itu, bursa saham lain seperti Hang Seng (Hong Kong) dan NIKKEI 225 (Jepang) justru melesat di zona hijau.

Pelemahan IHSG dipicu oleh aksi jual besar-besaran investor asing, dengan net sell mencapai Rp24 triliun sepanjang 2025.

Sentimen negatif ini diperparah oleh penurunan peringkat pasar saham Indonesia oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs, yang menilai adanya peningkatan risiko fiskal akibat kebijakan pemerintahan baru.

Selain itu, isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menambah ketidakpastian di pasar.

Meski Sri Mulyani membantah isu tersebut dan menegaskan komitmennya untuk tetap menjalankan tugas, rumor ini sempat memicu kepanikan investor.

Analis menilai, kepercayaan investor asing terhadap kinerja Sri Mulyani membuat isu ini berdampak signifikan terhadap arus modal.

Tekanan eksternal juga datang dari pelemahan rupiah, yang sepanjang 2025 telah melemah 6,17% terhadap dolar AS. Rupiah mencapai level Rp16.425 per dolar AS pada penutupan perdagangan.

Pelemahan rupiah dipicu oleh arus keluar modal asing dari pasar saham dan Surat Utang Negara (SBN), serta faktor risiko defisit fiskal dan kontrak NDF yang jatuh tempo.

Meskipun Indonesia mencatat deflasi tahunan pertama dalam lebih dari dua dekade (-0,09% YoY pada Februari 2025), tekanan eksternal membatasi ruang gerak Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan. Konsensus Bloomberg memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) mendatang.

Upaya pemulihan kepercayaan pasar dilakukan dengan kehadiran Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco, dan anggota Komisi XI di Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka menyatakan dukungan penuh pemerintah untuk menenangkan pasar dan mencegah kepanikan lebih lanjut.

Namun, analis memprediksi IHSG masih akan menghadapi tekanan dalam jangka pendek, terutama dengan adanya ketidakpastian kebijakan fiskal dan suku bunga.

Pemulihan IHSG diprediksi akan membutuhkan waktu dan kebijakan yang tepat dari otoritas terkait untuk mengembalikan kepercayaan investor, baik domestik maupun asing. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Yield SUN Naik, Rupiah Melemah! Ini yang Perlu Diwaspadai Investor

Harga Surat Utang Negara (SUN) terus mengalami penurunan pada perdagangan Selasa (18/3/2025).

Yield SUN Benchmark 5-tahun naik 2 basis poin menjadi 6,70% dan yield SUN Benchmark 10-tahun naik 4 basis poin menjadi 7,02%.

Volume transaksi SBN secara outright mencapai Rp39,5 triliun, lebih tinggi dari hari sebelumnya.

Meskipun minat investor pada lelang SUN kemarin mencapai Rp61,8 triliun, angka ini lebih rendah dibandingkan lelang sebelumnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa penerimaan pajak telah membaik pada Maret, sambil menegaskan fokusnya untuk mengelola keuangan negara secara profesional. Namun, rupiah tetap melemah 0,13% ke level Rp16.428/USD.

Sentimen global yang mixed, dengan penurunan yield US Treasury (UST) dan peningkatan Credit Default Swap (CDS) Indonesia, menambah ketidakpastian pasar.

Investor kini menanti hasil pertemuan FOMC, BoJ, dan RDG BI yang akan segera diumumkan.

Dengan kondisi ini, volatilitas harga dan yield SBN berdenominasi rupiah diperkirakan meningkat, sehingga investor disarankan untuk berhati-hati dan mempertimbangkan instrumen dengan tenor lebih pendek untuk mengurangi risiko. (BNI Sekuritas, Deepseek)

BI Intervensi, Rupiah Terjun ke Rp16.475/USD, IHSG Sempat Anjlok Lebih Dari 6%

Bank Indonesia (BI) turun tangan melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk menahan pelemahan rupiah yang semakin dalam, menyusul kemerosotan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok lebih dari 6% pada sesi pertama perdagangan Selasa (18/3/2025).

BI melakukan intervensi di pasar spot valas, pasar forward domestik, dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) untuk menjaga keseimbangan supply-demand valas.

Meski rupiah sempat menguat di pagi hari, tekanan jual di pasar saham yang memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt) membuat rupiah berbalik melemah ke level Rp16.475/USD, turun 0,46%, pada siang hari.

Pelemahan rupiah dan IHSG dipicu oleh sentimen negatif di pasar keuangan domestik, termasuk kekhawatiran investor terhadap potensi penurunan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional seperti Fitch Ratings dan Moody’s.

Selain itu, defisit APBN yang diperkirakan menyentuh batas atas 3% dan penurunan penerimaan pajak turut membebani sentimen pasar.

Tekanan jual tidak hanya terjadi di pasar saham, namun juga melanda pasar surat utang, di mana yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 3,3 basis poin ke level 7,027%.

Kombinasi ketidakpastian kebijakan domestik dan dinamika global membuat investor asing menarik dana mereka dari pasar Indonesia.

Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang akan diumumkan pada Rabu (19/3/2025) sangat dinantikan. Dalam hal ini, analis memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% untuk mencegah pelemahan rupiah lebih lanjut.

Namun, tekanan eksternal seperti penguatan dolar AS dan arus keluar modal asing tetap menjadi tantangan besar.

Jika pelemahan rupiah terus berlanjut, level Rp16.500/USD dan Rp16.550/USD bisa menjadi target berikutnya, dengan potensi rupiah mencapai Rp16.625/USD pada kuartal II-2025. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Emas Tembus USD3.030 per ons, Rekor Tertinggi Baru Dipicu Ketegangan Timur Tengah

Selasa (18/3/2025), emas capai rekor harga tertinggi baru, menembus level USD3.040 per ons, didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Kekerasan baru antara Israel dan Hamas di Gaza, serta tekanan AS terhadap Iran terkait serangan militan Houthi Yaman, memicu gelombang pembelian aset safe haven oleh investor.

Ketidakpastian geopolitik ini memperkuat daya tarik emas sebagai perlindungan nilai di tengah gejolak pasar global.

Kenaikan emas juga terjadi menjelang pertemuan dua hari Federal Open Market Committee (FOMC), yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap meskipun inflasi AS melemah.

Dolar AS melemah, dengan indeks dolar turun 0,12 poin ke 103,25, sementara yield obligasi AS juga menurun.

Kombinasi ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter yang hati-hati dari Fed semakin mendorong investor beralih ke emas sebagai aset aman. (Dow Jones News Wires)

Factors to Watch:

Faktor Internal Indonesia:

1. Pelemahan IHSG dan Rupiah

  • IHSG anjlok 7% pada 18 Maret 2025, menyentuh level terendah sejak pandemi Covid-19.
  • Rupiah melemah ke Rp16.475/USD, dipicu oleh arus keluar modal asing dan defisit APBN yang mendekati batas 3%.

2. Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI)

  • Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akan memengaruhi stabilitas rupiah dan suku bunga acuan.
  • BI diperkirakan mempertahankan suku bunga di 5,75% untuk menjaga stabilitas rupiah.

3. Defisit APBN dan Penurunan Penerimaan Pajak

  • Defisit APBN mencapai Rp31,2 triliun (0,13% terhadap PDB), dengan penerimaan pajak turun 30% year-on-year (yoy).
  • Daya beli masyarakat melemah, tercermin dari deflasi bahan makanan sebesar -0,7% bulanan pada Februari 2025.

4. Pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara

  • Ketidakpastian terkait operasional Danantara dan potensi peningkatan liabilitas pemerintah menambah risiko fiskal.

Faktor Eksternal:

1. Ketegangan Geopolitik Timur Tengah

Konflik Israel-Hamas dan tekanan AS terhadap Iran meningkatkan ketidakpastian global, mendorong investor ke aset safe haven seperti emas.

2. Kebijakan Moneter The Fed

The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga, tetapi sinyal kebijakan ke depan akan memengaruhi aliran modal global.

3. Kebijakan Perdagangan AS di Bawah Donald Trump

Potensi perang tarif baru dan ketegangan perdagangan global menambah risiko bagi pasar emerging markets, termasuk Indonesia.

4. Penurunan Peringkat Utang Indonesia oleh Lembaga Global

Morgan Stanley dan Goldman Sachs menurunkan peringkat saham dan obligasi Indonesia, mencerminkan kekhawatiran atas risiko fiskal dan ekonomi domestik.

    Rekomendasi untuk Investor:

    1. Reksa Dana

    Diversifikasi portofolio dengan bobot terbesar di reksa dana pasar uang untuk menahan volatilitas pasar saham, serta alokasikan sebagian pada reksa dana pendapatan tetap yang berfokus pada instrumen berkualitas tinggi dan durasi pendek.

    Untuk investor dengan profil risiko agresif, pertimbangkan juga reksa dana saham dan indeks saham untuk eksposur jangka panjang.

    Selain itu, tetaplah berinvestasi di reksa dana saham dan indeks saham untuk investor jangka panjang yang menerapkan strategi investasi Dollar Cost Averaging atau investasi rutin secara berkala, misalnya setiap bulan.

      2. SBN – ST014

      Manfaatkan SBN Seri ST014 yang sedang dalam masa penawaran sampai dengan tanggal 16 April 2025.

      ST014 tenor 2 tahun (ST014-T2) menawarkan kupon 6,50% per tahun (5,85% netto setelah pajak kupon). Sementara itu, ST014 tenor 4 tahun (ST014-T4) menawarkan kupon 6,60% per tahun (5,94% netto setelah pajak kupon).

      3. Emas

      Pertahankan atau tambah alokasi emas dalam portofolio, sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar, pelemahan rupiah, dan ketidakpastian global.

      Emas tetap menjadi pilihan aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

      Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

      DISCLAIMER:

      Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

      PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

      Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

      tanamduit Team

      tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

      banner-download-mobile