tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Turun 0,67% Meski Terdapat Katalis Positif dari Surplus Neraca Perdagangan USD3,12 Miliar.
- Yield SUN Naik, Rupiah Melemah, Pasar Obligasi Masih Volatile.
- Harga Emas Tetap Stabil Selasa Pagi Ini di Tengah Ketidakpastian Global.
- Yield Treasury AS Naik Akibat Penjualan Ritel Melebihi Ekspektasi, Harga Saham Melonjak dan Lebih Menarik dari Obligasi.
- SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
- Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.
Investasi ST014 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 17 Maret 2025.
IHSG Turun 0,67% Meski Terdapat Katalis Positif dari Surplus Neraca Perdagangan USD3,12 Miliar
Pada Senin (17/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,67% ke level 6.471,94, meskipun neraca dagang Indonesia mencatat surplus US$3,12 miliar pada Februari 2025.
Pelemahan ini terutama dipicu oleh anjloknya saham-saham teknologi, konsumen non-primer, dan transportasi.
Saham PT DCI Indonesia (DCII), misalnya, turun 19,9%. Selain itu, saham PT Kedaung Indah Can (KICI) juga merosot 21%.
Namun, beberapa saham big caps justru mencatat kenaikan signifikan di tengah pelemahan IHSG. Saham-saham besar seperti PT Dian Swastatika Sentosa (DSSA) dan PT Unilever Indonesia (UNVR) bahkan mencatat kenaikan masing-masing sebesar 5,54% dan 5%.
Kinerja positif ini menunjukkan bahwa investor masih memiliki kepercayaan terhadap saham-saham dengan fundamental kuat dan sektor yang lebih stabil.
Saham PT Dian Swastatika Sentosa (DSSA) menjadi salah satu penyumbang kenaikan terbesar, dengan melonjak 5,54% ke level Rp42.400 per saham. Kenaikan ini didorong oleh kinerja positif perusahaan dan prospek bisnis yang menjanjikan.
Selain itu, saham PT Unilever Indonesia (UNVR) juga menguat 5% ke level Rp1.365 per saham, mencerminkan kepercayaan investor terhadap perusahaan konsumen yang memiliki daya tahan tinggi di tengah ketidakpastian pasar.
Saham-saham ini menjadi pendorong utama penguatan indeks seperti IDX30 dan Bisnis27, yang mencerminkan kinerja saham-saham blue chip di pasar modal Indonesia.
Selain DSSA dan UNVR, beberapa saham big caps lainnya juga menunjukkan kinerja positif. Sebagai contoh, meski sedikit melemah, saham PT Bank Central Asia (BBCA) dan PT Bank Mandiri (BMRI) tetap menjadi pilihan investor karena stabilitas dan prospek jangka panjangnya.
Sementara itu, sektor energi dan barang baku juga mencatat kenaikan, didukung oleh harga komoditas yang stabil dan permintaan global yang tetap kuat.
Saham-saham ini menjadi penyangga bagi indeks SRI-Kehati, yang fokus pada perusahaan dengan praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik.
Secara keseluruhan, meskipun IHSG melemah, kenaikan saham-saham big caps seperti DSSA dan UNVR menunjukkan bahwa masih ada peluang di pasar saham Indonesia.
Investor tampaknya lebih selektif, memilih saham dengan fundamental kuat dan sektor yang lebih resilient terhadap gejolak pasar.
Dengan surplus neraca dagang yang terus berlanjut dan ekspor yang meningkat, prospek pasar saham Indonesia tetap positif, meskipun volatilitas jangka pendek masih mungkin terjadi. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia, Bisnis)
Yield SUN Naik, Rupiah Melemah, Pasar Obligasi Masih Volatile
Harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (17/3/2025).
Yield SUN Benchmark 10-tahun naik 3 basis poin menjadi 6,98%, menunjukkan tekanan pada pasar obligasi pemerintah.
Volume transaksi SUN turun menjadi Rp13,5 triliun, lebih rendah dari Rp20,4 triliun di hari sebelumnya.
Nilai tukar rupiah melemah 0,34% ke Rp16.406/US$, menambah tekanan pada pasar obligasi domestik.
Pemerintah Indonesia akan menggelar lelang SUN pada Selasa (18/3/2025) dengan target indikatif Rp26 triliun dan target maksimal Rp39 triliun.
Pada lelang sebelumnya (4/3/2025), total incoming bid mencapai Rp75,8 triliun. Namun, BNI Sekuritas memperkirakan incoming bid kali ini akan berada di kisaran Rp50-80 triliun.
Dengan meningkatnya volatilitas harga dan yield SUN, investor disarankan untuk lebih selektif dan mempertimbangkan risiko pasar, terutama dalam menghadapi ketidakpastian global dan fluktuasi nilai tukar rupiah. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Tetap Stabil Selasa Pagi Ini di Tengah Ketidakpastian Global
Harga emas spot tetap stabil pada perdagangan awal hari Selasa 18 Maret 2025 di Asia, setelah mencapai rekor tertinggi baru-baru ini.
Kekuatan logam mulia ini didukung oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, yang membuat investor mencari aset safe haven seperti emas.
Minat pasar terhadap aset safe haven tetap kuat, terutama menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve AS yang akan dirilis akhir minggu ini.
Sikap yang lebih dovish (kecenderungan suku bunga rendah) dari Ketua Fed, Jerome Powell, dapat memberikan dorongan lebih lanjut bagi emas, karena aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas cenderung menguat ketika suku bunga rendah.
Emas spot saat ini datar pada kisaran USD3.000 per ons, mencerminkan ketenangan pasar sambil menunggu keputusan Fed.
Ketidakpastian global dan potensi kebijakan suku bunga yang lebih lunak dari Fed terus mendukung permintaan terhadap emas.
Jika Fed mempertahankan sikap dovish atau bahkan memotong suku bunga, emas bisa melanjutkan kenaikannya, menarik lebih banyak investor yang mencari perlindungan dari volatilitas pasar.
Dengan demikian, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi portofolio di tengah ketidakpastian ekonomi. (Dow Jones News Wires)
Yield Treasury AS Naik Akibat Penjualan Ritel di Atas Ekspektasi, Harga Saham Melonjak dan Lebih Menarik dari Obligasi
Yield (imbal hasil) obligasi pemerintah AS (US Treasury) naik pada Senin (17/3/2025), didorong oleh laporan penjualan ritel Februari yang lebih baik dari perkiraan, terutama di sektor non-toko.
Kenaikan yield ini terjadi karena investor beralih ke pasar saham yang sedang mengalami reli, mengurangi permintaan terhadap aset safe-haven seperti obligasi pemerintah AS.
Meskipun penjualan ritel utama hanya naik 0,2%, di bawah ekspektasi, kenaikan 1% pada Grup Kontrol penjualan ritel cukup untuk mendorong optimisme pasar. Namun, aktivitas pabrik di New York justru menurun tajam, menciptakan ketidakpastian.
Yield obligasi 10 tahun AS naik 0,2 basis poin menjadi 4,31%, sementara yield obligasi 2 tahun melonjak 4 basis poin ke 4,055%, level tertinggi sejak akhir Februari.
Kenaikan yield Treasury AS ini mencerminkan kekhawatiran investor bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin terlalu lambat memangkas suku bunga, meskipun ekonomi menunjukkan tanda-tanda perlambatan.
Ketua Fed, Jerome Powell, diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap stabil dalam pertemuan mendatang, menegaskan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru memotong suku bunga.
Hal ini dapat memperkuat dolar AS dan membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, melemah.
Selain itu, kebijakan tarif perdagangan yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump menambah ketidakpastian global. Hal ini dapat memengaruhi sentimen investor terhadap aset negara berkembang. (Reuters)
Factors to Watch (Hingga Akhir Tahun):
1. Kebijakan Moneter Global: Perkembangan kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed) dan bank sentral lainnya, termasuk Bank Indonesia, akan menjadi faktor kunci yang memengaruhi yield SUN, nilai tukar Rupiah, dan permintaan aset safe-haven seperti emas.
2. Kebijakan Moneter dan Fiskal Domestik: Ketidakpastian terkait resesi global, perang dagang, dan ketegangan geopolitik (seperti konflik Rusia-Ukraina) dapat memengaruhi sentimen pasar dan aliran modal ke emerging market, termasuk Indonesia.
3. Kinerja Rupiah dan Inflasi Domestik: Pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan tekanan inflasi domestik dapat memengaruhi daya tarik SUN dan obligasi korporasi, serta mendorong permintaan emas sebagai lindung nilai.
Rekomendasi untuk Investor:
1. Reksa Dana
Diversifikasi portofolio dengan bobot terbesar di reksa dana pasar uang untuk menahan volatilitas pasar saham, serta alokasikan sebagian pada reksa dana pendapatan tetap yang berfokus pada instrumen berkualitas tinggi dan durasi pendek.
Untuk investor dengan profil risiko agresif, pertimbangkan juga reksa dana saham dan indeks saham untuk eksposur jangka panjang.
Selain itu, tetaplah berinvestasi di reksa dana saham dan indeks saham untuk investor jangka panjang yang menerapkan strategi investasi Dollar Cost Averaging atau investasi rutin secara berkala, misalnya setiap bulan.
2. SBN – ST014
Manfaatkan SBN Seri ST014 yang sedang dalam masa penawaran sampai dengan tanggal 16 April 2025.
ST014 tenor 2 tahun (ST014-T2) menawarkan kupon 6,50% per tahun (5,85% netto setelah pajak kupon). Semnetara itu, ST014 tenor 4 tahun (ST014-T4) menawarkan kupon 6,60% per tahun (5,94% netto setelah pajak kupon).
3. Emas
Pertahankan atau tambah alokasi emas dalam portofolio, sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar, pelemahan rupiah, dan ketidakpastian global.
Emas tetap menjadi pilihan aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.