Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 17 Maret 2025

tanamduit Breakfast News: 17 Maret 2025

oleh | Mar 17, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • Surat Utang: Asing Heboh Jual Saham & SUN, Namun ‘Badai’ Mulai Mereda.
  • IHSG Anjlok Hampir 2% Akibat Saham GOTO, BBCA, dan Defisit APBN.
  • Emas Tembus US$3.000! Rekor Baru Tercapai Akibat Ketegangan Global dan Ekspektasi Pemotongan Bunga Fed.
  • Yield Obligasi Pemerintah AS Melonjak, Inflasi dan Tarif Trump Bikin Pasar Resah.
SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 14 Maret 2025.

market-update-17-maret-2025

Asing Heboh Jual Saham & SUN, Namun’Badai’ Mulai Mereda

Kamis (13/3/2025) lalu, investor asing ramai-ramai menjual Surat Utang Negara (SUN) dan saham di pasar domestik. Hal ini terjadi setelah pemerintah mengumumkan defisit APBN akibat turunnya penerimaan pajak.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan, kepemilikan asing di SUN turun Rp4,6 triliun menjadi Rp894,98 triliun.

Selain itu, asing juga melepas saham senilai Rp896 miliar. Dalam sepekan terakhir, net sell saham oleh asing mencapai US$117,4 juta (Rp1,92 triliun), sementara di SUN turun Rp3,01 triliun.

Lonjakan penjualan ini terjadi seiring dengan naiknya premi risiko investasi di Indonesia, yang tercermin dari kenaikan Credit Default Swap (CDS) ke level tertinggi sejak November 2023.

Namun, “badai” penjualan mulai mereda pada hari Jumat (14/3/2025). Harga SUN mulai rebound, didorong oleh penurunan bunga diskonto Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Yield SUN berbagai tenor, seperti 2 tahun dan 5 tahun, turun tipis, meski tenor 10 tahun masih naik.

Rupiah juga menguat ke Rp16.350/US$, meski secara mingguan masih melemah 0,34%.

Sentimen positif ini didukung oleh ekspektasi pelonggaran moneter dari Bank Indonesia dan Federal Reserve.

Meski demikian, IHSG masih tertekan 1,83% di level 6.526, berbeda dengan kenaikan mayoritas indeks saham Asia.

Selain itu, walaupun pasar mulai stabil, investor tetap waspada terhadap risiko defisit APBN dan ketidakpastian global yang dapat memengaruhi pasar keuangan domestik ke depan. (Bloomberg Technoz)

IHSG Anjlok Hampir 2% Akibat Saham GOTO, BBCA, dan Defisit APBN

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,98% ke level 6.515,63 pada Jumat (14/3/2025), menandai akhir pekan yang suram bagi pasar saham domestik.

Hampir seluruh sektor berada di zona merah. Sektor teknologi ambruk paling dalam (7,73%) akibat saham DCI Indonesia (DCII) yang terjun bebas 20%.

Saham DCII, yang sebelumnya naik lebih dari 300% sejak awal tahun, menjadi penyumbang terbesar penurunan IHSG.

Selain itu, saham-saham besar seperti Bank Central Asia (BBCA) dan GoTo (GOTO) juga ikut terpuruk, masing-masing turun 2,51% dan 1,23%.

Nilai transaksi pada hari Jumat (14/3) mencapai Rp9,11 triliun dengan 15,65 miliar saham berpindah tangan.

Anjloknya IHSG dipicu oleh sentimen negatif internal, terutama defisit APBN Februari 2025 sebesar Rp31,2 triliun (0,13% terhadap PDB), yang pertama kali terjadi dalam empat tahun terakhir.

Defisit ini disebabkan oleh turunnya penerimaan pajak, menunjukkan ketergantungan Indonesia yang masih besar pada harga komoditas.

Pasar khawatir defisit ini akan membebani APBN dan membatasi kemampuan pemerintah dalam membiayai program-program strategis.

Selain itu, investor menunggu kejelasan kebijakan fiskal, termasuk penundaan setoran dividen BUMN ke Lembaga Danantara.

Meski demikian, ada harapan bahwa pemerintah dan Bank Indonesia akan mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan pasar, seperti pelonggaran moneter dan kebijakan fiskal yang lebih adaptif.

Namun, ketidakpastian global dan ketergantungan pada komoditas tetap menjadi tantangan besar bagi perekonomian Indonesia ke depan.

Lebih lanjut, investor diimbau untuk tetap waspada dan memantau perkembangan kebijakan pemerintah serta kondisi pasar global. (CNBC Indonesia, Bisnis)

Emas Tembus US$3.000! Rekor Baru Tercapai Akibat Ketegangan Global dan Ekspektasi Pemotongan Bunga Fed

Pada Jumat (14/3/2025), harga emas capai rekor tertinggi baru dengan menyentuh level US$3.000 per ons.

Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan global. Salah satunya adalah ancaman tarif 200% dari Presiden AS, Donald Trump, terhadap produk Eropa, sebagai balasan atas pajak UE terhadap ekspor Amerika.

Selain itu, data inflasi AS (PPI dan CPI) yang menunjukkan bahwa tekanan harga mereda pada Februari 2025 memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (Fed) akan memangkas suku bunga.

Hal ini membuat emas, yang tidak memberikan imbal hasil, semakin menarik bagi investor.

Selain itu, permintaan yang kuat dari ETF (Exchange-Traded Funds) dan pembelian berkelanjutan oleh bank sentral, terutama Tiongkok yang telah memperpanjang pembeliannya untuk bulan keempat berturut-turut, juga mendorong kenaikan harga emas.

Pada akhir pekan (15-16 Maret 2025), harga emas tetap stabil di sekitar level US$3.000 per ons, didukung oleh sentimen pasar yang masih waspada terhadap ketidakpastian global.

Investor terus memantau perkembangan kebijakan Fed dan ketegangan perdagangan antara AS dan UE, yang berpotensi memicu volatilitas lebih lanjut di pasar keuangan.

Selain itu, permintaan fisik emas dari pasar Asia, khususnya Tiongkok dan India, tetap kuat seiring dengan meningkatnya kebutuhan logam mulia sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakstabilan ekonomi.

Secara keseluruhan, emas mencatat kenaikan hampir 3% dalam seminggu, memperkuat posisinya sebagai aset safe-haven favorit di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Analis memprediksi harga emas berpotensi melanjutkan tren naik jika Fed benar-benar memangkas suku bunga dan ketegangan geopolitik terus berlanjut.

Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan kebijakan moneter global dan dinamika pasar untuk mengambil keputusan yang tepat. (Trading Economics, tanamduit dibantu oleh Deepseek)

Yield Obligasi Pemerintah AS Melonjak, Inflasi dan Tarif Trump Bikin Pasar Resah

Pada Jumat (14/3/2025), imbal hasil atau yield obligasi Treasury AS 10 tahun bertahan di atas 4,3%, mendekati level tertinggi dalam lebih dari dua minggu.

Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran terhadap peningkatan inflasi, terutama setelah data dari University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi tahun depan melonjak ke 4,9%, level tertinggi dalam dua tahun.

Ancaman tarif agresif dari Presiden AS Donald Trump terhadap mitra dagang utama AS juga menambah ketidakpastian, memengaruhi pola pengeluaran rumah tangga dan bisnis.

Alhasil, pasar pun mengurangi risiko dengan menjual obligasi Treasury berjangka panjang, menyebabkan melebarnya spread kredit.

Di sisi lain, Federal Reserve (Fed) diprediksi akan mempertahankan suku bunga dalam keputusan bulan ini, meski pasar telah menyesuaikan ekspektasi penurunan suku bunga dari tiga kali menjadi dua kali pada tahun 2025.

Pada akhir pekan (15-16 Maret 2025), imbal hasil obligasi 10 tahun AS tetap stabil di sekitar 4,3%, meski sentimen pasar masih waspada terhadap risiko inflasi dan dampak perang dagang.

Investor memfokuskan perhatian pada pertemuan Fed minggu depan, yang akan memberikan petunjuk lebih jelas tentang arah kebijakan moneter AS.

Selain itu, ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif Trump terus menjadi faktor utama yang memengaruhi sentimen pasar. Dalam hal ini, banyak analis memprediksi volatilitas akan berlanjut hingga ada kejelasan lebih lanjut.

Secara keseluruhan, pasar obligasi AS menghadapi tekanan dari kombinasi kekhawatiran inflasi dan ketidakpastian kebijakan perdagangan.

Investor diimbau untuk memantau perkembangan kebijakan Fed, data inflasi, dan dinamika perang dagang global, yang akan menjadi penentu utama pergerakan pasar ke depan. (Trading Economics)

Factors to Watch (Maret 2025):

1. Kebijakan Moneter Global

  • Keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dan proyeksi ekonomi AS akan memengaruhi aliran modal global. Jika Fed mempertahankan suku bunga tinggi, hal ini dapat memperkuat USD, memicu aliran modal keluar dari emerging markets, dan meningkatkan tekanan pada rupiah serta yield SUN.
  • Ketegangan geopolitik dan perang dagang (misalnya, tarif AS terhadap UE dan Tiongkok) dapat meningkatkan volatilitas pasar keuangan global.

2. Kebijakan Moneter dan Fiskal Domestik

  • Suku bunga acuan BI yang tinggi (5,75%) bertujuan untuk menjaga stabilitas rupiah. Namun, tingginya suku bunga dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi daya tarik saham.
  • Defisit APBN (Rp31,2 triliun per Februari 2025) dan ketergantungan pada penerimaan pajak serta harga komoditas menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan fiskal. Hal ini berpotensi meningkatkan yield SUN dan menekan IHSG.

3. Kinerja Emiten dan Sektor Unggulan:

  • Kinerja emiten di sektor perbankan (BBCA, BBRI), teknologi (GOTO), dan komoditas (ANTM, UNTR) akan memengaruhi indeks seperti IDX30, Bisnis27, dan SRI Kehati.
  • Sektor berbasis ESG (SRI Kehati) akan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait transisi energi dan insentif hijau.

    Rekomendasi Investasi:

    1. Reksa Dana

    • Perbanyak alokasi di reksa dana pasar uang untuk meredam volatilitas yang terjadi di saham yang memengaruhi kinerja reksa dana saham, indeks saham, dan pendapatan tetap dengan portofolio obligasi bertenor panjang (≥ 5 tahun).
    • Pilih reksa dana pendapatan tetap berdurasi pendek (kurang dari 5 tahun) dengan portofolio obligasi korporasi berperingkat minimal A dari Pefindo, atau SUN dengan imbal hasil menarik.
    • Pertimbangkan reksa dana campuran yang mengalokasikan sebagian portofolio ke saham-saham defensif (sektor konsumsi primer dan kesehatan) untuk mengurangi risiko volatilitas pasar.
    • Kurangi alokasi di reksa dana saham dan indeks saham untuk jangka pendek. Namun, tetaplah berinvestasi secara rutin (metode Dollar Cost Averaging) untuk investasi jangka panjang (lebih dari 5 tahun).

    2. Surat Berharga Negara (SBN) Seri ST014

    Manfaatkan penawaran SBN Seri ST014 yang memberikan kupon floating with floor sebesar 6,50% untuk tenor 2 tahun (T2) dan 6,60% untuk tenor 4 tahun (T4).

    3. Tingkatkan Alokasi ke Emas

    • Harga emas naik karena ketegangan perdagangan AS-China dan risiko geopolitik. Emas adalah aset safe haven yang cocok untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian.
    • Pantau harga emas global. Harga emas dipengaruhi oleh faktor global, seperti kebijakan Federal Reserve, perang dagang, dan inflasi. Pantau perkembangan ini untuk menentukan waktu beli atau jual yang tepat.
    • Emas cocok untuk investasi jangka panjang, terutama jika ketegangan geopolitik dan ekonomi global masih berlanjut.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile