Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 16 April 2025

tanamduit Breakfast News: 16 April 2025

oleh | Apr 16, 2025

 

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Menguat Berkat Sentimen Positif dan Penundaan Tarif AS
  • Obligasi Negara Menguat di Tengah Sentimen Pasar yang Positif
  • Rupiah Melemah di Tengah Keyakinan Konsumen yang Menurun
  • Emas Melambung di Tengah Melemahnya Dolar dan Ketegangan Perdagangan Global
  • Imbal Hasil Obligasi AS Turun, Pasar Waspada Jelang Kebijakan Fed dan Perang Dagan

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 15 April 2025.

data-market-update-16-april-2025

IHSG Menguat Berkat Sentimen Positif dan Penundaan Tarif AS

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan kinerja positif pada perdagangan Selasa, 15 April 2025, dengan menguat 1,15% atau 73,16 poin, mencapai level 6.441,68.

Dalam empat hari perdagangan terakhir, IHSG telah melesat kumulatif sebesar 7,94%.

Penguatan ini didorong oleh sentimen positif dari keputusan Presiden AS Donald Trump terkait penundaan kenaikan tarif pada barang elektronik, yang memberikan angin segar bagi pasar saham di seluruh Asia, termasuk IHSG.

Sektor energi menjadi pendorong utama IHSG, dengan saham Bayan Resources (BYAN) yang meroket 17,47% setelah periode penurunan sebelumnya.

Saham-saham lain juga mencatatkan kenaikan signifikan, seperti PT Green Power Group Tbk (LABA) yang melesat 34,5%.

Sebanyak 335 saham mengalami kenaikan, sedangkan 249 saham turun, dengan total volume transaksi mencapai Rp13,66 triliun yang melibatkan 24,03 miliar saham.

Sementara itu, dalam konteks global, penundaan tarif impor oleh AS turut menyebabkan penguatan di bursa Asia. Banyak indeks di Asia, seperti Straits Times dan SENSEX, menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Investor mengikuti perkembangan terkait kebijakan tarif AS dengan cermat, mengingat ketidakpastian yang masih ada di pasar. Pemerintah AS juga sedang mempertimbangkan pemberian pengecualian terhadap tarif impor kendaraan yang dapat mempengaruhi sektor otomotif.

Meskipun terdapat optimisme, ketidakpastian sekitar kebijakan perdagangan tetap ada.

Gubernur Federal Reserve, Christopher Waller, menyebut bahwa dampak inflasi dari perang dagang akan bersifat sementara, dengan kemungkinan pemotongan suku bunga pada semester kedua tahun ini.

Hal ini berpotensi memberikan dampak positif bagi pasar domestik, termasuk di Indonesia, yang sedang berusaha menjaga stabilitas ekonomi di tengah fluktuasi pasar global (Sumber: CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz).

Obligasi Negara Menguat di Tengah Sentimen Pasar yang Positif

Harga Surat Utang Negara (SUN) kembali menguat pada perdagangan Selasa (15/4), dengan imbal hasil (yield) SUN 5-tahun turun ke 6,80% dan SUN 10-tahun turun ke 6,95%.

Volume perdagangan melonjak menjadi Rp26,6 triliun, didominasi oleh seri PBS030 dan PBS003.

Di sisi syariah, lelang SBSN juga menunjukkan minat tinggi, dengan penawaran mencapai Rp36,1 triliun, melebihi target pemerintah.

Namun, rupiah sedikit melemah ke Rp16.827/USD, menandakan tekanan eksternal meski pasar obligasi domestik tetap menarik.

Sentimen global turut mendukung, dengan imbal hasil obligasi AS (UST) dan risiko kredit Indonesia (CDS) mengalami penurunan.

Yield UST 5-tahun turun ke 3,98%, sementara CDS Indonesia menyentuh 107 basis poin.

Kondisi ini mengurangi tekanan kenaikan yield SUN, menunjukkan kepercayaan investor terhadap pasar utang domestik.

Dengan sentimen positif yang terjaga, yield SUN diperkirakan stabil atau bahkan berpotensi turun lebih lanjut.

Investor disarankan memanfaatkan momentum ini, terutama pada instrumen jangka menengah hingga panjang, sambil tetap memantau dinamika rupiah dan kebijakan global yang dapat memengaruhi pasar. (Sumber: BNI Sekuritas)

Rupiah Melemah di Tengah Keyakinan Konsumen yang Menurun

Dilansir dari Bloomberg Technoz, rupiah kembali melemah 0,24% pada perdagangan Selasa, 15 April 2025, menyentuh posisi Rp16.826,5 per dolar AS.

Meskipun pasar saham domestik dan pasar surat utang mengalami reli, rupiah tetap terpuruk.

Rupiah menjadi mata uang dengan penurunan terdalam kedua di Asia setelah won Korea Selatan.

Sentimen negatif ini muncul bersamaan dengan penurunan tingkat keyakinan konsumen Indonesia ke level terendah sejak Oktober 2024, di mana masyarakat menilai kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dan mengakibatkan ekspektasi ke depan yang pesimis.

Penurunan dalam indeks keyakinan konsumen menunjukkan bahwa masyarakat mengalami tekanan daya beli dan menilai ketersediaan pekerjaan semakin sempit.

Hal ini terlihat dari rasio tabungan yang turun menjadi 13,8%, terendah dalam lima tahun terakhir, dan peningkatan rasio utang konsumen yang mencapai level tertinggi dalam tiga bulan.

Konsumsi masyarakat, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi, menunjukkan pertumbuhan yang minimal. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi perlambatan ekonomi di tengah ketegangan perdagangan global.

Di sisi lain, kondisi internasional turut memengaruhi pergerakan rupiah.

Ketidakpastian akibat kebijakan tarif dari Amerika Serikat, terutama terkait potensi penundaan tarif pada impor kendaraan dan sub kategori barang lainnya, membuat investor tetap berhati-hati.

Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat meningkat menjadi US$157,1 miliar, memberikan sedikit stabilitas di tengah situasi yang bergejolak.

Meskipun ada harapan dari angka cadangan devisa, tren penurunan rupiah yang berlanjut dan menurunnya kepercayaan konsumen menjadi tantangan yang harus diwaspadai untuk pemulihan ekonomi domestik.

Emas Melambung di Tengah Melemahnya Dolar dan Ketegangan Perdagangan Global

Harga emas terus menguat pada perdagangan Selasa (15/4), dengan emas spot naik 0,6% menjadi USD3.230,18 per ons, mendekati rekor tertingginya di USD3.245,42.

Kenaikan ini didorong oleh permintaan safe haven akibat ketidakpastian kebijakan tarif impor AS, termasuk rencana Presiden Donald Trump untuk memberlakukan tarif baru pada semikonduktor dan farmasi.

Melemahnya nilai dolar AS, yang mencapai level terendah tiga tahun, turut memperkuat daya tarik emas sebagai alternatif investasi yang aman.

Analis menilai sentimen pasar tetap bullish untuk emas, dengan kenaikan harga tahun ini mencapai lebih dari 23%.

Bank Commerzbank mencatat bahwa pelemahan dolar mencerminkan berkurangnya kepercayaan terhadap mata uang AS, sehingga investor beralih ke emas.

Dukungan juga datang dari ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed, yang diprediksi akan memotong suku bunga hingga 100 basis poin pada 2025.

Pasar kini fokus pada pidato Ketua Fed Jerome Powell hari Rabu (16/4) untuk memastikan arah suku bunga ke depan.

Kombinasi ketegangan perdagangan, melemahnya dolar, dan prospek suku bunga rendah diperkirakan akan terus mendorong kenaikan harga emas dalam jangka pendek.

Emas tetap menjadi pilihan utama investor di tengah ketidakpastian ekonomi global. (Reuters)

Imbal Hasil Obligasi AS Turun, Pasar Waspada Jelang Kebijakan Fed dan Perang Dagang

Dilansir dari Reuters, imbal hasil obligasi pemerintah AS mengalami penurunan pada Selasa (15/4). Yield 10-tahun turun 4,3 basis poin (bp) menjadi 4,321%, mencerminkan ketidakpastian pasar menjelang rilis data penjualan ritel dan pidato Ketua Fed Jerome Powell.

Kekhawatiran atas kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump yang fluktuatif—termasuk potensi pengecualian untuk sektor otomotif—turut mempengaruhi sentimen.

Meski indeks saham sempat menguat, pasar obligasi tetap lesu setelah gejolak pekan lalu, di mana yield 10-tahun melonjak 49,5 bp (terbesar sejak 2001).

Analis menilai penurunan yield sebagai bentuk “kelegaan sementara” setelah kepanikan pasar, meski risiko volatilitas tetap tinggi.

Deutsche Bank menyoroti bahwa kenaikan yield pekan lalu dipicu oleh likuidasi hedge funds akibat tekanan margin.

Namun, kekhawatiran stagflasi (stagnasi ekonomi dengan inflasi tinggi) belum terbukti, didukung data manufaktur New York yang lebih kuat dari perkiraan.

Prospek kebijakan Fed menjadi kunci. Pasar memprediksi pemotongan suku bunga 25 bp pada Juni dan Juli, dengan yield 10-tahun diproyeksikan turun ke 4,21% pada akhir Juni.

Jika perang dagang Trump memperlambat ekonomi, Fed mungkin terpaksa menurunkan suku bunga lebih dalam—yang akan mendorong yield obligasi AS lebih rendah.

Namun, ketegangan tarif yang berlanjut dapat kembali memicu dislokasi pasar. Alhasil, investor tetap berhati-hati terhadap instrumen pendapatan tetap.

Situasi ini berpotensi memberi dampak positif pada SUN Indonesia.

Jika imbal hasil obligasi AS terus turun, investor asing mungkin beralih ke pasar emerging market seperti Indonesia, menekan yield SUN lebih rendah.

Ketidakpastian kebijakan Fed dan tarif AS dapat meningkatkan fluktuasi yield SUN, terutama pada seri jangka panjang.

Selain itu, pelemahan dolar AS (akibat ekspektasi pemotongan suku bunga Fed) juga dapat mengurangi tekanan pada rupiah. Hal ini akan memberi ruang bagi BI untuk menjaga stabilitas yield SUN.

Indeks Dolar AS Menguat ke Level 100, Ketidakpastian Kebijakan Trump Pengaruhi Rupiah

Dilansir dari Trading Economics, Indeks dolar AS (DXY) kembali ke level 100 pada Selasa (15/4) setelah sempat menyentuh titik terendah tiga tahun di 99,6, didorong oleh sinyal pelonggaran tarif impor dari pemerintahan Trump.

Meski kebijakan baru memberikan keringanan untuk suku cadang mobil dan elektronik, ancaman tarif pada komoditas seperti tembaga dan semikonduktor tetap menahan penguatan dolar yang telah turun 9% tahun ini.

Penguatan dolar berpotensi membebani rupiah, terutama jika sentimen risiko global memburuk.

Pelonggaran tarif parsial Trump bisa meredam volatilitas pasar emerging market, namun ancaman kebijakan baru yang fluktuatif tetap berisiko memicu ketidakstabilan aliran modal asing.

Bank Indonesia mungkin perlu memperkuat intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar jika dolar konsisten rebound.

Factors to Watch: Tren Pasar yang Perlu Diperhatikan

  1. Ketegangan Perdagangan Global: Eskalasi perang dagang AS-Tiongkok (tarif AS 145%, Tiongkok 125% mulai 12 April) telah memengaruhi volatilitas pasar global sepanjang April 2025, dengan penundaan tarif elektronik oleh Trump pada 14 April hanya bersifat sementara. Ke depannya, ancaman tarif baru pada semikonduktor dapat meningkatkan ketidakpastian. Hal ini akan mendorong permintaan safe haven seperti emas. Sementara itu, pasar saham Indonesia, termasuk IHSG, berisiko fluktuatif, seperti terlihat dari penurunan 3,82% pada 8-11 April lalu naik 7,94% hingga 15 April.
  2. Pelemahan Dolar AS: Tren pelemahan DXY mencerminkan ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve pada 2025, yang dapat berlanjut hingga akhir tahun. Ini mendukung harga emas. Namun, di Indonesia, pelemahan rupiah tetap rentan terhadap volatilitas global, memengaruhi daya beli dan pasar keuangan.
  3. Keyakinan Konsumen yang Rendah: Keyakinan konsumen turun ke level terendah sejak Oktober 2024, dengan indeks ekspektasi ekonomi terendah sejak September 2023, akibat berkurangnya penghasilan dan lapangan kerja. Ke depannya, hal ini berpotensi menekan konsumsi rumah tangga, pendorong utama ekonomi Indonesia, yang dapat melemahkan kinerja IHSG dan meningkatkan risiko bagi reksa dana saham, terutama jika daya beli terus tertekan.
  4. Tren Harga Emas dan Permintaan Safe Haven:Harga emas dunia naik sepanjang April 2025, didorong oleh ketegangan global dan pelemahan dolar. Emas diproyeksi mencapai USD3,357.00 pada akhir tahun. Di Indonesia, emas Antam naik ke Rp 1.900.000 per gram pada 11 April, dan tren ini diperkirakan berlanjut, memberikan peluang lindung nilai bagi investor di tengah ketidakpastian pasar keuangan.

    Rekomendasi bagi Investor

    1. Reksa Dana:

    • Investor yang Sudah Memiliki Portofolio: Jika portofolio didominasi reksa dana saham, pertimbangkan rebalancing dengan mengalihkan sebagian ke reksa dana pasar uang (imbal hasil 4–6% per tahun) untuk mengurangi risiko volatilitas IHSG, yang fluktuatif (turun 9,19% pada 8 April, naik 7,94% hingga 15 April), akibat perang dagang dan penurunan keyakinan konsumen.
    • Investor yang Belum Memiliki Portofolio: Pilih reksa dana pasar uang untuk keamanan jangka pendek, atau reksa dana campuran untuk keseimbangan risiko dan keuntungan, mengingat ketidakpastian pasar saham yang diperkirakan berlanjut hingga akhir 2025.

    2. Emas:

    • Investor yang Sudah Memiliki Portofolio: Pertahankan posisi emas, karena tren kenaikan diperkirakan berlanjut hingga USD3,357.00 pada akhir tahun, didorong ketegangan global dan pelemahan dolar; tambah posisi secara bertahap saat terjadi koreksi harga.
    • Investor yang Belum Memiliki Portofolio: Mulai investasi emas dengan pembelian bertahap, untuk lindung nilai terhadap volatilitas pasar keuangan Indonesia, yang rentan terhadap perang dagang dan pelemahan daya beli konsumen. 

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile