Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 11 April 2025

tanamduit Breakfast News: 11 April 2025

oleh | Apr 11, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • Emas Dunia Cetak Rekor Tertinggi Baru
  • IHSG dan Indeks Lain Naik pada 10 April 2025
  • Sentimen Positif Pasar, SUN Menguat dan CDS Indonesia Turun Tajam
  • Rupiah Melawan, Jeda Tarif Trump Beri Ruang Bernapas
  • 90 Hari Trump, Indonesia Manfaatkan Jeda untuk Perkuat Diplomasi Dagang
  • DXY Tertekan, Dolar AS Melemah di Tengah Data Ekonomi yang Lesu
  • SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah ST014 dapat dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 10 April 2025.

data-market-update-11-april

Emas Dunia Melejit karena Perang Dagang, Emas Indonesia Terseret Naik karena Rupiah Melemah

Pada penutupan perdagangan 10 April 2025, harga emas dunia (XAU) melonjak ke USD 3,188.02 per troy ounce, naik 4,05% atau USD 123,98 dari USD 3,064.04 pada 9 April, menurut data Investing.com.

Kenaikan ini menunjukkan emas tetap menjadi aset aman di tengah gejolak global.

Ketegangan perang dagang AS-Tiongkok, dengan tarif Tiongkok naik ke 125% dan respons Beijing sebesar 84%, mendorong investor mencari perlindungan, ditambah ketidakpastian geopolitik yang memperkuat permintaan.

Di Indonesia, harga emas Antam juga naik pada penutupan 10 April 2025, mencapai Rp 1.846.000 per gram untuk penjualan dan Rp 1.696.000 untuk pembelian kembali.

Harga emas Antam naik Rp 69.000 dari Rp 1.777.000 pada 9 April, dilansir dari Kompas.com tanggal 10 April 2025.

Kenaikan ini terseret oleh tren global, diperparah oleh pelemahan Rupiah ke Rp 16.807,1 per USD menurut Investing.com, yang membuat emas lokal lebih mahal.

Meski intervensi BI menahan volatilitas, permintaan emas sebagai lindung nilai tetap tinggi di tengah ketidakpastian.

Lonjakan emas dunia ini juga dipicu oleh meningkatnya permintaan safe haven akibat penundaan tarif Trump selama 90 hari untuk banyak negara kecuali Tiongkok, yang diumumkan pada 9 April, namun belum cukup meredakan kekhawatiran pasar.

Di Indonesia, selain pelemahan Rupiah, antusiasme masyarakat untuk membeli emas meningkat, dilansir dari Kompas.com tanggal 10 April 2025.

Hal ini karena emas dianggap lebih aman di tengah gejolak global, meskipun kenaikan harga ini dapat menekan daya beli investor kecil.

Pasar Saham Berayun: Indeks BEI Naik pada 10 April 2025

Pada penutupan perdagangan 10 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat ke 6.254,024, naik 4,81% atau 287,034 poin dari 5.966,99 sehari sebelumnya, menurut data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Indeks LQ45 menguat 4,66% ke 707,114, IDX30 bertambah 4,59% ke 372,731, Bisnis27 melonjak 4,72% ke 457,943, SRI-Kehati naik 4,77% ke 332,339, dan ISSI memukau dengan kenaikan 5,27% ke 192,935. Lonjakan ini mencerminkan respons pasar yang cepat terhadap angin perubahan dari luar negeri.

Pemicu utama adalah pengumuman Presiden Donald Trump pada 9 April (waktu AS) tentang penangguhan tarif timbal balik selama 90 hari untuk banyak negara kecuali Tiongkok, yang terasa di sesi WIB 10 April.

Meski tarif Tiongkok meningkat ke 125% dan Beijing membalas dengan 84%, pasar saham menangkap jeda sementara ini sebagai peluang.

Di dalam negeri, keteguhan Bank Indonesia menjaga Rupiah di Rp16.873 per USD dan yield SUN 10 tahun di 7,14% memberi ruang bagi investor lokal untuk memanfaatkan momen, meskipun ketidakpastian jangka panjang tetap membayang akibat sifat sementara kebijakan tersebut.

Faktor global turut mewarnai pergerakan ini, dengan S&P 500 yang naik 10,5% dan yield US Treasury mereda ke 4,4%, membawa angin sepoi ke pasar berkembang seperti Indonesia.

Ketegangan di Teluk Persia yang merenggang pada 9 April menjaga harga minyak stabil di USD 65–66 per barel, meredakan tekanan impor.

Namun, kenaikan ini lebih merupakan pantulan teknikal dari jeda tarif, bukan tanda kepastian penuh, karena risiko perang dagang dan volatilitas global masih mengintai di ujung 90 hari ke depan.

Sentimen Positif Pasar: SUN Menguat dan CDS Indonesia Turun Tajam

Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada penutupan perdagangan 10 April 2025.

Dilansir dari laporan BNI Sekuritas tanggal 10 April 2025, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun 7 basis poin menjadi 6,84%, sementara yield SUN 10-tahun (FR0103) turun lebih signifikan, 14 basis poin, ke 7,00%.

Data Bloomberg juga mencatat yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun 10 basis poin ke 7,04%.

Volume transaksi SBN menurun ke Rp 17,0 triliun dari Rp 23,8 triliun sehari sebelumnya, dengan seri FR0101 dan FR0103 paling aktif diperdagangkan, masing-masing Rp 1,7 triliun dan Rp 1,6 triliun.

Penguatan SUN ini sejalan dengan sentimen pasar yang lebih positif, ditopang oleh penurunan Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia sebesar 16 basis poin ke 115 basis poin, menurut laporan BNI Sekuritas tanggal 10 April 2025.

Penurunan CDS ini menunjukkan berkurangnya kekhawatiran investor terhadap risiko kredit Indonesia, meskipun levelnya masih lebih tinggi dibandingkan akhir 2024 (79 basis poin).

Sementara itu, data US Bureau of Labor Statistics melaporkan deflasi 0,1% pada Maret 2025, terutama akibat penurunan harga energi, dengan inflasi inti AS melambat ke 2,8%.

Hal ini memengaruhi yield US Treasury, di mana UST 5-tahun turun ke 4,04%, tetapi UST 10-tahun naik ke 4,40%.

Rupiah turut menguat 0,29% ke Rp 16.823 per USD, dilansir dari Bloomberg tanggal 10 April 2025, memberikan dampak positif pada pasar obligasi domestik.

Penurunan CDS dan penguatan rupiah mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor, yang bisa mendorong permintaan SBN ke depan.

Namun, kenaikan yield UST 10-tahun dan ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, dengan tarif Tiongkok mencapai 125%, tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai.

Penundaan tarif Trump selama 90 hari untuk banyak negara kecuali Tiongkok juga memberi ruang bagi Indonesia untuk memperkuat strategi dagang. Namun, ketidakpastian global masih membayangi.

Rupiah Melawan: Jeda Tarif Trump Beri Ruang Bernapas

Pada penutupan 10 April 2025, rupiah menguat ke Rp16.823 per USD, naik 0,40% atau 68 poin dari Rp16.891 pada 9 April, menurut Bisnis.com.

Data Investing.com juga mencatat USD/IDR di 16.807,1, menunjukkan tren penguatan yang konsisten.

Intervensi Bank Indonesia, didukung cadangan devisa sebesar USD 154,5 miliar (Februari 2025), menjadi penopang utama, di tengah volume transaksi pasar spot yang cukup aktif. Penguatan ini menunjukkan perlawanan Rupiah terhadap tekanan dolar AS, meski ancaman eksternal masih besar.

Penguatan ini dipicu oleh pengumuman Presiden Trump pada 9 April (waktu AS) yang menunda tarif timbal balik selama 90 hari untuk banyak negara kecuali Tiongkok, efeknya terasa di sesi WIB 10 April.

Meski tarif Tiongkok naik ke 125% dan Beijing membalas dengan 84%, jeda ini memberi ruang bagi Rupiah untuk melawan.

Kenaikan S&P 500 sebesar 10,5% dan penurunan yield US Treasury ke 4,4% juga mendukung aliran modal ke emerging markets, sementara harga minyak stabil di USD 65–66 per barel mengurangi tekanan impor, membantu rupiah bertahan.

Dibandingkan mata uang Asia, rupiah cukup tangguh. Menurut Investing.com, Yen Jepang menguat 1,82% ke 144,72 per USD, Baht Thailand naik 0,73% ke 33,891, dan Peso Filipina naik 0,02% ke 57,3520.

Namun, Yuan Tiongkok melemah 0,48% ke 7,3499 dan Ringgit Malaysia turun 0,58% ke 4,4680. Rupiah lebih kuat dibanding yuan dan ringgit, tapi tertinggal dari yen yang diuntungkan status safe haven.

Jeda tarif ini memberi waktu bagi rupiah untuk melawan tekanan USD, tapi ketegangan perdagangan yang masih ada setelah 90 hari bisa kembali mengguncang.

90 Hari Trump: Indonesia Manfaatkan Jeda untuk Perkuat Diplomasi Dagang

Pemerintah Indonesia memanfaatkan penundaan tarif timbal balik oleh Presiden AS Donald Trump selama 90 hari, yang diumumkan pada 9 April 2025 (waktu AS) dan mulai berlaku di sesi WIB 10 April, sebagai peluang untuk memperkuat strategi diplomasi.

Dilansir dari Kompas.com tanggal 10 April 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa langkah ini membuka ruang perundingan yang lebih luas dengan AS, terutama karena Indonesia termasuk dalam 56 negara yang mendapat penundaan, dengan tarif sementara turun ke 10% dari 32%.

Fokus utama adalah melindungi sektor ekspor seperti tekstil dan perikanan melalui jalur negosiasi.

Langkah ini mempercepat strategi yang sudah disiapkan.

Dilansir dari Antara News tanggal 3 April 2025, Kementerian Luar Negeri telah membentuk tim lobi tingkat tinggi untuk bernegosiasi dengan AS, kini mendapat waktu tambahan untuk memperjuangkan kepentingan ekspor.

Pemerintah juga mendorong diversifikasi pasar melalui perjanjian seperti IEU-CEPA dengan Uni Eropa dan negosiasi multilateral bersama ASEAN, seperti disampaikan Menteri Perdagangan Budi Santoso, dilansir dari Bisnis.com tanggal 10 April 2025, guna mengurangi ketergantungan pada pasar AS di tengah ketidakpastian global.

Namun, pemerintah tetap waspada. Dilansir dari Detik.com tanggal 10 April 2025, meski penundaan tarif membawa dampak positif—rupiah menguat ke Rp 16.823 per USD dan IHSG naik ke 6.254,024—risiko perang dagang masih mengintai, terutama dengan tarif Tiongkok yang naik ke 125% dan respons Beijing sebesar 84%.

Untuk menjaga stabilitas, pemerintah menyiapkan stimulus ekonomi bagi UMKM dan industri lokal, seperti disarankan ekonom Didin S. Damanhuri, dilansir dari Tempo.co tanggal 10 April 2025, agar Indonesia tetap tangguh menghadapi gejolak setelah masa penundaan berakhir.

DXY Tertekan: Dolar AS Melemah di Tengah Data Ekonomi yang Lesu

Pada penutupan 10 April 2025, indeks DXY, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama, melemah signifikan ke level 100.53, turun 1,81% dari 102.39 pada 9 April, menurut Investing.com.

Penurunan ini menjadi yang terbesar dalam sepekan, mencerminkan tekanan kuat pada dolar AS di tengah ketidakpastian ekonomi global, dilansir dari FXStreet tanggal 10 April 2025.

Data ini berbeda dari laporan awal BNI Sekuritas yang mencatat DXY di 102.39, kemungkinan karena perbedaan waktu penutupan atau pembaruan data.

Penurunan DXY ini dipicu oleh data ekonomi AS yang lemah, dengan deflasi 0,1% pada Maret 2025 dan inflasi inti melambat ke 2,8%, dilansir dari BNI Sekuritas tanggal 10 April 2025.

Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed meningkat, ditambah ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dengan tarif Tiongkok naik ke 125%, dilansir dari Investing.com tanggal 10 April 2025.

Pelemahan DXY ini memberi ruang bagi rupiah untuk menguat ke Rp 16.823 per USD pada hari yang sama, menurut Bisnis.com tanggal 10 April 2025, meskipun ketidakpastian jangka panjang tetap ada.

Pelemahan DXY ke 100.53 berpotensi mendorong Rupiah menguat lebih lanjut pada 11 April 2025, mungkin ke kisaran Rp 16.750–16.800, jika data ekonomi AS seperti CPI dan klaim pengangguran terus menunjukkan kelemahan, dilansir dari Reuters tanggal 10 April 2025.

Namun, ketegangan perdagangan global dan volatilitas pasar akibat tarif Tiongkok bisa menahan penguatan ini. Intervensi BI akan tetap krusial untuk menjaga stabilitas Rupiah di tengah gejolak eksternal.

Factors to Watch: Tren Pasar yang Perlu Diperhatikan

  1. Pelemahan Dolar AS: DXY turun ke 100.53 pada 10 April (Investing.com), dan pelemahan ini diperkirakan berlanjut karena data ekonomi AS yang lemah sepanjang Q1 2025, seperti deflasi 0,1% (Maret 2025) dan ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed (BNI Sekuritas), terus menekan dolar.
  2. Ketegangan Perdagangan Global: Ketegangan AS-Tiongkok (tarif 125% dan respons 84%) sejak awal April 2025 cenderung memicu volatilitas pasar yang berkelanjutan (Investing.com), meskipun penundaan tarif Trump selama 90 hari (9 April) memberi jeda sementara.
  3. Stabilitas Rupiah: Pelemahan DXY sepanjang April 2025, yang baru saja diumumkan pada 10 April menunjukkan deflasi 0,1% di AS, memberi peluang bagi Rupiah untuk menguat dalam jangka pendek, meskipun tren volatilitas kemungkinan berlanjut karena ketegangan perdagangan global dan sensitivitas terhadap sentimen eksternal.
  4. Harga Emas: menunjukkan tren kenaikan sepanjang April 2025, didorong permintaan safe haven, dan cenderung berlanjut seiring ketegangan global.

    Rekomendasi untuk Investor

    1. Reksa Dana: Pilih reksa dana pasar uang untuk stabilitas jangka pendek, menawarkan imbal hasil 4–6% per tahun, cocok di tengah tren volatilitas IHSG dipicu ketegangan perdagangan global sepanjang minggu ini dan sentimen pasar yang fluktuatif akibat perang tarif AS-Tiongkok. Hindari reksa dana saham murni karena risiko bearish, kecuali untuk investor jangka panjang yang tahan fluktuasi.

    2. SBN (Surat Berharga Negara): Sukuk Tabungan Seri ST014 adalah rekomendasi utama untuk risiko rendah dan return stabil. Kupon mengambang dengan batas bawah (floating with floor) dijamin pemerintah, sehingga aman dari fluktuasi pasar.

    Manfaatkan SBN Seri ST014 yang sedang dalam masa penawaran sampai dengan tanggal 16 April 2025, tenor 2 tahun (ST014-T2) dengan kupon 6,50% per tahun (5,85% netto setelah pajak kupon) dan tenor 4 tahun (ST014-T4) dengan kupon 6,60% per tahun (5,94% netto setelah pajak kupon).

    3. Emas: Emas tetap menjadi pelindung nilai (safe haven) yang kuat, dengan tren kenaikan sepanjang April 2025 seiring ketegangan global dan pelemahan DXY yang berkelanjutan. Beli bertahap untuk manfaatkan volatilitas jangka pendek, terutama jika ada koreksi setelah lonjakan tajam.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile