Dalam penyusunan laporan keuangan, salah satu indikator yang tercantum di dalamnya adalah depresiasi. Depresiasi adalah biaya yang timbul akibat penggunaan aktiva tetap berwujud (fixed asset) akibat penurunan manfaat atau kualitas (menyusut).
Penyusutan sangat berkaitan dengan perhitungan masa pakai atau umur dari suatu aset tetap. Contoh konkret aset tetap yang alami depresiasi adalah mesin. Mesin akan mengalami penyusutan nilai seiring waktu karena penggunaan terus-menerus.
Yuk, kita bahas lebih lanjut mengenai depresiasi, faktor yang mempengaruhi, serta cara menghitungnya pada artikel berikut!
Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah suatu metode penyusutan dalam akuntansi yang dapat mempengaruhi nilai aset perusahaan, terutama aktiva tetap. Semakin besar penurunan nilai aset tetap, maka harga jualnya juga menurun.
Aktiva tetap adalah aset yang dalam jangka panjang berguna bagi perusahaan untuk menjalankan operasional bisnisnya. Contoh aktiva tetap di antaranya gedung, pabrik, mesin produksi, hingga alat transportasi. Tanah tergolong pengecualian, karena harganya relatif naik dari waktu ke waktu.
Biaya ini akan akan berpengaruh terhadap perolehan laba bersih, karena biaya penyusutan akan ditambahkan pada item beban atau pengeluaran dalam laporan keuangan. Penghitungan indikator ini pada aktiva tetap perusahaan sangatlah penting, karena jika tidak, bisa saja perusahaan alami kerugian. Kerugian yang mungkin terjadi seperti jumlah tagihan pajak menjadi lebih besar, karena pencatatan laba bersih tidak dikurangi dengan penyusutan.
Faktor yang Mempengaruhi Depresiasi
Dalam penghitungan penyusutan atas suatu aset, terdapat beberapa faktor yang dapat mengurangi nilai suatu aset, di antaranya:
1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)
Acquisition cost adalah faktor utama dalam menentukan seberapa besar penyusutan dari aktiva tetap untuk kemudian dialokasikan tiap periode tertentu. Biaya-biaya yang termasuk dalam acquisition cost di antaranya harga pembelian, biaya pengiriman, hingga pemasangan.
2. Estimasi Umur Ekonomis
Faktor depresiasi satu ini dapat kita hitung dengan memperkirakan seberapa lama aset tersebut dapat berguna dalam operasional produksi, misalnya dalam jangka waktu berapa bulan atau tahun. Semakin kecil nilai penyusutan, maka suatu barang punya umur ekonomis yang lebih panjang. Sebaliknya, kalau nilainya besar, umur ekonomisnya akan lebih pendek.
Oleh karena itu, penting bagi pengelola bisnis untuk membuat estimasi umur ekonomis lebih awal agar bisa menghitung depresiasinya.
3. Nilai Residu
Nilai residu adalah nilai akhir aset ketika tidak digunakan lagi dalam operasional bisnis atau ketika barang tersebut dijual. Setiap perusahaan umumnya punya benchmark tersendiri dalam menentukan nominal residu aset ideal.
4. Pola Pemakaian
Cara pemakaian suatu aktiva dapat mempengaruhi umur pakainya. Semakin berat pemakaiannya, semakin pendek estimasi umur ekonomisnya.
Baca juga: 9 Manfaat Laporan Keuangan Bagi Perusahaan dan Investor
Manfaat Menghitung Biaya Depresiasi
Menghitung biaya penyusutan adalah satu hal yang tidak boleh kamu lewatkan saat membuat laporan keuangan. Kalau akuntan dengan sengaja menghindari atau memanipulasi perhitungan tersebut, laporan keuangan berpotensi invalid dan membahayakan banyak pihak. Berikut adalah manfaat menghitung biaya depresiasi:
1. Mendata Perolehan Keuntungan
Biaya depresiasi adalah indikator yang tidak boleh terlewat untuk mengetahui tingkat laba bersih perusahaan dalam satu periode tertentu.
2. Mengetahui Harga Awal Aset
Dalam akuntansi, suatu barang yang perusahaan beli tidak hanya dilihat berdasarkan manfaatnya saja, tetapi kita perlu melihat juga harga perolehan dan penggunaannya.
Perhitungan ini berdasarkan hak guna kerja dan kepemilikan aset. Gabungan di antara keduanya akan menunjukkan harga perolehan awal dan digunakan dalam menghitung beban operasional dan keuntungan.
3. Meminimalisir Kerugian
Pembelian aktiva bisa jadi sumber kerugian bagi perusahaan ketika barang tersebut tidak memberikan produktivitas sesuai harapan. Oleh karena itu, mengetahui nilai depresiasi bisa meminimalisir kerugian.
Keberadaan aset pada perusahaan membuat manajemen akan memikirkan cara untuk memaksimalkan kegunaan barang agar bisa menghasilkan keuntungan. Selain itu, mengetahui nominal depresiasi akan membantu perusahaan untuk mengalokasikan dana cadangan untuk membeli aset baru di masa mendatang.
Baca juga: Apa Itu Debt to Equity Ratio? Ketahui Rumus dan Cara Menghitungnya!
Metode Perhitungan Depresiasi
Dalam akuntansi, depresiasi adalah pengurangan biaya dari aktiva tetap secara sistematis sampai aset tersebut tidak lagi bernilai ekonomis. Berikut adalah beberapa metode yang bisa kamu terapkan dalam menghitung biaya penyusutan.
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus merupakan metode yang paling umum para akuntan gunakan dalam menghitung beban penyusutan. Cara menghitung dengan metode ini menggunakan pendekatan waktu. Jadi, semakin lama suatu aset digunakan, nilainya akan berkurang.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Contoh:
Perusahaan tekstil A membeli sebuah mesin produksi dengan harga perolehan sebesar Rp150 juta. Estimasi nilai residunya adalah Rp30 juta dan perkiraan masa pakainya sekitar 5 tahun. Hitung biaya depresiasinya!
Biaya penyusutan = (Rp150 juta – Rp 30 juta) : 5
= Rp24 juta
2. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun merupakan cara menghitung depresiasi dengan acuan total pendapatan tahunan dan penurunan saldo. Jadi, pada periode awal beban penyusutan akan lebih besar dari periode berikutnya.
3. Metode Aktivitas
Berbeda dengan metode pertama, cara ini mengukur depresiasi sebagai fungsi dari produktivitas. Jadi, tidak hanya penyusutan aktivanya yang diperhitungkan, melainkan memperhitungkan juga tingkat produktivitasnya. Berikut adalah rumusnya:
4. Metode Depresiasi Khusus
Metode terakhir berguna untuk mengetahui penyusutan dari manfaat suatu aktiva tetap. Di dalam suatu perusahaan, pasti ada beberapa aktiva yang punya karakteristik tertentu dan butuh metode khusus.
Ada dua skema dari metode khusus ini, yaitu skema kelompok dan campuran.
- Kelompok, perhitungan asetnya secara homogen dan punya fungsi yang sama
- Campuran, perhitungan asetnya lebih fleksibel, tergantung kemampuan dan kemauan dari akuntannya.
Kesimpulan
Bagi pengelola bisnis, menghitung nilai penyusutan merupakan hal penting, karena berkaitan erat dengan nilai aset perusahaan. Faktor yang mempengaruhi perhitungan depresiasi adalah harga perolehan, estimasi umur ekonomis, nilai residu, hingga pola pemakaian.
Dengan menghitung biaya depresiasi, perusahaan bisa mendapatkan angka laba bersih dalam periode tertentu. Selain itu, perusahaan juga bisa mengalokasikan dana cadangan untuk membeli aset baru di masa mendatang.
Di sisi investor, mengetahui apa itu depresiasi bisa jadi pengetahuan penting saat membaca laporan keuangan untuk menganalisis fundamental suatu perusahaan. Dalam investasi saham, analisis laporan keuangan merupakan pengetahuan dasar bagi investor supaya tidak salah pilih emiten dan berujung kerugian.
Nah, bagi kamu yang masih pemula dan berminat berinvestasi saham, kamu bisa pilih alternatif produk, yaitu reksadana saham. Sebagaimana jenis reksadana lainnya, kumpulan dana dari investor akan dikelola oleh Manajer Investasi profesional ke saham-saham terbaik di Bursa Efek Indonesia.
Kamu bisa berinvestasi reksadana saham melalui aplikasi tanamduit. Tersedia berbagai pilihan produk reksadana sesuai kebutuhan dan tujuan investasimu. Yuk, download tanamduit dan mulai investasi reksadana sekarang!