Sejak pandemi dua tahun terakhir, dunia investasi cukup menarik minat masyarakat. Terlebih lagi, pada pertengahan 2020 investasi cryptocurrency naik daun. Harga dari coin dan tokennya, melambung naik hingga ratusan persen sampai 2021. Pertumbuhan nilai yang fantastis membuat banyak orang FOMO (Fear of Missing Out) untuk ikut berinvestasi tanpa mengetahui lebih lanjut mengetahui produk dan risikonya. Bahkan, tidak sedikit yang berinvestasi menggunakan uang panas, lho. Yuk, kita bahas lebih lanjut istilah uang panas dan perbedaannya dengan uang dingin pada artikel berikut!
Uang Panas
Uang panas adalah dana yang pengelolaannya bersifat spekulatif dan menghasilkan hasil tinggi di waktu yang singkat. Istilah ini menandakan pergerakan uang yang cepat dan teratur di pasar keuangan untuk memastikan investor mengunci suku bunga jangka pendek tertinggi yang tersedia. Uang panas terus bergeser dari negara dengan tingkat bunga rendah ke negara dengan tingkat bunga tinggi. Transfer keuangan akan mempengaruhi nilai tukar serta berdampak pada neraca pembayaran.
Istilah ini tidak hanya terkait dengan currency dari berbagai negara, tetapi dapat merujuk pada modal yang perusahaan investasikan pada produk investasi dengan imbal hasil bersaing. Sebagai contoh, pihak bank menawarkan sertifikat deposito jangka pendek dengan bunga tinggi untuk menarik investor. Kalau sewaktu-waktu bank menurunkan tingkat suku bunga atau bank lainnya menawarkan imbal hasil lebih tinggi, maka investor cenderung memilih opsi paling menguntungkan.
Dalam hal individu atau ritel, istilah ini berkaitan dengan dana yang kita gunakan sehari-hari dan jumlahnya cenderung berkurang tergantung kebutuhan. Belakangan marak orang-orang yang berinvestasi dengan menggadaikan aset maupun menggunakan pinjaman a.k.a. utang. Kebanyakan dari mereka tidak begitu memahami risiko dari produk investasinya sehingga banyak yang mengalami kerugian besar. Nah, investasi dengan menggadaikan aset dan berutang dapat kita sebut juga menggunakan uang panas.
Uang Dingin
Sementara itu, uang dingin adalah dana menganggur di luar alokasi gaji untuk kebutuhan sehari-hari. Umumnya, saat membuat perencanaan keuangan, kamu sudah punya alokasi gaji tersendiri untuk berinvestasi. Pemakaiannya sangatlah disarankan, baik untuk bertransaksi ataupun berinvestasi. Jadi, kondisi finansial kita nggak terganggu kalau sewaktu-waktu nilai aset yang kita beli menurun, karena dana investasimu memang dana menganggur yang tidak akan kamu pakai dalam waktu dekat.
Mengapa Harus Investasi Pakai Uang Dingin?
Dalam berinvestasi, sebaiknya kamu tidak menggunakan dana kebutuhan sehari-hari apalagi dengan pinjaman. Berinvestasi dengan uang panas akan menyulitkanmu di kemudian hari, apabila nilai aset menurun sewaktu-waktu dan kamu jadi terlilit utang karenanya. Yuk, kita bahas satu per satu alasan investasi harus pakai uang dingin!
1. Tidak Mengganggu Cashflow Bulanan
Setiap orang punya kebutuhan dalam sebulan yang perlu penuhi. Selain itu, besar pengeluaran masing-masing individu juga berbeda. Gampangnya, cashflow adalah aliran uang tunai yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Untuk menghindari cashflow berantakan akibat investasi dengan uang panas, kamu bisa membuat alokasi gaji khusus untuk investasi. Catat pengeluaranmu terlebih dahulu untuk mengetahui berapa besar pengeluaran rata-rata setiap bulannya. Barulah setelahnya kamu bisa membuat perencanaan keuangan dan alokasi gaji yang sesuai dengan kebutuhanmu. Kalau kamu butuh acuan dalam mengatur keuangan, kamu bisa menggunakan metode sederhana 50-30-20. Metode alokasi gaji 50/30/20 adalah alternatif sederhana dalam mengalokasikan 50% gaji untuk kebutuhan, 30% keinginan, dan 20% investasi.
Baca juga: Cara Jitu Mengatur Keuangan Dengan Metode 50/30/20, Gampang!
2. Mengurangi Risiko Saat Rugi
Investasi adalah kegiatan yang cukup berisiko, meskipun setiap produknya punya tingkat risiko berbeda. Ada produk berisiko rendah seperti reksadana pasar uang, Surat Berharga Negara (SBN), dan deposito. Terdapat juga produk berisiko tinggi seperti reksadana saham, saham, dan crypto.
Umumnya, produk berisiko rendah seperti reksadana pasar uang pertumbuhan nilainya stabil dan tidak fluktuatif seperti reksadana saham, saham, dan crypto. Namun, pada dasarnya prinsip investasi adalah high risk, high return–low risk, low return. Semakin rendah risikonya, makin rendah juga potensi imbal hasilnya. Sebaliknya, semakin tinggi potensi imbal hasil yang ditawarkan, makin tinggi pula risikonya.
Penggunaan uang dingin sangat disarankan dalam berinvestasi. Jadi, jika sewaktu-waktu ada penurunan nilai aset atau kerugian, hal tersebut tidak akan mengganggu kesehatan finansialmu, karena dana yang digunakan sifatnya idle (menganggur).
Mulai Investasi Sekarang Juga!
Kamu bisa mulai investasi sedini mungkin. Semakin dini kamu memulai, makin maju juga langkahmu untuk mewujudkan cita-cita finansial di masa mendatang. Melalui aplikasi tanamduit, kamu bisa berinvestasi dengan modal sangat terjangkau, mulai dari Rp10 ribu. Tersedia berbagai pilihan produk investasi mulai dari reksadana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN).
Yuk, download tanamduit dan mulai investasi sekarang!