Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 15 April 2025

tanamduit Breakfast News: 15 April 2025

oleh | Apr 15, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Naik 1,7%, Didorong oleh Saham Tambang dan Perbankan.
  • Penguatan Harga Surat Utang Negara, Sentimen Positif di Pasar Obligasi.
  • Emas Turun Setelah Mencetak Rekor, Sentimen Risiko Meningkat.
  • Prediksi Harga Emas: Menunjuk ke USD4.000 di Tahun Ini?
  • Obligasi Pemerintah AS Pulih Setelah Guncangan Tarif, Yield Menurun, Angin Segar Untuk Pasar SUN.
  • Indeks Dolar AS (DXY) Turun, Menciptakan Peluang dan Tantangan bagi Pasar Keuangan Indonesia.

SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!

  • SBN Syariah ST014 dapat dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 14 April 2025.

data-market-update-15-april-2025

IHSG Naik 1,7% Didorong oleh Saham Tambang dan Perbankan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan signifikan pada penutupan perdagangan Senin (14/4/2025), mencatat kenaikan sebesar 1,7% ke level 6.368,52.

Menurut laporan dari Bisnis, IHSG dibuka pada level 6.225,34 dan sempat menyentuh level tertinggi 6.404,07 selama perdagangan.

Total nilai transaksi mencapai Rp13,64 triliun, dengan volume transaksi 22,41 miliar lembar.Sebanyak 502 saham mengalami penguatan, sementara 158 saham melemah, menunjukkan optimisme pasar yang meningkat di kalangan investor.

Investor asing tercatat masih melakukan net sell senilai Rp2,3 triliun, terutama pada Bank Mandiri (BMRI).

Saham-saham yang bergerak di sektor tambang dan perbankan menjadi penggerak utama pertumbuhan IHSG. Emiten tambang emas seperti PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menguat 8,28%, sementara PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) naik 10,34%.

Selain itu, sektor perbankan juga menunjukkan performa yang baik. Saham seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) masing-masing naik 1,51% dan 3,64%.

Menurut CNBC Indonesia, utilitas memimpin sektor yang mengalami kenaikan dengan pertumbuhan 8,98%.

Faktor eksternal juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG pada hari Senin kemarin. Sentimen kebijakan tarif impor terkait penundaan penerapan tarif baru untuk produk elektronik, turut memberikan dampak positif.

Hal ini, bersamaan dengan negosiasi perdagangan yang akan dilakukan oleh beberapa negara termasuk Indonesia dengan AS, memberikan harapan bagi investor.

Di sisi lain, ada juga beberapa saham yang mengalami penurunan signifikan. Saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN), misalnya, mencatatkan penurunan tertinggi sebesar 14,88%.

Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada data neraca perdagangan Indonesia yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik, yang diprediksi dapat mempengaruhi kinerja pasar ke depan.

Dengan banyaknya faktor yang memengaruhi, diperkirakan pergerakan IHSG ke depan masih akan fluktuatif dan membutuhkan kewaspadaan dari para investor.

Penguatan Harga Surat Utang Negara, Sentimen Positif di Pasar Obligasi

Dilansir dari laporan riset BNI Sekuritas, pada perdagangan Senin 14 April kemarin, harga Surat Utang Negara (SUN) menunjukkan penguatan.

Yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) turun 3 basis poin menjadi 6,82% dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) turun 5 basis poin menjadi 6,99%.

Yield curve SUN 10-tahun juga mengalami penurunan sebesar 4 basis poin, mencapai 7,03%.

Volume transaksi SUN secara outright tercatat sejalan dengan hari sebelumnya, mencapai Rp12,0 triliun. Adapun, volume transaksi obligasi korporasi sebesar Rp2,8 triliun menunjukkan adanya minat yang berkelanjutan di pasar obligasi.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan yang tipis, dari Rp16.796/USD menjadi Rp16.787/USD.

Sentimen positif ini diperkuat oleh penurunan yield Treasury AS dan Credit Default Swap (CDS) Indonesia, yang menunjukkan adanya harapan untuk perlambatan tekanan kenaikan yield pada instrumen Surat Berharga Negara berdenominasi rupiah.

Hal ini menciptakan suasana optimis bagi para investor di pasar obligasi.

Emas Turun Setelah Mencetak Rekor, Sentimen Risiko Meningkat

Dilansir dari Reuters 14 April waktu setempat, harga emas mengalami penurunan pada hari Senin setelah mencapai rekor tertinggi sebelumnya, dipicu oleh perbaikan sentimen risiko di pasar.

Harga emas spot turun 0,7% menjadi USD3.213,69 per ons setelah mencapai rekor USD3.245,42, sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 0,6% lebih rendah di USD3.226,30.

Perbaikan sentimen ini dipicu oleh keputusan Gedung Putih untuk mengecualikan beberapa barang elektronik dari tarif tinggi kepada China, yang mengurangi permintaan untuk emas sebagai aset aman atau safe haven.

Kendati ada penurunan harga, para analis masih melihat lingkungan yang kondusif untuk emas.

Bart Melek dari TD Securities mengatakan bahwa meskipun ada aksi ambil untung, ketidakpastian mengenai perdagangan dan tarif, pelemahan dolar, serta imbal hasil yang lebih rendah tetap mendukung posisi emas.

Meskipun ada sedikit keringanan tarif, Peter Grant dari Zaner Metals memperingatkan bahwa ketidakpastian tetap ada dan dapat berpengaruh terhadap permintaan emas.

Optimisme terhadap harga emas dilanjutkan oleh perkiraan Goldman Sachs yang menaikkan proyeksi akhir tahun menjadi USD3.700.

Permintaan bank sentral yang kuat dan meningkatnya risiko resesi menjadi faktor pendorong, dengan aliran investasi ke dana yang diperdagangkan di bursa emas asal China melampaui investasi pada seluruh kuartal pertama tahun ini.

Keadaan ini menunjukkan bahwa meskipun ada dinamika pasar yang memengaruhi harga, minat terhadap emas sebagai aset aman tetap tinggi.

Prediksi Harga Emas: Menunjuk ke USD4.000 di Tahun Ini?

Dilansir dari Bloomberg Technoz, meskipun terjadi penurunan, harga emas menunjukkan kenaikan sebesar 23% sepanjang tahun ini. Penurunan harga ini lebih dipicu oleh aksi ambil untung dari investor ketika harga emas sudah memasuki fase overbought.

Beberapa bank investasi terkemuka, seperti Goldman Sachs dan UBS, telah memperbarui proyeksi harga emas mereka ke atas.

Goldman Sachs memperkirakan harga emas akan mencapai USD3.700 pada akhir tahun ini dan memiliki potensi untuk menembus USD4.000 pada tahun 2026.

Analis Goldman Sachs juga menyatakan bahwa permintaan bank sentral untuk aset emas ditaksir mencapai 80 ton per bulan, mendukung kenaikan harga emas sebagai aset yang aman di tengah potensi resesi ekonomi global.

UBS Group AG dan Bloomberg Intelligence juga memberikan proyeksi optimis.

UBS memperkirakan harga emas akan menyentuh USD3.500 pada akhir tahun ini, didorong oleh permintaan yang kuat dari berbagai segmen pasar.

Sementara itu, Bloomberg Intelligence menganalisis bahwa harga emas bisa mencapai USD4.000 per troy ounce dengan latar belakang penurunan signifikan di pasar saham AS dan kekhawatiran akan inflasi.

Beberapa bank lainnya seperti Macquarie, Bank of America, dan Citigroup juga menunjukkan keyakinan terhadap tren kenaikan harga emas.

Mereka mencatat bahwa pembelian emas oleh bank sentral akan menjadi faktor penting yang mendukung harga emas dalam jangka panjang.

Dengan banyaknya proyeksi bullish yang muncul, pasar emas diperkirakan akan tetap volatile namun menguntungkan bagi investor dalam waktu dekat.

Obligasi Pemerintah AS Pulih Setelah Guncangan Tarif, Yield Menurun, Angin Segar Untuk Pasar SUN

Dilansir dari Reuters, pasar obligasi Treasury pemerintah AS menunjukkan perbaikan pada hari Senin 14 April kemarin, dengan imbal hasil (yield) yang turun setelah menghadapi guncangan tarif Trump yang signifikan.

Ketakutan akan kehilangan keunggulan global mereda setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan pengecualian untuk beberapa barang elektronik dari tarif baru terhadap China.

Meskipun masih ada ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan, investor obligasi kembali menunjukkan minat pada aset tersebut sebagai tempat perlindungan, yang menyebabkan imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun menjadi 4,368%.

Gubernur Federal Reserve Christopher Waller juga memberikan komentar dovish (kecenderungan bunga turun) yang mendorong penurunan yield, dengan peluang pemotongan suku bunga jika guncangan ekonomi akibat tarif berlanjut.

Namun, meskipun dolar dan obligasi AS tetap menarik, ketidakpastian mengenai kebijakan membuat investor asing sedikit enggan untuk berinvestasi. Meski demikian, lelang kuat obligasi 10 dan 30 tahun menunjukkan bahwa minat investasi masih ada walaupun ada kekhawatiran tentang investor asing.

Dampak penurunan imbal hasil pada obligasi pemerintah AS ini dapat mempengaruhi harga Surat Utang Negara (SUN) di Indonesia, karena pergerakan global dalam imbal hasil dapat menciptakan dampak lanjutan di pasar obligasi domestik.

Apabila imbal hasil obligasi AS turun, hal ini biasanya mendorong investor untuk mencari aset dengan imbal hasil lebih tinggi, termasuk SUN.

Selanjutnya, pemotongan suku bunga yang diprediksi juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi harga SUN di pasar Indonesia.

Indeks Dolar AS (DXY) Turun, Menciptakan Peluang dan Tantangan bagi Pasar Keuangan Indonesia

Dilansir dari Trading Economics, indeks dolar AS (DXY) jatuh ke level terendah dalam tiga tahun, mencapai 99,6, akibat ketidakstabilan terkait kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.

Pengumuman terbaru yang mengesampingkan komputer dan barang elektronik dari tarif baru, diimbangi dengan ancaman pungutan pada barang elektronik dan semikonduktor lainnya, menyebabkan investor domestik dan asing menjual aset berdenominasi dolar.

Hal ini menciptakan ketidakpastian yang memengaruhi kepercayaan di pasar global.

Ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan ini berimbas negatif pada pasar keuangan, dengan melemahnya nilai ekuitas dan penurunan harga sekuritas Treasury.

Terlebih lagi, inflasi harga konsumen dan produsen yang lebih rendah dari perkiraan memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (Fed) akan melakukan pemotongan suku bunga tahun ini. Hal ini memberi tambahan angin segar bagi investor untuk mengalihkan dana mereka dari aset-aset berbasis dolar.

Dampak penurunan indeks dolar ini juga akan dirasakan di pasar keuangan Indonesia.

Pelemahan dolar dapat membuat aset berdenominasi rupiah, seperti Surat Utang Negara (SUN), menjadi lebih menarik bagi investor yang mencari imbal hasil yang lebih tinggi.

Selain itu, jika Fed memangkas suku bunga, hal ini berpotensi mendorong aliran dana masuk ke pasar obligasi dan ekuitas Indonesia, memberikan dorongan ke pasar keuangan domestik yang mungkin akan mengalami penguatan.

Factors to Watch: Tren Pasar yang Perlu Diperhatikan

  1. Eskalasi Perang Dagang AS-Tiongkok: Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang meningkat sepanjang April 2025, dengan tarif AS naik ke 145% dan respons Tiongkok sebesar 125% mulai 12 April, memicu volatilitas pasar global, mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven, sementara pasar saham, termasuk IHSG, mengalami fluktuasi.
  2. Pelemahan Dolar AS: Indeks DXY menunjukkan tren pelemahan ke level di bawah 100 dan kemungkinan akan berlanjut, mendukung kenaikan harga emas dan memberikan peluang penguatan rupiah, meskipun volatilitas global tetap menjadi risiko.
  3. Volatilitas Pasar Saham Indonesia: IHSG mengalami volatilitas signifikan sejak hari pertama perdagangan setelah libur panjang Idulfitri yang dipengaruhi oleh volatilitas global, masih membuat ketidakpastian bagi investor reksa dana saham.
  4. Tren Harga Emas dan Permintaan Safe Haven: Harga emas dunia meningkat sepanjang April 2025, didorong oleh ketegangan global dan pelemahan DXY. Kenaikan harga emas diperkirakan berlanjut, dengan proyeksi emas dunia mencapai USD3.500 – USD3.700 pada akhir 2025.

    Rekomendasi bagi Investor

    1. Reksa Dana:

    Di tengah volatilitas IHSG, utamakan pilih reksa dana pasar uang untuk stabilitas jangka pendek, menawarkan imbal hasil 4–6% per tahun.

    Kurangi reksa dana saham dan indeks saham karena risiko bearish, kecuali untuk investor jangka panjang yang tahan fluktuasi.

    Untuk investor moderat, pertimbangkan reksa dana campuran dan pendapatan tetap untuk keseimbangan antara risiko dan keuntungan.

    2. Emas:

    Dengan adanya proyeksi dari Goldman Sachs, UBS, dan Bloomberg Intelligence bahwa harga emas akan mencapai USD3.500-3.700 di akhir tahun 2025, emas tetap menjadi pilihan investasi dan aset safe haven yang kuat.

    Beli bertahap untuk manfaatkan volatilitas jangka pendek, terutama jika ada koreksi setelah lonjakan tajam, mengingat permintaan safe haven yang terus meningkat.

     

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile