Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 14 April 2025

tanamduit Breakfast News: 14 April 2025

oleh | Apr 14, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Menguat Tipis: Sektor Barang Baku dan Energi Jadi Penopang di Tengah Ketegangan Global
  • SUN Melemah: Tekanan Global dan Jual Neto Asing Menekan Pasar Obligasi
  • Emas Dunia Tembus Rekor karena Perang Dagang, Emas Indonesia Naik karena FOMO Masyarakat
  • Rupiah Bertahan: Penguatan Tipis di Tengah Volatilitas Global pada 11 April 2025
  • Dolar AS Terus Tertekan: Volatilitas Akhir Pekan dan Prospek hingga Akhir 2025
  • Yield Treasury AS Naik, Indeks NYSE Pulih: Ketegangan Global dan Data AS Jadi Pemicu

SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!

  • SBN Syariah ST014 dapat dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 11 April 2025.

data-market-update-14-april

IHSG Menguat Tipis: Sektor Barang Baku dan Energi Jadi Penopang di Tengah Ketegangan Global

Pada penutupan 11 April 2025, IHSG naik 0,13% atau 8,2 poin ke level 6.262,22, dengan total transaksi Rp 10,72 triliun dari 13,39 miliar saham yang diperdagangkan.

Sektor barang baku, transportasi, dan energi memimpin kenaikan, masing-masing naik 3,22%, 1,21%, dan 0,73%.

Kenaikan IHSG dipengaruhi oleh sentimen global yang beragam, dengan bursa Asia seperti China dan Vietnam menguat hingga 4,63%.

Namun, Wall Street anjlok, dengan Dow Jones turun 2,51%, S&P 500 3,46%, dan Nasdaq 4,31%, akibat eskalasi perang dagang AS-Tiongkok, menurut Bloomberg Technoz tanggal 11 April 2025 pukul 17:50 WIB.

Gedung Putih mengumumkan tarif AS terhadap China naik ke 145%, sementara China balas dengan menaikkan tarif barang AS ke 125% mulai 12 April, memicu kekhawatiran pasar global.

Intervensi BI yang menjaga Rupiah di Rp16.795 dan pelemahan DXY ke 99,76 turut mendukung IHSG, meskipun volatilitas global tetap menjadi risiko.

Para investor mulai menyadari perang dagang AS-Tiongkok bisa memburuk, seperti diungkapkan Michael Bailey dari FBB Capital Partners, yang dikutip Bloomberg Technoz tanggal 11 April 2025 pukul 17:50 WIB.

Alhasil, pasar Indonesia bergerak hati-hati di tengah ketegangan ini.

SUN Melemah: Tekanan Global dan Jual Neto Asing Menekan Pasar Obligasi

Pada penutupan perdagangan Jumat (11/4/2025), harga Surat Utang Negara (SUN) melemah.

Yield SUN 5-tahun naik 1 basis poin ke 6,85% dan yield SUN 10-tahun naik 3 basis poin ke 7,04%, menurut data PHEI yang dilansir dari laporan BNI Sekuritas tanggal 11 April 2025.

Volume transaksi SBN turun ke Rp11,9 triliun dari Rp17,0 triliun sehari sebelumnya. Sementara itu, transaksi obligasi korporasi mencapai Rp2,9 triliun.

Pelemahan ini dipicu oleh tekanan global, dengan yield US Treasury 10-tahun naik 8 basis poin ke 4,48% dan mingguan meningkat 47 basis poin, menurut laporan BNI Sekuritas tanggal 11 April 2025.

Investor asing mencatat jual neto Rp24,04 triliun di pasar SBN, saham, dan SRBI pada 8-10 April, menurut laporan BI, meskipun CDS Indonesia turun ke 112 basis poin dan rupiah menguat ke Rp 16.796 per USD, menurut Bloomberg yang dilansir dari laporan BNI Sekuritas tanggal 11 April 2025.

Emas Dunia Tembus Rekor karena Perang Dagang, Emas Indonesia Naik karena FOMO Masyarakat

Pada penutupan 11 April 2025, harga emas dunia (XAU) melonjak ke USD3,216.94 per troy ounce, naik 1,02% atau USD28,92 dari USD3,188.02 pada 10 April, menurut Investing.com.

Kenaikan ini menandai rekor baru, melanjutkan tren bullish yang dimulai sejak awal April 2025.

Dalam hal ini, XAU telah naik lebih dari 5% sejak 8 April akibat meningkatnya ketegangan perdagangan global.

Reuters juga melaporkan bahwa emas telah melampaui USD3,200 per ons sejak 11 April, didorong oleh permintaan safe haven yang kuat di tengah volatilitas pasar.

Di Indonesia, harga emas Antam naik ke Rp1.900.000 per gram untuk penjualan dan Rp1.750.000 untuk pembelian kembali pada penutupan perdagangan Jumat (11/4/2025).

Harga emas Antam meningkat Rp54.000 dari Rp1.846.000 pada 10 April, dilansir dari Kompas.com tanggal 11 April 2025.

Kenaikan ini dipicu oleh fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan masyarakat, yang berbondong-bondong membeli emas sebagai lindung nilai di tengah ketidakpastian global, menurut Kompas.com tanggal 13 April 2025.

Pelemahan Rupiah ke Rp16.807,1 per USD (Investing.com) juga turut mendorong harga emas lokal, meskipun intervensi BI membantu menahan volatilitas lebih lanjut.

Rupiah Bertahan: Penguatan Tipis di Tengah Volatilitas Global pada 11 April 2025

Pada penutupan 11 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis ke Rp16.795 per USD, naik 0,16% dibanding hari sebelumnya.

Penguatan ini terjadi setelah Rupiah sempat melemah signifikan sepanjang minggu, dengan penurunan 4,49% sepanjang tahun 2025 (year-to-date), menjadikannya salah satu mata uang Asia dengan kinerja terburuk.

Meski menguat hari itu, tren volatilitas rupiah tetap terlihat, dipengaruhi oleh dinamika global dan domestik.

Penguatan rupiah ini dipicu oleh melemahnya dolar AS, dengan indeks DXY turun ke 100.53 pada 10 April, menurut Investing.com. Turunnya indeks DXY terjadi akibat data ekonomi AS yang lemah, seperti deflasi 0,1% pada Maret 2025.

Selain itu, penundaan tarif Trump selama 90 hari untuk banyak negara kecuali Tiongkok, yang diumumkan pada 9 April, juga memberi sentimen positif, meskipun ketegangan AS-Tiongkok (tarif 125%) tetap memicu volatilitas.

Di dalam negeri, intervensi Bank Indonesia dengan cadangan devisa USD 154,5 miliar (Februari 2025) membantu menjaga stabilitas, meskipun kekhawatiran atas kebijakan domestik seperti pemotongan anggaran Rp306 triliun terus memengaruhi kepercayaan investor.

Dibandingkan mata uang ASEAN, rupiah menunjukkan kinerja yang cukup baik pada 11 April.

Menurut Bloomberg yang dilansir dari Kompas.com tanggal 11 April 2025, Baht Thailand menguat 0,82%, Peso Filipina naik 0,59%, dan Ringgit Malaysia menguat 0,60% terhadap USD.

Namun, sepanjang tahun 2025, rupiah tetap menjadi yang terlemah di kawasan ASEAN dengan depresiasi atau pelemahan 4,49% (year-to-date), dibandingkan Baht Thailand yang turun 1,34% dan Ringgit Malaysia yang melemah 0,38%.

Intervensi BI memberikan perlindungan, tetapi volatilitas global masih menjadi risiko besar bagi rupiah ke depan.

DXY Terus Tertekan: Volatilitas Akhir Pekan dan Prospek hingga Akhir 2025

Pada penutupan 11 April 2025, indeks DXY, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama, turun ke level 99.76, melemah 1,10% dari 100.87 pada 10 April, menurut Trading Economics.

Pergerakan akhir pekan (12 April 2025) menunjukkan DXY tetap berada di bawah tekanan, dengan volatilitas terbatas karena pasar menanti data ekonomi AS lebih lanjut, seperti laporan klaim pengangguran mingguan.

Penurunan ini melanjutkan tren pelemahan sepanjang minggu, di mana DXY telah kehilangan lebih dari 2% sejak 8 April, dipicu oleh ketidakpastian global dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed, menurut FXStreet.

Penyebab utama pelemahan DXY adalah data ekonomi AS yang lemah, seperti deflasi 0,1% pada Maret 2025 dan inflasi inti yang melambat ke 2,8%.

Selain itu, Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, dengan tarif Tiongkok naik ke 125% dan respons Beijing sebesar 84%, juga meningkatkan ketidakpastian, mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas, menurut Reuters tanggal 11 April 2025.

Selain itu, penurunan S&P 500 sebesar 3,5% pada 10 April, menambah tekanan pada dolar AS karena investor global mencari stabilitas di luar pasar AS.

DXY diperkirakan terus mengalami volatilitas dengan tren pelemahan yang dominan hingga akhir 2025, dengan proyeksi menutup di kisaran 96.76, menurut Long Forecast.

Penyebab utama adalah ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed yang berkelanjutan sepanjang 2025, didorong oleh data ekonomi AS yang lemah dan inflasi yang melambat.

Namun, ketegangan perdagangan global yang berkepanjangan, ditambah risiko resesi AS yang meningkat (45% menurut Goldman Sachs, Investopedia), bisa memicu volatilitas tambahan, meskipun dolar AS mungkin mendapat dukungan sementara dari status safe haven-nya di tengah gejolak pasar.

Yield Treasury AS Naik, Indeks NYSE Pulih: Ketegangan Global dan Data AS Jadi Pemicu

Pada penutupan 11 April 2025, yield US Treasury 10 tahun naik ke 4.50%, meningkat dari 4.44% pada 10 April.

Sementara itu, indeks utama di NYSE menunjukkan pemulihan. Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 1,56% atau 619,05 poin ke 40.212,71, dan Nasdaq Composite melonjak 2,1% ke sekitar 16,250 poin.

Kenaikan ini terjadi setelah volatilitas tinggi, dengan DJI sempat turun lebih dari 2.000 poin pada 10 April akibat penurunan S&P 500 sebesar 3,5%.

Pemicu utama adalah data ekonomi AS yang lemah, seperti deflasi 0,1% pada Maret, yang meningkatkan ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed, meskipun ketegangan perdagangan AS-Tiongkok (tarif 125%) menambah ketidakpastian.

Factors to Watch: Tren Pasar yang Perlu Diperhatikan

  1. Volatilitas Dolar AS: DXY menunjukkan tren pelemahan sepanjang minggu, turun dari 102.77 pada 9 April ke 99.76 pada 11 April. Tren ini diperkirakan berlanjut karena data ekonomi AS yang lemah sepanjang Q1 2025, seperti deflasi 0,1% pada Maret 2025 dan ekspektasi pelonggaran kebijakan The Fed yang terus menekan dolar.
  2. Ketegangan Perdagangan Global: Ketegangan AS-Tiongkok (tarif 125% dan respons 84%) sepanjang April 2025 cenderung memicu volatilitas pasar yang berkelanjutan, meskipun penundaan tarif Trump selama 90 hari (9 April) memberi jeda sementara, dengan risiko eskalasi setelah periode penundaan berakhir.
  3. Stabilitas Rupiah: Rupiah menunjukkan penguatan mingguan. Namun, tren volatilitas kemungkinan berlanjut karena ketidakpastian global dan sensitivitas terhadap pergerakan DXY, meskipun intervensi BI dengan cadangan devisa USD 154,5 miliar (Februari 2025) memberikan perlindungan sementara.
  4. Harga Emas: XAU atau emas spot dan Antam masih menunjukkan tren kenaikan yang kuat sejak awal April, didorong oleh permintaan safe haven. Kenaikan ini cenderung berlanjut seiring ketegangan global.

    Rekomendasi bagi Investor

    1. Reksa Dana:

    Pilih reksa dana pasar uang untuk stabilitas jangka pendek. Reksa dana pasar uang menawarkan imbal hasil 4–6% per tahun, dan:

    (1) Cocok di tengah tren volatilitas IHSG yang dipicu ketegangan perdagangan global sepanjang minggu lalu dan sentimen pasar yang fluktuatif akibat perang tarif AS-Tiongkok

    (2) Serta volatilitas indeks global, seperti DJI (Dow Jones Industrial Average) yang turun lebih dari 2.000 poin pada 10 April sebelum rebound ke 40.212,71 pada 11 April.

    Untuk sementara, hindari reksa dana saham dan indeks saham karena risiko bearish, kecuali untuk investor jangka panjang yang tahan fluktuasi.

    Investor moderat dapat mempertimbangkan reksa dana campuran untuk keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas.

    2. SBN (Surat Berharga Negara): Sukuk Tabungan Seri ST014 adalah rekomendasi utama untuk risiko rendah dan return stabil. Kupon mengambang dengan batas bawah (floating with floor) dijamin pemerintah, sehingga aman dari fluktuasi pasar.

    Manfaatkan SBN Seri ST014 yang sedang dalam masa penawaran sampai dengan tanggal 16 April 2025, tenor 2 tahun (ST014-T2) dengan kupon 6,50% per tahun (5,85% netto setelah pajak kupon) dan tenor 4 tahun (ST014-T4) dengan kupon 6,60% per tahun (5,94% netto setelah pajak kupon).

    3. Emas:

    Emas Antam (Rp1.900.000) dan XAU (USD3,216.94) menunjukkan tren kenaikan sepanjang April 2025, didorong ketegangan global seperti perang tarif AS-Tiongkok dan pelemahan DXY yang berkelanjutan, menjadikannya lindung nilai atau safe haven kuat.

    Dengan proyeksi XAU hingga USD3,357.00 pada akhir tahun, beli bertahap untuk manfaatkan volatilitas jangka pende, terutama jika ada koreksi setelah lonjakan tajam, karena permintaan safe haven cenderung tetap tinggi sepanjang 2025.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile