tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Melonjak: Saham Bank BUMN Jadi Motor Penggerak.
- Rupiah Terpuruk: Krisis 1998 Menjadi Bayangan di Tengah Ketidakpastian Global dan Fiskal.
- Harga Surat Utang Negara Masih Melanjutkan Tren Pelemahan.
- Harga Emas Melonjak: Ketidakpastian Global Dorong Permintaan Safe Haven.
- Yield Obligasi Pemerintah AS Stabil, Ada Banyak Ketidakpastian Ekonomi.
- SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
- Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.
Investasi ST014 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 25 Maret 2025.
IHSG Melonjak: Saham Bank BUMN Jadi Motor Penggerak
Selasa (25/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,21% ke level 6.235,61, didorong oleh lonjakan saham Bank Mandiri (BMRI) dan Bank BRI (BBRI).
Saham BMRI naik 6,27% ke Rp4.740 per saham, sementara BBRI menguat 5,26% ke Rp3.800 per saham.
Penguatan kedua saham ini terjadi akibat keputusan pembagian dividen jumbo, masing-masing sebesar Rp43,5 triliun dan Rp51,74 triliun.
Sektor keuangan menjadi pendorong utama, dengan kenaikan 3,30%, diikuti sektor kesehatan dan barang baku.
Total transaksi mencapai Rp14,63 triliun dengan 329 saham menguat, mencerminkan optimisme pasar setelah koreksi tajam sehari sebelumnya.
Kenaikan IHSG juga didukung oleh sentimen positif dari pengumuman struktur pengurus Badan Pengelola Investasi Danantara, yang diisi oleh profesional berpengalaman.
Selain itu, meredanya kekhawatiran global terkait tarif resiprokal AS turut memberikan angin segar.
Presiden Donald Trump mengisyaratkan fleksibilitas dalam kebijakan tarif, yang sebelumnya diperkirakan akan menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Meski demikian, investor tetap perlu waspada terhadap dinamika pasar global dan domestik. Tekanan dari ketidakpastian tarif AS dan potensi risiko fiskal domestik masih membayangi.
Namun, dengan dividen besar dari saham-saham bank BUMN dan mulai pulihnya optimisme pasar, IHSG menunjukkan potensi untuk terus menguat dalam jangka pendek. (Sumber: Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Rupiah Terpuruk: Krisis 1998 Menjadi Bayangan di Tengah Ketidakpastian Global dan Fiskal
Nilai tukar rupiah mencapai level terendah sejak krisis 1998, menyentuh Rp16.640 per dolar AS dalam perdagangan Selasa (25/3/2025). Namun, akhirnya rupiah ditutup di Rp16.611.
Pelemahan ini disebabkan oleh kebijakan tarif Presiden Trump yang memperburuk ketidakpastian perdagangan global, ditambah dengan sentimen negatif dari perang Ukraina-Rusia dan konflik Timur Tengah.
Selain itu, faktor domestik seperti pesimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, serta defisit transaksi berjalan, turut membebani rupiah.
Analis menyebut bahwa pelemahan rupiah yang berkepanjangan dapat meningkatkan beban utang pemerintah dan sektor swasta. Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) harus mengambil langkah intervensi untuk menjaga stabilitas.
Selain tekanan global, tantangan domestik juga berakar pada kekhawatiran fiskal, seperti yang disoroti oleh lembaga pemeringkat Moody’s dan Fitch.
Kebijakan populis yang menguras anggaran, serta penundaan kenaikan PPN, menjadi salah satu faktor pelemahan pendapatan negara.
Meski peringkat utang Indonesia tetap di level Baa2 dengan outlook stabil, risiko fiskal ini menambah tekanan terhadap rupiah.
Investor asing mulai menarik dana dari pasar surat utang dan saham, mencatatkan arus keluar senilai lebih dari Rp33 triliun sepanjang tahun ini.
BI telah mengintervensi pasar dengan agresif, membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp27,85 triliun selama sebulan terakhir untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut.
Minat asing terhadap instrumen operasi moneter tenor pendek juga menurun, menunjukkan keraguan terhadap efektivitas strategi BI.
Meski demikian, BI terus menjaga keseimbangan supply dan demand valuta asing di pasar untuk mencegah volatilitas lebih lanjut.
Dengan pelemahan yang melanda mata uang Asia lainnya, seperti baht dan peso, kondisi global yang penuh ketidakpastian menjadi tantangan utama.
Para ahli menekankan pentingnya langkah pemerintah untuk memperbesar ekspor, menarik modal asing, dan menekan impor guna memperkuat rupiah ke depan. (Sumber: Bloomberg Technoz)
Harga Surat Utang Negara Masih Melanjutkan Tren Pelemahan
Harga Surat Utang Negara (SUN) kembali melemah pada perdagangan Selasa (25/3/2025).
Yield SUN Benchmark 5-tahun naik 3 basis poin menjadi 6,97%, dan 10-tahun naik 2 basis poin menjadi 7,20%.
Volume transaksi SUN meningkat ke Rp26,1 triliun dari Rp21,1 triliun sehari sebelumnya, dengan FR0103 dan FR0104 menjadi seri teraktif.
Namun, pelemahan ini disertai depresiasi nilai tukar rupiah sebesar 0,27% ke Rp16.612/US$ akibat sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.
Di sisi lain, indikator global menunjukkan sedikit perbaikan, dengan turunnya yield US Treasury 5- tahun sebesar 2 basis poin ke 4,07%, dan 10-tahun turun 3 basis poin ke 4,31%.
Namun, tingkat Credit Default Swap (CDS) Indonesia masih bertahan di 92 basis poin, mencerminkan risiko yang tetap ada.
Dengan potensi volatilitas pada instrumen SBN berdenominasi rupiah, investor disarankan untuk mencermati perkembangan pasar lebih lanjut, terutama saat kondisi global dan domestik bergerak dinamis. (Sumber: BNI Sekuritas)
Harga Emas Melonjak: Ketidakpastian Global Dorong Permintaan Safe Haven
Harga emas naik 0,4% menjadi $3.024,56 per ons pada Selasa (25/3/2025), didorong oleh permintaan safe haven di tengah ketidakpastian global.
Kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang berpotensi meningkatkan inflasi dan memicu ketegangan perdagangan menjadi salah satu faktor utama.
Emas, yang telah naik lebih dari 15% tahun ini, mencapai puncak tertinggi sepanjang masa di $3.057,21 pada 20 Maret. Investor melihat emas sebagai lindung nilai terhadap risiko geopolitik dan ekonomi, salah satunya kekhawatiran resesi global akibat kebijakan AS.
Selain itu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan, dengan prospek pemotongan kecil di akhir tahun, yang turut mendukung daya tarik emas sebagai aset inflasi.
Analis memperkirakan harga emas dapat mencapai level berikutnya di $3.125.
Di sisi lain, pertemuan delegasi Ukraina dan AS di Arab Saudi untuk membahas gencatan senjata Laut Hitam menjadi sorotan, meskipun ketegangan geopolitik tetap tinggi.
Dengan ketidakpastian yang terus melanda, emas diperkirakan akan tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan. (Sumber: Reuters Revinitiv)
Yield Obligasi Pemerintah AS Stabil, Ada Banyak Ketidakpastian Ekonomi
Imbal hasil atau yield US Treasury 10 tahun bertahan di sekitar 4,3% karena investor berhati-hati membaca data ekonomi terbaru dan langkah-langkah dari Federal Reserve.
Dalam hal ini, sentimen konsumen terus melemah selama empat bulan, dengan harapan untuk masa depan berada di titik terendah selama 12 tahun.
Selain itu, meski sektor layanan bisnis mulai pulih, sektor manufaktur masih mengalami penurunan.
Pernyataan Presiden Trump tentang tarif yang lebih selektif memberikan harapan. Namun, rencana pajak di sektor otomotif dan farmasi menambah ketidakpastian.
Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebanyak dua hingga tiga kali tahun ini untuk meredakan tekanan.
Indeks dolar AS menurun sedikit ke 104,1, namun tetap kuat karena data ekonomi dan kebijakan moneter yang memengaruhi pasar.
Federal Reserve juga menyampaikan bahwa langkah menuju target inflasi 2% berjalan lebih lambat dari yang diharapkan, sementara kenaikan harga barang membuat tantangan semakin besar.
Dengan kebijakan yang tidak pasti, investor terus memantau situasi agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan keuangan. (Sumber: Trading Economics)
Factors to Watch:
1. Kebijakan Tarif dan Perdagangan Global: Kebijakan Presiden AS, Donald Trump, tentang tarif yang dijadwalkan pada 2 April menimbulkan ketidakpastian besar bagi pasar global. Pendekatan selektif yang direncanakan Trump dapat memberikan harapan, namun rencana untuk mengenakan pajak pada sektor seperti otomotif dan farmasi menambah risiko baru.
Ketegangan ini dapat berdampak pada perdagangan internasional, inflasi, dan potensi perlambatan ekonomi global. Investor perlu memantau dampak dari kebijakan ini secara cermat, termasuk terhadap nilai tukar mata uang, terutama dolar AS dan rupiah.
2. Pergerakan Dolar AS & Yield US Treasury: Yield US Treasury dan Surat Utang Negara (SUN) terus menunjukkan pergerakan yang signifikan. Yield SUN tenor 10 tahun saat ini di kisaran 7,21%, berada dalam range estimasi. Namun, volatilitas tetap tinggi karena sentimen global dan domestik.
Peningkatan yield biasanya mencerminkan naiknya risiko investasi. Namun, di sisi lain, peningkatan yield memberikan peluang imbal hasil yang menarik bagi investor.
Stabilitas yield US Treasury juga menjadi indikator penting untuk mengukur risiko pasar global.
3. Sentimen Konsumen dan Ekonomi Domestik: Di dalam negeri, pelemahan rupiah hingga Rp16.611/US$ dan rendahnya sentimen konsumen semakin menekan ekonomi.
Terus menurunnya indeks kepercayaan konsumen, melemahnya daya beli masyarakat, dan dipertanyakannya prospek fiskal menjadi tantangan besar untuk stabilitas pasar.
Faktor-faktor ini juga dapat memengaruhi kinerja investasi dalam instrumen domestik seperti reksa dana dan SBN.
Rekomendasi untuk Investor:
Reksa Dana:
-
Untuk investor dengan profil risiko konservatif, pilih Reksa Dana Pendapatan Tetap, yang memanfaatkan yield SUN yang kompetitif dan volatilitas yang lebih rendah dibandingkan pasar saham. Jika Anda membutuhkan fleksibilitas dan keamanan lebih, Reksa Dana Pasar Uang bisa menjadi opsi yang ideal karena likuiditasnya tinggi dan risiko sangat rendah.
-
Jika Anda sudah memiliki reksa dana saham, indeks saham, atau campuran dan mengalami penurunan kinerja yang signifikan, tetap tenang dan fokus pada tujuan jangka panjang. Jangan langsung menjual aset saat pasar turun, karena volatilitas adalah bagian dari investasi saham. Pertimbangkan untuk melakukan diversifikasi dengan menambah alokasi ke reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap yang lebih stabil. Jika memungkinkan, gunakan strategi dollar-cost averaging atau memanfaatkan kinerja reksa dana yang sedang turun, sehingga bisa memanfaatkan potensi pemulihan pasar. Evaluasi portofolio Anda secara menyeluruh dan pastikan sesuai dengan profil risiko, serta tetap memantau perkembangan pasar global dan domestik yang dapat memengaruhi investasi Anda. Jika diperlukan, konsultasikan dengan manajer investasi untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik dan terarah.
SBN:
- Sukuk Tabungan Seri ST014 adalah rekomendasi utama untuk risiko rendah dan return stabil. Kupon ST014 mengambang dengan batas bawah (floating with floor) dijamin pemerintah, sehingga aman dari fluktuasi pasar. Manfaatkan SBN Seri ST014 yang sedang dalam masa penawaran sampai dengan tanggal 16 April 2025, tenor 2 tahun (ST014-T2) dengan kupon 6,50% per tahun (5,85% netto setelah pajak kupon) dan tenor 4 tahun (ST014-T4) dengan kupon 6,60% per tahun (5,94% netto setelah pajak kupon).
Emas:
- Jika Anda ingin melindungi nilai investasi terhadap inflasi dan ketidakpastian global, emas adalah pilihan tepat. Dengan kenaikan harga lebih dari 15% tahun ini dan potensi untuk terus menguat, emas sangat cocok untuk diversifikasi portofolio jangka panjang. Hindari spekulasi jangka pendek, fokus pada investasi jangka panjang mengingat emas tetap menjadi aset safe haven.
Disclaimer: Sesuaikan dengan profil risiko dan horizon investasi pribadi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.