Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 20 Maret 2025

tanamduit Breakfast News: 20 Maret 2025

oleh | Mar 20, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Bangkit, Naik 1,42%, Tapi Surat Utang RI Tertekan Karena Aksi Jual Investor Asing.
  • Rupiah Masih Tertekan ke Rp16.538/USD, BI Intervensi Lagi untuk Selamatkan Pasar.
  • BI Pertahankan BI Rate di 5,75% Untuk Menjaga Stabilitas Rupiah.
  • Emas Naik Lagi ke USD3.050 Setelah Fed Tahan Suku Bunga, Dolar dan Yield Treasury Turun.
  • Fed Pertahankan Suku Bunga, Tapi Sinyal Potongan 50 bps Bikin Yield Obligasi AS Turun.
SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 19 Maret 2025.

market-update-20-maret

IHSG Bangkit, Tapi Surat Utang RI Tertekan Karena Aksi Jual Investor Asing

Setelah anjlok pada Selasa (18/3/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound pada Rabu (19/3/2025). IHSG ditutup menguat 1,42% ke level 6.311,66.

Kenaikan ini didorong oleh pemulihan saham-saham konglomerat seperti DCI Indonesia (DCII) yang naik 20%, serta saham perbankan seperti BMRI dan BBRI.

Namun, gejolak di pasar saham bergeser ke pasar surat utang, di mana harga Surat Berharga Negara (SBN) tertekan. Yield SBN tenor 10 tahun naik 6,7 basis poin menjadi 7,09%, level tertinggi dalam enam pekan terakhir.

Tekanan jual ini juga berkontribusi pada pelemahan rupiah, yang ditutup di level Rp16.525/USD, terlemah di Asia.

Tekanan pada pasar surat utang dipicu oleh aksi jual investor asing. Dalam dua hari perdagangan, investor asing telah melepas SBN senilai Rp869 miliar. Kepemilikan asing di SBN turun dari Rp900,38 triliun menjadi Rp893,29 triliun.

Kekhawatiran investor meningkat seiring dengan defisit APBN yang mencapai Rp31,2 triliun hingga Februari 2025, serta batalnya rencana penarikan dividen BUMN senilai Rp90 triliun.

Terlebih, defisit fiskal diperkirakan bisa melampaui batas aman 3% dari PDB, menambah tekanan pada pasar obligasi.

Meski Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan penerimaan pajak mulai membaik pada Maret, respons pasar masih cenderung berhati-hati.

Ke depan, investor perlu mewaspadai risiko penurunan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat global seperti Fitch Ratings dan Moody’s, yang biasanya mengumumkan hasilnya pada Maret-April.

Fitch telah memperingatkan risiko fiskal terkait pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara, yang berpotensi meningkatkan liabilitas pemerintah.

Sementara itu, IHSG diproyeksikan bisa bertahan di level 6.500 hingga akhir Maret, dengan potensi resistance di 6.700 jika tren positif berlanjut.

Investor disarankan untuk memantau perkembangan kebijakan fiskal dan moneter, serta diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko di tengah ketidakpastian pasar. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Rupiah Masih Tertekan ke Rp16.538/USD, BI Intervensi Lagi untuk Selamatkan Pasar

Bank Indonesia (BI) kembali turun tangan melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk menahan pelemahan rupiah yang semakin dalam.

Dalam hal ini, rupiah dibuka melemah di level Rp16.500/US dan terus terperosok hingga Rp16.538/US pada Rabu (19/3/2025) siang, menjadi mata uang terlemah di Asia.

Pelemahan ini dipicu oleh penguatan indeks dolar AS menjelang pengumuman hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed) dan sentimen negatif pasca kejatuhan IHSG lebih dari 7% pada Selasa kemarin.

BI berupaya menjaga stabilitas dengan memastikan pasokan valas tetap tersedia. Namun, rupiah masih berisiko menjebol level support berikutnya di Rp16.550/USD. Bahkan, rupiah dapat mencapai Rp16.700 s.d. Rp16.800/USD jika tekanan jual terus berlanjut.

Tekanan tidak hanya terjadi di pasar valas, tetapi juga melanda pasar surat utang dan saham.

Di pasar surat utang, investor asing tercatat menjual SBN senilai Rp471 miliar pada Senin (17/3/2025), melanjutkan tren penjualan selama empat hari berturut-turut. Kepemilikan asing di SBN turun menjadi Rp893,69 triliun dari puncaknya Rp900,38 triliun pada 11 Maret.

Di pasar saham, asing juga melanjutkan aksi jual dengan total Rp3,35 triliun dalam pekan ini.

Meski IHSG sempat memulihkan sebagian kerugiannya, fluktuasi pasar masih tinggi, dan investor tetap harus waspada terhadap risiko pelemahan lebih lanjut. (Bloomberg Technoz)

BI Pertahankan BI Rate di 5,75% Untuk Menjaga Stabilitas Rupiah

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terakhir pada 19 Maret 2025 kemarin.

Keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas rupiah yang masih rentan terhadap tekanan eksternal, seperti penguatan dolar AS dan ketidakpastian global.

Dengan tidak menaikkan suku bunga, BI berharap dapat mencegah pelemahan rupiah lebih lanjut dan menjaga nilai tukar tetap stabil.

Selain itu, BI juga ingin mengendalikan inflasi meskipun Indonesia baru saja mengalami deflasi tahunan pertama dalam lebih dari dua dekade (-0,09% YoY pada Februari 2025).

BI tetap waspada terhadap risiko inflasi di masa depan, sehingga mempertahankan suku bunga dianggap sebagai langkah preventif. Hal ini juga bertujuan untuk menjaga daya tarik investasi di pasar keuangan Indonesia, terutama di tengah ketidakpastian global yang membuat investor mencari tempat aman untuk menanamkan modal.

Terakhir, BI berupaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang masih membutuhkan dorongan, terutama karena pelemahan daya beli masyarakat dan penurunan penerimaan pajak.

Dengan tidak menaikkan suku bunga, BI berharap dapat mendorong pertumbuhan kredit dan investasi di sektor riil.

Keputusan ini juga diambil untuk menghadapi ketidakpastian global, seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan kebijakan perdagangan AS yang bisa memengaruhi perekonomian Indonesia. (Bank Indonesia)

Emas Naik Lagi ke USD3.050 Setelah Fed Tahan Suku Bunga, Dolar dan Yield Treasury Turun

Kamis (20/3/2025) pagi WIB, harga emas naik dan capai harga tertinggi baru sebesar USD3.050 di awal perdagangan Asia.

Kenaikan ini didorong oleh keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga, sambil memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang melambat dan inflasi yang lebih tinggi.

Analis ANZ Research mencatat bahwa penurunan dolar AS dan imbal hasil (yield) treasury AS turut mendukung selera investor terhadap emas.

Logam mulia ini biasanya memiliki hubungan terbalik dengan suku bunga, di mana suku bunga tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas karena tidak memberikan imbal hasil (bunga).

Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan ketidakpastian kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden Donald Trump juga terus mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven.

The Fed juga mengindikasikan kemungkinan dua kali pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada tahun 2025, yang semakin memperkuat daya tarik emas.

Dengan pelemahan dolar AS dan penurunan yield Treasury, emas diperkirakan akan tetap stabil dalam jangka pendek, meskipun potensi koreksi tetap ada jika ketegangan geopolitik mereda.

Investor disarankan untuk memantau perkembangan kebijakan The Fed dan dinamika geopolitik global yang dapat memengaruhi pergerakan harga emas. (Dow Jones Newswires)

Fed Pertahankan Suku Bunga, Namun Sinyal Potongan 50 bps Buat Yield Obligasi AS Turun

Yield (imbal hasil) obligasi pemerintah AS turun setelah Federal Reserve (The Fed) memberi sinyal bahwa mereka mungkin akan memotong suku bunga dua kali tahun ini, dengan total penurunan 50 basis poin (0,5%).

Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga, mereka memprediksi inflasi akan naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Hal ini membuat investor yakin bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga dua kali, bahkan mungkin tiga kali, sebelum akhir tahun.

Ketidakpastian tentang tarif perdagangan baru AS juga membuat pasar waspada terhadap dampaknya pada inflasi dan ekonomi.

Selain itu, The Fed juga mengumumkan akan mengurangi penarikan dana dari pasar, karena mereka kesulitan menilai likuiditas (ketersediaan uang) di pasar.

Ketidakpastian ini, ditambah dengan data ekonomi yang kurang bagus, membuat investor berbondong-bondong membeli obligasi pemerintah. Alhasil, yield obligasi 10 tahun AS turun ke 4,252%.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sepakat untuk bekerja sama mengakhiri perang dengan Rusia, yang juga menjadi perhatian pasar. (Reuters)

Factors to Watch:

1. Ketegangan Geopolitik dan Kebijakan Global

  • Ketegangan di Timur Tengah (konflik Israel-Hamas, tekanan AS terhadap Iran) dan kebijakan perdagangan AS di bawah Donald Trump (tarif baru) menciptakan ketidakpastian global.
  • The Fed mempertahankan suku bunga, namun memberi sinyal potongan 50 bps tahun ini. Hal ini memengaruhi yield obligasi AS dan aliran modal global.

2. Stabilitas Rupiah dan Kebijakan BI

  • Walaupun BI mempertahankan BI Rate di 5,75% untuk menjaga stabilitas rupiah, rupiah masih akan volatile.
  • BI masih akan aktif melakukan intervensi BI di pasar valas dan SBN untuk mengurangi pelemahan rupiah lebih lanjut dan mengurangi tekanan harga SUN.

3. Kinerja Pasar Saham, Obligasi, dan Emas

  • IHSG sudah terlalu rendah dan akan bangkit, namun masih akan volatile. Sedangkan, pasar surat utang RI masih tertekan karena aksi jual investor asing.
  • Emas mencapai rekor baru di atas USD3.040/ons, didorong oleh permintaan safe haven di tengah ketidakpastian global.
  • Defisit APBN dan penurunan penerimaan pajak menambah kekhawatiran investor tentang stabilitas fiskal Indonesia.

    Rekomendasi untuk Investor:

    1. Reksa Dana

    • Faktor Risiko: Volatilitas tinggi di pasar saham dan tekanan pada rupiah.
    • Diversifikasi portofolio dengan bobot terbesar di reksa dana pasar uang untuk menahan volatilitas pasar saham. Alokasikan sebagian pada reksa dana pendapatan tetap yang berfokus pada instrumen berkualitas tinggi dan durasi pendek.
    • Untuk investor dengan profil risiko agresif, pertimbangkan juga reksa dana saham dan reksa dana indeks saham untuk eksposur jangka panjang.
    • Tetaplah berinvestasi di reksa dana saham dan reksa dana indeks saham untuk investor jangka panjang yang menerapkan strategi investasi Dollar Cost Averaging atau investasi rutin secara berkala, misalnya setiap bulan.

    2. SBN – ST014

    Manfaatkan SBN seri ST014 yang sedang dalam masa penawaran sampai dengan tanggal 16 April 2025.

    ST014 tenor 2 tahun (ST014-T2) menawarkan kupon 6,50% per tahun (5,85% netto setelah pajak kupon). Sementara itu, ST014 tenor 4 tahun (ST014-T4) menawarkan kupon 6,60% per tahun (5,94% netto setelah pajak kupon).

    3. Emas

    Pertahankan atau tambah alokasi emas dalam portofolio, sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar, pelemahan rupiah, dan ketidakpastian global.

    Emas tetap menjadi pilihan aman di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile