Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 11 Maret 2025

tanamduit Breakfast News: 11 Maret 2025

oleh | Mar 11, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG dan Rupiah Melemah di Tengah Tekanan Global.
  • Goldman Sachs Pangkas Rekomendasi Saham dan Obligasi Indonesia.
  • Harga Emas Dunia Turun, Investor Fokus pada Data Inflasi AS.
  • Pasar Saham AS Terpuruk, Permintaan Obligasi Treasury AS Meningkat dan Yield Turun.
  • Indeks Dolar AS Terpuruk ke Level Terendah dalam 4 Bulan Terakhir.
SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Imbal hasil (return) investasi ST014 dikirim negara setiap bulan di tanggal 10, modal investasi dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 10 Maret 2025.

data-market-update-11-maret-2025

IHSG dan Rupiah Melemah di Tengah Tekanan Global

Senin (10/3/2025), indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,57% ke level 6.598,21. Sementara itu, rupiah melemah 0,28% ke posisi Rp16.340/USD.

Pelemahan ini disebabkan oleh penurunan rekomendasi Goldman Sachs terhadap pasar saham dan obligasi Indonesia menjadi Marketweight, menyoroti kenaikan risiko fiskal.

Volume transaksi IHSG di hari Senin (10/3) mencapai Rp9,46 triliun. Mayoritas sektor perdagangan berada di zona merah, kecuali sektor teknologi yang mengalami penguatan 5,32%.

Investor asing terus melakukan aksi jual bersih sebesar Rp843,73 miliar, menambah tekanan pada IHSG. Sejak awal tahun, net sell asing di bursa mencapai Rp23,19 triliun.

Penurunan peringkat investasi Indonesia oleh Goldman Sachs menyusul langkah serupa dari Morgan Stanley pada Februari. Kebijakan ekonomi baru dari Presiden Prabowo Subianto, termasuk pembentukan sovereign wealth fund Danantara dan langkah-langkah lainnya, turut menambah kekhawatiran investor.

Di pasar internasional, terdapat sentimen negatif akibat kenaikan yield US Treasury dan perang dagang yang semakin memanas antara Amerika Serikat dan China. Hal ini menyebabkan tekanan tambahan pada IHSG dan rupiah.

Selain itu, pelemahan ekonomi domestik tercermin dari penurunan penjualan mobil dan sepeda motor di Indonesia pada awal tahun 2025.

Beberapa saham besar yang menjadi penekan IHSG termasuk Bank Mandiri (BMRI), Barito Renewables Energy (BREN), Astra International (ASII), Amman Mineral Internasional (AMMN), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI).

Di sisi lain, saham DCI Indonesia (DCII) mengalami penguatan signifikan, membantu menahan penurunan IHSG yang lebih dalam.

Secara keseluruhan, ketidakpastian global dan domestik terus membayangi pasar keuangan Indonesia. (Bloomberg Technoz, Bisnis, CNBC Indonesia)

Goldman Sachs Pangkas Rekomendasi Saham dan Obligasi Indonesia

Goldman Sachs menurunkan rekomendasi untuk saham dan obligasi Indonesia seiring dengan meningkatnya risiko fiskal akibat kebijakan Presiden Prabowo Subianto. Penurunan ini memperpanjang daftar penurunan rekomendasi yang sebelumnya telah dilakukan Morgan Stanley.

Dalam hal ini, peringkat saham Indonesia diturunkan dari ‘overweight’ menjadi ‘market weight’, sementara rekomendasi untuk surat utang negara tenor 10-20 tahun menjadi ‘neutral’.

Keputusan untuk menurunkan rekomendasi diambil setelah proyeksi defisit fiskal Indonesia tahun ini meningkat menjadi 2,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB), dari sebelumnya 2,5%.

Pasar saham Indonesia mengalami tekanan besar, dengan IHSG turun 0,6% ke level 6.600 dan Rupiah melemah ke Rp16.327/USD. Kombinasi antara ketegangan perang dagang, ketidakpastian ekonomi global, dan kelesuan ekonomi domestik telah memicu keluarnya dana asing.

Terlebih, langkah-langkah kebijakan ekonomi baru dari Presiden Prabowo, seperti realokasi anggaran dan pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara juga menambah kekhawatiran investor.

Tak hanya itu, analis Goldman Sachs juga menyoroti pelemahan pendapatan korporasi dan ketatnya likuiditas perbankan sebagai faktor tambahan yang menekan pasar. (Bloomberg Technoz)

Harga Emas Dunia Turun, Investor Fokus pada Data Inflasi AS

Harga emas turun pada hari Senin (10/3) karena aksi ambil untung yang dipicu oleh ketidakpastian geopolitik.

Harga emas spot turun 0,8% menjadi USD2.887 per ons, sementara harga emas berjangka AS ditutup 0,5% lebih rendah pada USD2.899. Presiden Trump menolak memprediksi apakah kenaikan tarif akan menyebabkan resesi.

Investor kini fokus pada data inflasi AS yang akan rilis akhir minggu ini.

Data Indeks Harga Konsumen AS akan rilis pada hari Rabu (12/3), sementara data Indeks Harga Produsen menyusul di hari Kamis (13/3). Harga emas berpotensi mengalami kenaikan, apabila data inflasi lebih lemah dari perkiraan.

Di sisi lain, ketua Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan bahwa Fed akan mencermati apakah rencana tarif pemerintahan Trump akan terbukti bersifat inflasioner. Oleh karena itu, penurunan suku bunga USD masih belum terkonfirmasi. (Reuters)

Pasar Saham AS Terpuruk, Permintaan Obligasi Treasury AS Meningkat dan Yield Turun

Pada penutupan perdagangan Senin (10/3/2025), indeks pasar saham AS, Dow Jones, anjlok -2,08%. Sementara itu, indeks saham lainnya, yaitu Nasdaq, mencatat penurunan lebih dalam di -4,00%.

Kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS menjelang rilis data inflasi memicu aksi jual di pasar saham.

Saham teknologi, seperti Nvidia dan Tesla memimpin penurunan dengan Tesla turun hingga 13%.

Selain itu, ketegangan terkait kebijakan tarif terhadap Meksiko dan Kanada menambah ketidakpastian pasar.

Penurunan harga saham AS meningkatkan permintaan untuk utang (obligasi) pemerintah AS sebagai tempat berlindung yang aman, dengan yield obligasi 10 tahun turun 10,5 basis poin menjadi 4,213%.

Penurunan yield terjadi setelah Presiden Trump menolak mengesampingkan kemungkinan resesi sebagai akibat dari kebijakan tarifnya terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menambahkan bahwa ekonomi AS mungkin melambat karena peralihan dari belanja publik ke belanja swasta, yang ia sebut sebagai “periode detoksifikasi” yang diperlukan.

Investor kini menantikan data inflasi harga konsumen (CPI) dan produsen (PPI) yang akan dirilis minggu ini, untuk mendapatkan gambaran lebih lanjut tentang prospek ekonomi.

Dalam hal ini, ketua Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk memotong suku bunga.

Meski demikian, para pedagang bertaruh pada kemungkinan penurunan biaya pinjaman pertama dari serangkaian pemotongan pada bulan Juni jika ekonomi terus memburuk. (Reuters)

Indeks Dolar AS Terpuruk ke Level Terendah dalam 4 Bulan Terakhir

Senin (10/3/2025), indeks dolar AS atau USD Index (DXY) jatuh ke level terendah dalam empat bulan, mencapai 103,6. Kekhawatiran tentang prospek ekonomi AS terus membebani mata uang tersebut.

Dolar mengalami penurunan sekitar 3,5% minggu lalu, menandai kinerja mingguan terburuknya sejak November 2022.

Dalam wawancaranya dengan Fox News, presiden Trump menolak untuk mengesampingkan kemungkinan resesi dan justru menyebut fase ekonomi saat ini sebagai “periode transisi.”

Sementara itu, ketua Fed, Powell, juga mengakui meningkatnya ketidakpastian ekonomi, yang membuat investor fokus pada data inflasi yang akan datang.

Penurunan dolar paling tajam terjadi terhadap yen Jepang dan franc Swiss, karena investor mencari mata uang safe haven di tengah meningkatnya penghindaran risiko.

Investor sekarang menantikan data CPI dan PPI untuk mendapatkan wawasan baru tentang inflasi, menjelang pertemuan FOMC minggu depan di mana Fed akan mengungkap proyeksi ekonomi yang diperbarui.

Kekhawatiran tentang kebijakan tarif Trump dan ketidakpastian ekonomi global terus menekan dolar AS. (Trading Economics)

Ulasan:

  • Penurunan rating saham dan obligasi Indonesia oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs telah menekan pasar saham di BEI, menyebabkan penurunan harga saham dan peningkatan volatilitas. Aksi jual bersih oleh investor asing juga menambah tekanan pada IHSG. Intervensi Bank Indonesia untuk menahan pelemahan rupiah dapat membantu menstabilkan mata uang, namun ketidakpastian global dan domestik tetap akan membayangi pasar saham dan obligasi.
  • Jika resesi terjadi di AS, pasar saham IDX kemungkinan akan mengalami penurunan yang signifikan. Yield obligasi Indonesia akan tetap tinggi karena peningkatan risiko fiskal dan ketidakpastian ekonomi.
  • Kondisi ini akan menyebabkan yield obligasi rupiah tetap tinggi. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyulitkan BI untuk menurunkan BI rate karena ada kekhawatiran rupiah melemah dan membuat terjadinya arus keluar investasi dari Indonesia.
  • Di sisi lain, harga obligasi masih volatile, terpengaruh oleh yield obligasi US Treasury yang juga volatile, akibat tarik-ulur kebijakan tarif Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok.
  • Namun, melemahnya USD Index (DXY) dalam waktu 1 minggu dari level tertinggi 107 di akhir Februari 2025 ke 103,6, memberi harapan terhadap penguatan rupiah. Hal ini akan memberi pengaruh positif terhadap harga saham dan obligasi rupiah.
  • Harga emas juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan tarif Trump dan membuat emas menjadi aset safe haven.

Rekomendasi:

  1. Prioritaskan Reksadana Pendapatan Tetap
  • Dengan ketidakpastian pasar saham dan kenaikan harga obligasi, reksadana yang berfokus pada instrumen fixed income (seperti SBN) dapat menjadi pilihan aman.
  • Investor juga dapat mempertimbangkan reksadana campuran dengan porsi besar di obligasi untuk mengurangi risiko volatilitas saham.

2. Untuk Jangka Pendek, Hindari Reksa Dana Saham Sementara Bagi Investor Konservatif dan Moderat

Volatilitas tinggi di pasar saham membuat reksadana saham berisiko dalam jangka pendek. Investor agresif dapat memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi. Namun, jika tetap ingin berinvestasi, pilih reksadana saham dengan eksposur ke sektor defensif, seperti konsumsi atau kesehatan.

3. Manfaatkan Peluncuran SBN Seri ST014

SBN seri ST014 bisa menjadi pilihan menarik, terutama dengan kondisi pasar yang volatil. SBN menawarkan imbal hasil stabil dan risiko rendah.

4. Diversifikasi Portofolio.

Kombinasikan reksadana pendapatan tetap, emas, dan sektor defensif untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang di berbagai instrumen.

5. Tingkatkan Alokasi ke Emas

  • Harga emas naik karena ketegangan perdagangan AS-China dan risiko geopolitik. Emas adalah aset safe haven yang cocok untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian.
  • Pantau harga emas global. Harga emas dipengaruhi oleh faktor global, seperti kebijakan Federal Reserve, perang dagang, dan inflasi. Pantau perkembangan ini untuk menentukan waktu beli atau jual yang tepat.
  • Emas cocok untuk investasi jangka panjang, terutama jika ketegangan geopolitik dan ekonomi global masih berlanjut.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile