tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Naik Tipis! Saham Teknologi dan Properti Mendominasi.
- Goldman Sachs: Risiko APBN Bisa Bebani Pasar Obligasi.
- Cadangan Devisa Anjlok, BI Rate Turun Mungkin Tertunda.
- Harga Emas Stabil, Dekati Rekor Tertinggi.
- Powell Tahan Pemangkasan Suku Bunga, Yield Obligasi Negara AS Naik.
- Dolar AS Melemah di Tengah Kekhawatiran Ekonomi.
- SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
- Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.
Investasi ST014 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 7 Maret 2025.
IHSG Naik Tipis! Saham Teknologi dan Properti Mendominasi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,27% ke posisi 6.636 pada perdagangan Jumat (7/3/2025).
Saham teknologi, seperti DCI Indonesia (DCII) dan GoTo Gojek Tokopedia (GOTO), mendorong penguatan IHSG.
Nilai perdagangan mencapai Rp10,39 triliun dengan frekuensi transaksi 972 ribu kali. Rupiah juga menguat 0,21% ke Rp16.295/USD.
Saham teknologi, barang baku, dan properti mencatat kenaikan signifikan. Namun, beberapa saham big caps seperti BBCA, BMRI, BBNI, BBRI, dan UNTR mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan indeks IDX30, SRI-Kehati, dan Bisnis27 masing-masing turun -0,22%, -0,83%, dan -0,54%.
IHSG mencatat kenaikan 5,83% sepanjang minggu 3-7 Maret 2025, mencapai level 6.636 dari 6.270 pada pekan sebelumnya. Kapitalisasi pasar bursa meningkat 5,24% menjadi Rp11.450 triliun. Namun, nilai transaksi saham harian bursa menurun 4,03% secara mingguan, menjadi Rp13,14 triliun.
Investor asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp450,33 miliar sepanjang minggu tersebut, lebih rendah dibandingkan gelombang jual bersih pada akhir Februari.
Sementara itu, Presiden RI Prabowo Subianto mengundang para konglomerat Indonesia ke Istana Negara untuk membahas Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara bersama miliarder AS, Ray Dalio.
Pertemuan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh seperti Haji Isam, Aguan, Anthony Salim, dan Boy Thohir. Sentimen eksternal, terutama dari AS, turut memengaruhi pasar domestik dengan kekhawatiran mengenai dampak kebijakan tarif Trump terhadap ekonomi AS.
Kinerja bursa saham Asia bervariasi pada hari yang sama. Indeks PSEi Filipina, SETI Thailand, dan Ho Chi Minh Vietnam mengalami penguatan. Sementara itu, NIKKEI 225, TOPIX, Hang Seng, Kospi, Shanghai Composite, dan Strait Times melemah.
Sentimen positif di Bursa Asia turut mendorong IHSG. Namun, kekhawatiran terhadap melemahnya ekonomi AS masih membayangi pasar global. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia, tanamduit)
Goldman Sachs: Risiko APBN Bisa Bebani Pasar Obligasi
Goldman Sachs memperkirakan bahwa kurva imbal hasil surat berharga negara (SBN) Indonesia akan mengalami pola bear-steepen, yang berarti kenaikan yield obligasi tenor panjang lebih cepat dibandingkan tenor pendek.
Hal ini mencerminkan ekspektasi investor terhadap inflasi atau kenaikan harga dalam perekonomian.
Rencana realokasi anggaran oleh Presiden Prabowo Subianto, pembentukan BPI Danantara, dan program 3 Juta rumah, diperkirakan akan memperlebar defisit fiskal APBN hingga 2,9% dari PDB. Angka ini mendekati batas atas yang diperbolehkan oleh Undang-Undang, yaitu 3%.
Goldman Sachs juga memprediksi bahwa tingkat imbal hasil obligasi tenor pendek mungkin akan turun karena likuiditas yang lebih longgar. Sementara itu, obligasi tenor panjang akan lebih rentan terhadap risiko defisit fiskal.
Bank Indonesia diperkirakan akan memangkas bunga acuan pada pertemuan Maret ini. Terdapat kemungkinan penurunan bunga acuan lebih lanjut, seiring proyeksi pelemahan pertumbuhan ekonomi domestik.
Analis juga mempertahankan outlook bearish untuk rupiah karena kekhawatiran fiskal dan faktor musiman, seperti pembayaran dividen korporasi yang memicu arus keluar modal asing.
BMI, anak usaha Fitch Solutions, juga memprediksi defisit APBN tahun ini akan menyentuh 3% karena langkah belanja yang ekspansif tanpa rencana konkret memperluas basis pajak.
Pembatalan kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mengurangi pendapatan sekitar Rp70 triliun, sementara pengeluaran pemerintah tetap tinggi dengan program unggulan seperti Makan Bergizi Gratis dan proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kebijakan realokasi anggaran di Kementerian dan Lembaga berisiko melemahkan layanan publik utama dan efisiensi lembaga pemerintah. Pemerintah RI menargetkan defisit APBN tahun ini di kisaran 2,5% dari PDB. (Bloomberg Technoz)
Cadangan Devisa Anjlok, BI Rate Turun Mungkin Tertunda
Penurunan cadangan devisa Indonesia pada Februari, yang menjadi penurunan terbesar sejak April 2024, terjadi ketika rupiah berada pada level terlemah sejak krisis moneter 1998.
Dengan tekanan yang masih tinggi baik dari eksternal maupun domestik, penurunan cadangan devisa yang signifikan berpotensi membatasi ruang bagi Bank Indonesia untuk memangkas bunga acuan bulan ini.
Rupiah masih rentan terhadap gejolak pasar dan arus jual besar-besaran oleh pemodal asing.
Bank Indonesia melaporkan penurunan cadangan devisa sebesar USD 1,6 miliar menjadi USD 154,5 miliar pada akhir Februari. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pembayaran utang luar negeri dan intervensi stabilisasi rupiah.
Meski turun, nilai cadangan devisa Indonesia masih memenuhi kecukupan internasional. Selain itu, musim pembagian dividen yang akan datang berpotensi meningkatkan permintaan dolar AS dan menekan rupiah. Hal ini akan membuat Bank Indonesia lebih fokus pada stabilisasi nilai tukar daripada pemangkasan suku bunga.
Analis Mega Capital Sekuritas mencatat bahwa Bank Indonesia kemungkinan tidak akan menggunakan data inflasi pada Februari sebagai alasan untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Rupiah masih rentan terhadap ketidakpastian kebijakan tarif impor AS.
Meski deflasi tahunan terjadi karena diskon tarif listrik, Bank Indonesia mungkin lebih memperhatikan inflasi inti.
Meskipun peluang pemangkasan suku bunga bulan ini kecil, posisi cadangan devisa pada akhir Maret kemungkinan akan meningkat seiring kebijakan penempatan Devisa Hasil Ekspor di dalam negeri. (Bloomberg Technoz)
Harga Emas Stabil, Dekati Rekor Tertinggi
Jumat (7/3/2025), harga emas spot dunia diperdagangkan sekitar USD2.910 per ons, tetap mendekati rekor tertinggi.
Kenaikan ini dipicu oleh data pekerjaan AS yang lebih lemah dari yang diharapkan, dengan ekonomi hanya menambahkan 151.000 pekerjaan pada bulan Februari, dibandingkan ekspektasi 160.000.
Tingkat pengangguran juga naik menjadi 4,1%, sementara pertumbuhan upah mencapai 4%. Meski klaim pengangguran turun lebih dari perkiraan, terjadi lonjakan pemutusan hubungan kerja (PHK) ke level tertinggi sejak tahun 2020.
Logam mulia mendapat dukungan sebagai safe haven di tengah perubahan kebijakan perdagangan global.
Presiden Donald Trump menghentikan tarif 25% pada sebagian besar barang dari Kanada dan Meksiko, namun tarif pembalasan dari Kanada tetap berlaku dan tindakan Tiongkok akan mulai berlaku minggu depan.
Dalam situasi ini, emas naik 1,8% dalam seminggu, menunjukkan ketahanan logam mulia sebagai investasi yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi. (Trading Economics)
Powell Tahan Pemangkasan Suku Bunga, Yield Obligasi Negara AS Naik
Jumat (7/3/2025), imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik setelah Ketua US Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa bank sentral akan “bersabar” terkait pemangkasan suku bunga.
Pernyataan ini disampaikan di tengah kekhawatiran terjadinya inflasi akibat tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump.
Selain itu, Powell menegaskan bahwa ekonomi masih dalam kondisi baik, sehingga tidak perlu terburu-buru dalam mengurangi suku bunga.
Data pasar tenaga kerja AS menunjukkan bahwa penggajian nonpertanian meningkat sebesar 151.000 pekerjaan bulan lalu, sedikit di bawah ekspektasi. Sementara itu, tingkat pengangguran naik menjadi 4,1%.
Meskipun imbal hasil obligasi Treasury telah turun dalam beberapa minggu terakhir, ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin akan melakukan lebih banyak pemotongan suku bunga di masa mendatang meningkat karena indikasi perlambatan ekonomi.
Ketidakpastian mengenai dampak tarif Trump terhadap harga dan pasar tenaga kerja turut memicu kekhawatiran ekonomi.
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik 3,8 basis poin menjadi 4,32%, mengakhiri penurunan lima minggu berturut-turut.
Sementara itu, pengumuman Departemen Efisiensi Pemerintah di bawah Elon Musk untuk “merampingkan” pemerintah federal juga menambah ketidakpastian di pasar. (Reuters)
Dolar AS Melemah di Tengah Kekhawatiran Ekonomi
Nilai tukar dolar AS jatuh ke level terendah dalam empat bulan karena kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump yang tidak menentu.
Pada hari Jumat, Indeks Dolar (DXY), yang melacak nilai tukar dolar terhadap sekeranjang enam mata uang lainnya, turun 0,4% menjadi 103,605. Kebijakan tarif yang berubah-ubah, seperti pembebasan sementara tarif impor dari Kanada dan Meksiko, telah merusak kepercayaan investor dan memengaruhi aktivitas ekonomi AS.
Selain itu, data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan, dengan penambahan pekerjaan yang lebih rendah dari perkiraan dan tingkat pengangguran yang meningkat menjadi 4,1%.
Pertumbuhan upah juga melambat, sementara ketidakpastian seputar tarif terus membebani sentimen investor.
Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic, memperingatkan bahwa kebijakan Trump dapat mendukung inflasi dan mengaburkan prospek ekonomi AS.
Secara keseluruhan, dolar AS tetap rapuh dan rentan terhadap data ekonomi yang lemah. (Investing, Trading Economics)
Ulasan:
- Setelah turun -11,6% pada bulan Februari, IHSG kembali menguat 5,8% pada pekan pertama Maret (3-7 Maret 2025), karena tekanan eksternal akibat kebijakan tarif impor Trump membuat pasar global tertekan.
- Investor asing masih meninggalkan saham-saham Indonesia. Namun, nilai pembelian SUN oleh asing meningkat.
- Selain kebijakan tarif impor oleh Trump yang membuat pasar volatile dan menekan IHSG, inflasi AS yang masih belum turun membuat US Fed memberi sinyal akan mempertahankan suku bunga di level saat ini hingga waktu yang belum ditentukan.
- Kondisi ini akan menyebabkan yield obligasi rupiah tetap tinggi. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyulitkan BI untuk menurunkan BI rate karena ada kekhawatiran rupiah melemah dan membuat terjadinya arus keluar investasi dari Indonesia.
- Di sisi lain, harga obligasi masih volatile, terpengaruh oleh yield obligasi US Treasury yang juga volatile, akibat tarik-ulur kebijakan tarif Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok.
- Namun, melemahnya USD Index (DXY) dalam waktu 1 minggu dari level tertinggi 107 di akhir Februari 2025 ke 103,6, memberi harapan terhadap penguatan rupiah. Hal ini akan memberi pengaruh positif terhadap harga saham dan obligasi rupiah.
Rekomendasi:
- Prioritaskan Reksadana Pendapatan Tetap
- Dengan ketidakpastian pasar saham dan kenaikan harga obligasi, reksadana yang berfokus pada instrumen fixed income (seperti SBN) dapat menjadi pilihan aman.
- Investor juga dapat mempertimbangkan reksadana campuran dengan porsi besar di obligasi untuk mengurangi risiko volatilitas saham.
2. Untuk Jangka Pendek, Hindari Reksa Dana Saham Sementara Bagi Investor Konservatif dan Moderat
Volatilitas tinggi di pasar saham membuat reksadana saham berisiko dalam jangka pendek. Investor agresif dapat memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi. Namun, jika tetap ingin berinvestasi, pilih reksadana saham dengan eksposur ke sektor defensif, seperti konsumsi atau kesehatan.
3. Manfaatkan Peluncuran SBN Seri ST014
SBN seri ST014 bisa menjadi pilihan menarik, terutama dengan kondisi pasar yang volatil. SBN menawarkan imbal hasil stabil dan risiko rendah.
4. Diversifikasi Portofolio.
Kombinasikan reksadana pendapatan tetap, emas, dan sektor defensif untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang di berbagai instrumen.
5. Tingkatkan Alokasi ke Emas:
- Harga emas naik karena ketegangan perdagangan AS-China dan risiko geopolitik. Emas adalah aset safe haven yang cocok untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian.
- Pantau harga emas global. Harga emas dipengaruhi oleh faktor global, seperti kebijakan Federal Reserve, perang dagang, dan inflasi. Pantau perkembangan ini untuk menentukan waktu beli atau jual yang tepat.
- Emas cocok untuk investasi jangka panjang, terutama jika ketegangan geopolitik dan ekonomi global masih berlanjut.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.