Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 7 Maret 2025

tanamduit Breakfast News: 7 Maret 2025

oleh | Mar 7, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Menguat Lagi Berkat Euforia Tarif AS dan Stimulus China.
  • Harga Obligasi RI Turun Karena Indikator Pasar Global yang Mixed.
  • Rupiah Melemah, Namun Pelemahan Menurun Karena BI Bertindak.
  • Harga Emas Turun, Obligasi Treasury AS dan Data Pekerjaan Bikin Investor Emas Waspada.
  • Yield Obligasi Treasury AS Naik Tipis, Trump dan Data Ekonomi Membuat Pasar Volatil.
SBN ST014, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah ST014 sudah bisa dibeli di tanamduit. Kupon (imbal hasil) perdana 6,50%/tahun untuk tenor 2 tahun (ST014-T2) dan 6,60%/tahun untuk tenor 4 tahun (ST014-T4).
  • Kupon perdana ST014 menjadi kupon perdana ST tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran ST014: 7 Maret 2025-16 April 2025.

Investasi ST014 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 6 Maret 2025.

data-market-update-7-maret-2025

IHSG Menguat Lagi Berkat Euforia Tarif AS dan Stimulus China

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Bursa Asia mengalami penguatan yang signifikan setelah adanya kabar positif tentang penundaan tarif perdagangan global oleh Presiden AS Donald Trump.

Pada Kamis (6/3/2025), IHSG ditutup di angka 6.617,84, naik 1,32% dari hari sebelumnya. Total transaksi mencapai Rp12,35 triliun. Sebanyak 410 saham mengalami kenaikan, dan 184 saham melemah. Investor asing melakukan net sell atau transaksi lebih jual tipis, sebesar Rp37 miliar.

Kenaikan IHSG terutama didorong oleh sektor teknologi, energi, dan kesehatan. Beberapa saham big caps mengalami kenaikan.  BBRI, misalnya, catat kenaikan 2,86%, BBNI +2,91%, BREN +3,69% dan AMMN +3,08%.

Euforia pasar juga didorong oleh kabar dari Pemerintah China yang berniat menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% pada tahun 2025. Langkah ini memicu optimisme investor akan adanya lebih banyak paket stimulus ekonomi, terutama di sektor teknologi seperti kecerdasan buatan dan komputasi kuantum.

Dalam hal ini, Presiden Xi Jinping menegaskan komitmen China untuk mencapai target pertumbuhan yang ambisius, meski menghadapi tantangan perang dagang dengan AS.

Di bursa saham Asia lainnya, seperti Hang Seng, Shenzhen Comp., PSEI, CSI 300, TOPIX, dan lainnya, juga mengalami penguatan.

Hal ini sejalan dengan tren positif yang terjadi di Wall Street. Indeks DJIA, S&P 500, dan Nasdaq Composite juga kompak mengalami kenaikan di hari Rabu lalu.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sentimen pasar global sedang dalam kondisi positif berkat kebijakan tarif AS dan stimulus dari China. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Harga Obligasi RI Turun Karena Indikator Pasar Global yang Mixed

Kamis (6/3/2025), harga Surat Utang Negara (SUN) melemah. Yield (imbal hasil) SUN 5-tahun naik ke 6,65%, dan SUN 10-tahun naik tipis ke 6,86%.

Kenaikan yield ini menunjukkan bahwa investor menjual obligasi karena khawatir risiko pasar.

Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat Rp21,4 triliun, lebih rendah dari jumlah transaksi di hari sebelumnya sebesar 29,7 triliun. SUN 5 dan 10-tahun menjadi yang paling aktif diperjualbelikan.

Pasar global memberi sinyal campuran: yield obligasi AS 5-tahun turun ke 4,06%, tetapi 10-tahun naik ke 4,29%, sementara rupiah melemah 0,17% ke Rp16.340/USD, sehingga memperburuk sentimen investor asing.

Meski risiko gagal bayar Indonesia (Credit Default Swap/ CDS 5-tahun) stabil di level 78 basis poin, melemahnya rupiah dan ketidakpastian global membuat investor mengurangi eksposur di obligasi RI.

BNI Sekuritas memprediksi harga dan yield obligasi rupiah akan lebih fluktuatif dalam waktu dekat.

Mereka menyarankan investor untuk waspada terhadap potensi kenaikan yield lebih lanjut, terutama jika rupiah terus melemah atau ada sinyal kenaikan suku bunga global.

Meski risiko meningkat, obligasi korporasi masih mencatat volume Rp1,6 triliun, menunjukkan ada peluang selektif di tengah gejolak. (Bloomberg, PHEI, dan analisis BNI Sekuritas)

Rupiah Melemah, Namun Pelemahan Menurun Karena BI Bertindak

Bank Indonesia (BI) mengintervensi pasar untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah ketidakpastian global.

Pada pagi hari Kamis, 6 Maret 2025, rupiah sempat melemah hingga Rp16.578/USD. Namun, menjelang sore, rupiah membaik menjadi Rp16.339,50/USD.

BI menyatakan bahwa langkah ini penting untuk menjaga kepercayaan pasar dan keseimbangan pasokan serta permintaan valuta asing.

Sementara itu, banyak mata uang Asia lain juga menghadapi tekanan akibat kebijakan perdagangan Amerika Serikat dan kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

Faktor domestik juga turut mempengaruhi, seperti kebijakan ekonomi terbaru yang memicu arus keluar modal sebesar Rp10,33 triliun dalam seminggu terakhir. Meskipun demikian, rupiah berhasil kembali menguat ke Rp16.444/USD.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami rebound, ditutup di level 6.617,84, naik 1,32% dibandingkan hari sebelumnya.

Kabar penundaan tarif perdagangan oleh Presiden AS, Donald Trump, menjadi sentimen positif yang memberi angin segar bagi pasar global.

Sementara itu, masalah penerapan harga batu bara acuan (HBA) masih menjadi perhatian, karena berpotensi menghambat permintaan dari China. (Bloomberg Technoz)

Harga Emas Turun, Obligasi Treasury AS dan Data Pekerjaan Bikin Investor Emas Waspada

Kamis (6/3/2025), harga emas turun tipis sekitar 0,2% menjadi USD2.915 per ons.

Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS, dan aksi ambil untung investor setelah kenaikan baru-baru ini.

Perhatian pasar kini beralih ke laporan penggajian non-pertanian (nonfarm payroll) AS yang akan rilis  Jumat ini untuk mendapatkan petunjuk tentang langkah kebijakan moneter US Federal Reserve.

Dalam konteks US Treasury, imbal hasil atau yield Treasury 10-tahun AS mencapai titik tertinggi lebih dari satu minggu. Hal ini mengurangi daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Meski turun tipis, harga emas telah naik lebih dari 10% sepanjang tahun 2025 (Year to Date/ YTD) di tengah ketidakpastian geopolitik, mencapai rekor tertinggi USD2.956 pada 24 Februari 2025.

Namun, tarif baru AS pada impor dari Meksiko, Kanada, dan China serta aksi ambil untung telah menyebabkan harga emas menurun.

Seluruh mata kini tertuju pada data ekonomi AS untuk melihat apakah Federal Reserve akan melanjutkan penurunan suku bunga lebih lanjut di tengah melemahnya data ekonomi. (Reuters)

Yield Obligasi Treasury AS Naik Tipis, Trump dan Data Ekonomi Membuat Pasar Volatil

Pada perdagangan Kamis (6/3/2025), imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS berjangka panjang naik tipis dalam situasi yang tidak menentu.

Investor mencermati data terbaru untuk mencari tanda-tanda keretakan ekonomi di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan dari pemerintahan Trump.

Klaim pengangguran mingguan turun menjadi 221.000, lebih rendah dari ekspektasi. Namun, pemutusan hubungan kerja yang direncanakan melonjak 245%, tertinggi sejak krisis keuangan global 16 tahun lalu.

Ketidakpastian terkait pengumuman tarif oleh Presiden Trump, serta dampaknya pada pasar tenaga kerja dan ekonomi, telah meningkatkan kekhawatiran investor.

Alhasil, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik 1,3 basis poin menjadi 4,28%, dan obligasi Bund Jerman juga naik setelah rencana paket belanja besar-besaran.

Data ekonomi lainnya menunjukkan defisit perdagangan AS melonjak ke level tertinggi sepanjang masa sebesar $131,4 miliar pada bulan Januari.

Ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve mungkin akan melanjutkan pemangkasan suku bunga tahun ini telah meningkat di tengah melambatnya ekonomi. Para pedagang memprediksi pemangkasan sebesar 72 basis poin oleh bank sentral AS tahun ini.

Ketua Fed, Jerome Powell, dijadwalkan berpidato pada hari Jumat, dan perhatian pasar tertuju pada pidato tersebut.

Selain itu, pasar juga tengah menanti data ekonomi AS untuk petunjuk lebih lanjut tentang kebijakan moneter mendatang. (Reuters)

Ulasan:

  • Ketidakpastian Kebijakan Perdagangan: Kebijakan perdagangan global yang tidak menentu, terutama dari pemerintahan Trump, telah memicu volatilitas pasar dan kekhawatiran investor secara global.
  • Data Ekonomi AS: Klaim pengangguran mingguan di AS turun menjadi 221.000, namun pemutusan hubungan kerja yang direncanakan melonjak 245%. Hal ini menunjukkan tanda-tanda tekanan di pasar tenaga kerja AS.
  • Imbal Hasil atau Yield Obligasi: Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun selama seminggu terakhir naik dari 4,158% menjadi 4,28%. Hal ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Rekomendasi:

  1. Prioritaskan Reksadana Pendapatan Tetap
  • Dengan ketidakpastian pasar saham dan kenaikan harga obligasi, reksadana yang berfokus pada instrumen fixed income (seperti SBN) dapat menjadi pilihan aman.
  • Investor juga dapat mempertimbangkan reksadana campuran dengan porsi besar di obligasi untuk mengurangi risiko volatilitas saham.

2. Untuk Jangka Pendek, Hindari Reksa Dana Saham Sementara

Volatilitas tinggi di pasar saham membuat reksadana saham berisiko dalam jangka pendek. Jika tetap ingin berinvestasi, pilih reksa dana saham dengan eksposur ke sektor defensif, seperti konsumsi atau kesehatan.

3. Manfaatkan Peluncuran SBN Seri ST014

SBN seri ST014 bisa menjadi pilihan menarik, terutama dengan kondisi pasar yang volatil. SBN menawarkan imbal hasil stabil dan risiko rendah.

4. Diversifikasi Portofolio.

Kombinasikan reksadana pendapatan tetap, emas, dan sektor defensif untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang di berbagai instrumen.

5. Tingkatkan Alokasi ke Emas:

  • Harga emas naik karena ketegangan perdagangan AS-China dan risiko geopolitik. Emas adalah aset safe haven yang cocok untuk melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian.
  • Pantau Harga Emas Global, harga emas dipengaruhi oleh faktor global seperti kebijakan Federal Reserve, perang dagang, dan inflasi. Pantau perkembangan ini untuk menentukan waktu beli atau jual yang tepat.
  • Emas cocok untuk investasi jangka panjang, terutama jika ketegangan geopolitik dan ekonomi global masih berlanjut.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile