Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 3 Maret 2025

tanamduit Breakfast News: 3 Maret 2025

oleh | Mar 3, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • Pasar Asia Terjun Bebas, Tarif Trump dan Rupiah Yang Melemah Bikin IHSG Anjlok 3,31%.
  • Obligasi Rupiah Tertekan, Yield Naik Akibat Ketidakpastian Global dan Melemahnya Rupiah.
  • Rupiah Meneruskan Pelemahan, Perang Dagang Trump dan Arus Modal Keluar Bikin Pasar Kacau.
  • Harga Emas Melorot, Dolar Kuat dan Tarif Trump Bikin Harga Tertekan.
  • Yield Obligasi US Treasury Turun, Tarif Trump dan Kekhawatiran Pertumbuhan Bikin Pasar Resah.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 28 Februari 2025.

data-market-update-3-maret-2025

Pasar Asia Terjun Bebas, Tarif Trump dan Rupiah Yang Melemah Bikin IHSG Anjlok 3,31%

Jumat (28/2/2025), pasar Asia yang berkembang, termasuk Thailand dan Indonesia, tertekan akibat ancaman tarif baru dari Presiden AS, Donald Trump.

Indeks saham Thailand turun 2,4%, mendekati wilayah bear market. Sementara itu, IHSG anjlok 3,31% ke level 6.270,59, dengan 570 saham di zona merah.

Rupiah juga melemah ke level terendah dalam lima tahun, memaksa Bank Indonesia berjanji melakukan intervensi kuat.

Ancaman tarif Trump terhadap China, Meksiko, dan Kanada memicu kekhawatiran perang dagang yang lebih luas. Di sisi lain, menguatnya dolar AS menambah tekanan pada mata uang dan pasar saham Asia.

Sentimen negatif diperparah oleh ketidakpastian kebijakan Federal Reserve (The Fed) dan kekhawatiran inflasi global. Indeks Dolar Bloomberg naik 0,8%, sementara indeks mata uang Asia mencatat minggu terburuk dalam empat bulan.

Thailand dan Indonesia menjadi korban utama, dengan arus keluar modal besar-besaran. Dana global telah menjual saham Thailand senilai hampir 10 miliar dalam dua tahun terakhir, sementara Indonesia mencatat arus keluar bersih USD934 juta pada Februari 2025.

Di Indonesia, seluruh sektor saham berada di zona merah. Sektor bahan baku menjadi yang terparah, turun 7,05%.

Saham-saham besar seperti BBRI, TPIA, dan TLKM menjadi pemberat utama IHSG. BEI berencana mengadakan pertemuan dengan pelaku pasar dan OJK untuk mencari solusi jangka pendek. Analis memprediksi koreksi IHSG masih berlanjut, dengan potensi menguji level support di kisaran Rp6.269-Rp6.399.

Meski di tengah tekanan global dan domestik, analis menyarankan investor jangka panjang untuk memanfaatkan momentum ini sebagai kesempatan membeli saham di harga murah.

Namun, investor perlu selektif dan memperhatikan perkembangan makroekonomi serta laporan kinerja emiten.

Stabilitas ekonomi dan politik domestik yang terganggu, ditambah kondisi eksternal yang berat, membuat pasar Indonesia masih rentan terhadap volatilitas dalam waktu dekat. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Obligasi Rupiah Tertekan, Yield Naik Akibat Ketidakpastian Global dan Melemahnya Rupiah

Pada 1 Maret 2025, pasar obligasi rupiah mengalami tekanan signifikan, ditandai dengan naiknya yield (imbal hasil) Surat Utang Negara (SUN). Yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0104) naik 8 basis poin (bp) menjadi 6,83%, sementara yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0103) naik 5 bp menjadi 6,95%.

Kenaikan yield ini mencerminkan penurunan harga obligasi, yang dipicu oleh sentimen negatif dari pasar global dan melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

Rupiah melemah 0,3% ke level Rp16.550 per dolar AS, menambah tekanan pada pasar obligasi domestik.

Faktor eksternal, seperti kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok, serta ancaman tarif baru terhadap Uni Eropa, turut memperburuk sentimen investor.

Di sisi domestik, kekhawatiran atas stabilitas ekonomi dan politik Indonesia juga menjadi beban tambahan.

Meskipun Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi untuk menstabilkan pasar, volume transaksi obligasi pemerintah turun menjadi Rp28,5 triliun dari Rp31,1 triliun di hari sebelumnya. Hal ini menunjukkan penurunan minat investor.

Dengan kondisi ini, pasar obligasi rupiah diperkirakan masih akan menghadapi volatilitas dalam waktu dekat, terutama jika ketidakpastian global dan domestik terus berlanjut. Investor disarankan untuk tetap waspada dan memantau perkembangan kebijakan perdagangan AS serta data ekonomi domestik. (tanamduit)

Rupiah Meneruskan Pelemahan, Perang Dagang Trump dan Arus Modal Keluar Bikin Pasar Kacau

Rupiah mencatat pelemahan terburuk sejak Oktober 2024, ditutup di level Rp16.580/US$ pada Jumat (28/2/2025), melebihi rekor terendah saat pandemi Covid-19.

Dalam sepekan, rupiah melemah 1,69%, menjadi mata uang terburuk di Asia setelah won Korea Selatan. Pelemahan ini dipicu oleh penguatan dolar AS yang melonjak ke level 107,3, didorong oleh kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump terhadap Tiongkok, Meksiko, dan Kanada.

Ketidakpastian global membuat investor beralih ke aset safe haven seperti dolar AS, meninggalkan mata uang dan pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia.

Perang dagang AS-Tiongkok semakin memanas setelah Trump mengumumkan tarif tambahan 10% untuk impor Tiongkok, efektif mulai 4 Maret.

Tiongkok mengancam akan membalas kebijakan ini, memperbesar ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Kebijakan tarif Trump juga ditujukan untuk mengatasi aliran obat-obatan terlarang dari Amerika Utara, menambah tekanan pada pasar global.

Sentimen negatif ini memicu arus keluar modal asing dari pasar saham Indonesia, dengan dana asing melepas saham senilai US$446,3 juta dalam sebulan terakhir.

IHSG terpuruk ke level terendah dalam lima tahun, turun lebih dari 20% dari puncaknya pada September 2024.

Arus keluar modal juga terjadi di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dengan penurunan posisi asing sebesar Rp9,7 triliun sejak Januari.

Namun, di pasar surat utang, minat asing masih bertahan, dengan kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) meningkat Rp11,52 triliun pada Februari. Meski demikian, ketidakpastian global dan tekanan perang dagang membuat pasar Indonesia tetap rentan terhadap volatilitas. (Bloomberg Technoz)

Harga Emas Melorot, Dolar Kuat dan Tarif Trump Bikin Harga Tertekan

Harga emas turun ke USD2.850 per ons pada Jumat (28/2/2025), menuju penurunan mingguan terbesar sejak November.

Tekanan utama datang dari penguatan dolar AS dan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) hanya akan memotong suku bunga dua kali tahun ini, karena inflasi AS tetap di atas target 2%.

Data terbaru menunjukkan indeks harga Personal Consumption Expenditure (PCE) naik 0,3% secara bulanan pada Januari lalu, sementara tingkat tahunannya turun menjadi 2,5%.

Namun, belanja konsumen turun 0,2%, penurunan pertama dalam hampir dua tahun, meskipun pendapatan melonjak 0,9%.

Kebijakan perdagangan AS juga menambah tekanan pada emas.

Presiden Donald Trump mengonfirmasi tarif 25% untuk barang-barang Meksiko dan Kanada yang akan berlaku pada 4 Maret, serta bea tambahan 10% untuk impor Tiongkok. Tak hanya itu, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif 25% untuk barang-barang Uni Eropa.

Untuk minggu ini, emas kehilangan 2,7%, menghentikan rally delapan minggu berturut-turut. Meski demikian, harga emas masih naik 1,4% pada Februari, menunjukkan ketahanan relatif di tengah ketidakpastian global. (Trading Economics)

Yield Obligasi US Treasury Turun, Tarif Trump dan Kekhawatiran Pertumbuhan Bikin Pasar Resah

Jumat (28/2/2025), imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS 10 tahun turun ke 4,25%, level terendah dalam lebih dari dua bulan. Penurunan ini didorong oleh kekhawatiran investor terhadap tarif impor dan pemotongan belanja pemerintah, yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.

Data terbaru menunjukkan pengeluaran pribadi di AS turun tak terduga pada Januari, meski pendapatan melonjak. Indeks harga PCE inti dan utama naik sesuai ekspektasi, memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memotong suku bunga dua kali tahun ini.

Presiden Donald Trump memperburuk ketidakpastian dengan mengumumkan tarif 25% untuk barang-barang Eropa dan mengonfirmasi tarif serupa untuk Meksiko dan Kanada.

Selain itu, Trump juga menegaskan kembali komitmennya untuk menyeimbangkan anggaran AS, meski defisit saat ini mencapai 7% dari PDB. Hal ini memicu ekspektasi pemotongan belanja publik yang agresif, yang turut menekan yield obligasi.

Kombinasi antara kekhawatiran pertumbuhan ekonomi dan kebijakan perdagangan yang agresif membuat pasar obligasi AS tetap dalam tekanan. (Reuters)

Ulasan:

  • Volatilitas harga saham dan obligasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama dari masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang USD sehingga investor global lebih memilih berinvestasi di pasar AS.
  • Diturunkannya peringkat saham Indonesia oleh MSCI dari Equal Weight menjadi Under Weight turut menekan harga saham Indonesia.
  • Data terakhir ekonomi AS, yaitu melemahnya Purchasing Managers’ Index yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas produksi atau jasa, membuat investor menduga bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan melambat. Namun, tingginya inflasi dan melemahnya penjualan ritel memberikan sinyal yang mixed mengenai arah suku bunga. Tingginya inflasi akan membuat suku bunga USD tetap tinggi. Namun, melemahnya penjualan ritel yang menggambarkan turunnya daya beli masyarakat memberi sinyal bahwa US Fed perlu menurunkan suku bunga untuk meningkatkan daya beli.
  • Kebijakan tarif Trump membuat harga obligasi US menjadi volatil. Selanjutnya, hal ini akan membuat harga obligasi rupiah juga volatil, serta menekan mata uang rupiah.
  • Harga emas masih berpotensi naik, karena pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral utama dunia masih akan berlangsung sebagai usaha untuk diversifikasi portofolio cadangan devisa selain obligasi US Treasury.

    Rekomendasi:

    A. Untuk Investor Reksadana

    1. Tetap Tenang dan Jangan Panik Jual: Volatilitas pasar seringkali bersifat sementara. Jangan terburu-buru menjual reksadana Anda hanya karena pasar sedang turun. Fokuslah pada tujuan investasi jangka panjang.

    2. Diversifikasi Portofolio: Pastikan portofolio reksadana anda terdiversifikasi dengan baik. Untuk jangka pendek, tempatkan dana anda di reksadana pasar uang. Untuk jangka menengah, tempatkan di reksadana pendapatan tetap. Untuk jangka panjang, tempatkan di reksadana saham, indeks saham, dan campuran. Diversifikasi membantu mengurangi risiko saat salah satu aset tertekan.

    3. Manfaatkan Dollar-Cost Averaging (DCA): Jika Anda memiliki dana tambahan, pertimbangkan untuk terus berinvestasi secara rutin, misalnya setiap bulan setelah menerima uang gajian. Strategi ini membantu mengurangi dampak volatilitas pasar dengan membeli lebih banyak unit saat harga rendah.

    4. Pantau Reksadana dengan Risiko Rendah: Jika Anda lebih konservatif, alihkan sebagian dana ke reksadana pendapatan tetap atau pasar uang yang lebih stabil. Terutama, jika Anda khawatir dengan gejolak pasar saham.

    5. Evaluasi Kinerja Manajer Investasi: Periksa kinerja reksadana Anda dibandingkan dengan benchmark-nya. Jika kinerjanya konsisten buruk, pertimbangkan untuk beralih ke reksadana lain dengan manajer investasi yang lebih handal.

     

    B. Untuk Investor Emas

    1. Jadikan Emas sebagai Lindung Nilai: Emas adalah aset safe haven yang baik untuk melindungi portofolio dari inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Meski harganya turun sementara, emas tetap relevan dalam jangka panjang.

    2. Manfaatkan Harga Turun untuk Akumulasi: Jika Anda percaya pada prospek jangka panjang emas, penurunan harga saat ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli lebih banyak dengan harga lebih murah.

    3. Batasi Eksposur: Jangan menempatkan seluruh portofolio Anda di emas. Alokasikan hanya 5-10% dari total portofolio untuk emas sebagai lindung nilai.

    4. Pantau Kebijakan The Fed dan Dolar AS: Harga emas sangat dipengaruhi oleh suku bunga AS dan kekuatan dolar. Jika The Fed memotong suku bunga atau dolar melemah, emas cenderung menguat.

     

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile