Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 25 Februari 2025

tanamduit Breakfast News: 25 Februari 2025

oleh | Feb 25, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Tertekan Saat Danantara Resmi Diluncurkan.
  • Harga Surat Utang Negara Melemah.
  • Harga Emas Dekati Rekor Baru, Ketidakpastian Ekonomi Memicu Permintaan.
  • Rupiah Menguat Setelah Peluncuran Danantara.
  • Yield Obligasi US Treasury Turun Karena Data Ekonomi AS Menunjukkan Pelemahan.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 24 Februari 2025.

data-market-update-25-februari

IHSG Tertekan Saat Danantara Resmi Diluncurkan

Senin (24/2/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,78% di level 6.749,60 setelah sempat menguat sebelumnya.

Pelemahan ini terjadi bersamaan dengan peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara, yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi Indonesia.

Namun, beberapa saham besar seperti Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Mandiri (BMRI) mengalami penurunan, akibat tekanan dari berlanjutnya aksi jual oleh investor asing.

Selama perdagangan, jumlah saham yang turun mencapai 351. Hanya 223 saham yang berhasil menguat. Investor asing juga melakukan net sell yang  signifikan sebesar Rp3,47 triliun.

Dengan total kapitalisasi pasar yang turun ke Rp11.689 triliun, ketidakpastian di pasar masih dirasakan.

Analis menyebutkan bahwa momentum penurunan ini juga dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap dampak kebijakan tarif baru dari Presiden Trump yang mengancam pertumbuhan ekonomi global.

Meskipun ada kekhawatiran, peluncuran Danantara diharapkan dapat menstabilkan dan meningkatkan dana investasi di Indonesia, dengan komitmen untuk bebas dari korupsi.

Para pelaku pasar kini menantikan realisasi dan kontribusi dari BPI Danantara dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Harapan akan pertumbuhan ekonomi domestik dan pengelolaan dana yang lebih baik tetap menjadi fokus utama bagi investor di tengah fluktuasi pasar. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia, Bisnis)

Harga Surat Utang Negara Melemah

Pada perdagangan hari Senin (24/02/2025), harga Surat Utang Negara (SUN) sedikit melemah, dengan beberapa seri menunjukkan peningkatan yield.

Yield untuk SUN Benchmark 5-tahun naik menjadi 6,53%, dan 10-tahun menjadi 6,77%.

Meskipun ada penurunan pada harga, tingkat yield curve SUN 10-tahun tetap dalam kisaran yang diperkirakan. Hal ini menunjukkan stabilitas pasar meskipun ada beberapa fluktuasi.

Volume transaksi SUN secara outright tercatat sebesar Rp16,6 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Rp37,9 triliun pada hari sebelumnya.

SUN seri FR0104 dan FR0087 menjadi yang teraktif di pasar sekunder. Volume transaksi masing-masing seri  mencapai Rp2,8 triliun dan Rp1,5 triliun.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis dari Rp16.313 menjadi Rp16.278.

Meskipun ada beberapa tanda positif, indikator global menunjukkan sentimen yang campur aduk, dengan yield US Treasury juga mengalami penurunan.

Namun, Credit Default Swap (CDS) Indonesia mengalami peningkatan, yang menunjukkan adanya kekhawatiran di pasar.

Dari analisis yang dilakukan, ada potensi peningkatan volatilitas harga dan yield pada instrumen SBN berdenominasi rupiah, yang harus diperhatikan oleh para investor. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Dekati Rekor Baru, Ketidakpastian Ekonomi Memicu Permintaan

Senin (24/02/2025) kemarin, harga emas naik mendekati rekor tertinggi baru, dengan harga spot mencapai USD2.950 per ons.

Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan permintaan untuk aset safe haven akibat ketidakpastian ekonomi di AS dan rencana tarif perdagangan yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump.

Emas berjangka untuk bulan April juga mengalami kenaikan, mencapai USD2.956,26 per ons. Hal ini mencerminkan tingginya minat investor terhadap emas.

Ketidakpastian ekonomi diperburuk oleh serangkaian data yang menunjukkan perlambatan, termasuk data Purchasing Managers’ Index (PMI) yang lebih lemah dan penurunan sentimen konsumen.

Kini, pasar menantikan rilis data penting mengenai inflasi, yaitu Indeks Personal Consumption Expenditure (PCE), dan estimasi kedua untuk produk domestik bruto kuartal keempat tahun 2024. Data ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi ekonomi AS.

Di sisi lain, kepemilikan SPDR Gold Trust, yang merupakan ETF emas terbesar di dunia, telah meningkat menjadi 904,38 ton, level tertinggi sejak Agustus 2023.

Meskipun tekanan inflasi diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan terendah sejak Juni tahun lalu, banyak ekonom percaya bahwa Federal Reserve akan mengambil sikap “berhati-hati” dan menunda pemotongan suku bunga.

Hal ini menciptakan harapan dan kecemasan di pasar, yang mempengaruhi keputusan investasi ke depannya. (Investing, Trading Economics)

Rupiah Menguat Setelah Peluncuran Danantara

Rupiah menguat di posisi Rp16.278 per dolar AS pada perdagangan Senin (24/2/2025) setelah Presiden Prabowo Subianto resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

Penguatan ini mencapai 0,21% dari sesi sebelumnya, sementara indeks dolar AS melemah 0,10%.

Selain rupiah, sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia juga mengalami penguatan, menunjukkan sentimen positif di pasar regional.

Dalam peluncurannya, Prabowo menyatakan Danantara akan mengelola dana awal sebesar Rp300 triliun, atau sekitar USD20 miliar, hasil dari efisiensi anggaran pemerintah.

Dana ini akan diinvestasikan dalam lebih dari 20 proyek nasional yang berfokus pada industrialisasi dan hilirisasi, termasuk proyek-proyek mineral seperti nikel dan tembaga, serta pengembangan kecerdasan buatan dan energi terbarukan.

Dengan langkah ini, para analis memperkirakan bahwa meskipun ada fluktuasi yang mungkin terjadi, rupiah tetap akan berfungsi sebagai alat stabilisasi dalam perdagangan ke depannya. (Bisnis)

Yield Obligasi US Treasury Turun Karena Data Ekonomi AS Melemah

Pada hari Senin (24/2/2025), imbal hasil (yield) obligasi US Treasury terus mengalami penurunan akibat data ekonomi yang menunjukkan perlambatan ekonomi AS.

Investor mencermati bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin akan memotong suku bunga lebih dari sekali tahun ini.

Penurunan ini menandai perubahan dari tren penguatan ekonomi sebelumnya setelah pertemuan Fed pada bulan Desember.

Dengan imbal hasil 10 tahun yang turun menjadi 4,390% dan imbal hasil 2 tahun di 4,166%, banyak yang menunggu perkembangan terbaru tentang ekonomi AS.

Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) stabil di sekitar 106,6 setelah sebelumnya turun ke level terendah dalam dua bulan.

Investor tetap waspada setelah laporan S&P Global PMI menunjukkan adanya kontraksi tak terduga di sektor jasa, meskipun pertumbuhan di sektor manufaktur meningkat.

Kenaikan harga input dan ekspektasi yang melemah membuat risiko terhadap prospek ekonomi AS meningkat. Hal ini mendorong para pedagang untuk mempertimbangkan kemungkinan penurunan suku bunga oleh Fed.

Ke depan, pasar menantikan rilis laporan ekonomi penting, seperti inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) dan estimasi pertumbuhan ekonomi untuk kuartal pertama 2025.

Komentar dari pejabat Fed juga diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang kebijakan bank sentral yang akan datang. Hal ini akan menciptakan kerangka kerja bagi pelaku pasar dalam mengambil keputusan investasi. (Market Watch, Trading Economics)

 

Ulasan

  • Volatilitas harga saham dan obligasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama dari masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang USD sehingga investor global lebih memilih berinvestasi di pasar AS.
  • Data terakhir ekonomi AS, yaitu melemahnya Purchasing Managers’ Index yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas produksi atau jasa, membuat investor menduga bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan melambat. Namun, tingginya inflasi dan melemahnya penjualan ritel memberikan sinyal yang mixed mengenai arah suku bunga. Tingginya inflasi akan membuat suku bunga USD tetap tinggi. Namun, melemahnya penjualan ritel yang menggambarkan turunnya daya beli masyarakat memberi sinyal bahwa US Fed perlu menurunkan suku bunga untuk meningkatkan daya beli.
  • Walaupun kebijakan kenaikan tarif oleh Trump ditunda hingga 1 April 2025, hal ini tetap membuat ekonomi global menjadi sulit diprediksi.
  • Ketidakpastian ekonomi global akan membuat volatilitas di yield obligasi US Treasury. Selain itu, US Dollar Index juga masih akan cukup tinggi sehingga akan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS volatile. Demikian pula harga saham dan yield obligasi rupiah.
  • Harga emas masih berpotensi naik, karena pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral utama dunia masih akan berlangsung sebagai usaha untuk diversifikasi portofolio cadangan devisa selain obligasi US Treasury.

    Rekomendasi

    • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
    • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
    • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile