Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 24 Februari 2025

tanamduit Breakfast News: 24 Februari 2025

oleh | Feb 24, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG naik, namun indeks IDX30, SRI-Kehati, dan Bisnis27 tertekan.
  • Penjualan ORI027 pecahkan rekor! Investasi ritel jadi favorit di tengah pasar lesu.
  • Imbal hasil US Treasury turun, dipicu oleh data ekonomi AS terakhir.
  • Harga emas turun namun “bersiap” menguat, ancaman tarif Trump picu permintaan.
  • Saham AS melemah, data ekonomi buruk picu kekhawatiran investor.

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 21 Februari 2025.

data-market-update-24-februari

 

IHSG Naik, Namun IDX30, SRI-Kehati dan Bisnis27 Tertekan

Jumat (21/2/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,22%, berkat kinerja saham-saham seperti BREN, TPIA, dan DCI yang mencatatkan kenaikan signifikan.

IHSG menunjukkan tren positif dengan penutupan di level 6.803 dan rata-rata volume transaksi yang mencapai Rp12,68 triliun. Namun, indeks IDX30, SRI-Kehati, dan Bisnis27 justru mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh pelemahan saham-saham berkapitalisasi besar yang mendominasi ketiga indeks tersebut, seperti saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI).

Penurunan yang terjadi pada ketiga indeks ini berbeda dengan kinerja IHSG yang dipengaruhi oleh beberapa emiten yang tidak termasuk dalam indeks tersebut. Contohnya, BBRI turun 0,51%, BMRI -1,46%, dan BBNI -3,59% yang merupakan faktor utama penyebab turunnya IDX30, SRI-Kehati, dan Bisnis27 dengan masing-masing penurunan -0,65%, -1,02%, dan -0,60%.

Dengan ketahanan pasar yang terus diuji dan aliran dana asing yang terus keluar yang umumnya menjual saham-saham big caps, investor perlu memperhatikan perkembangan ini agar tidak kehilangan peluang investasi.

Sementara itu, berita positif juga datang dari neraca pembayaran Indonesia yang mencatat surplus USD7,9 miliar pada triwulan IV 2024, yang menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian pasar global.

Selain itu, harapan akan kesepakatan perdagangan antara AS dan China memberikan sedikit optimisme bagi pasar.

Namun, para pelaku pasar tetap waspada terhadap risiko yang ada, terutama terkait dengan inflasi dan kebijakan suku bunga yang diperoleh dari keputusan Bank Indonesia dalam waktu dekat. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia, Bisnis, IDX)

Penjualan ORI027 Pecahkan Rekor, Investasi Ritel Jadi Favorit di Tengah Pasar Lesu

Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI027 mencetak rekor penjualan tertinggi sepanjang sejarah dengan total pemesanan mencapai Rp37,42 triliun pada tanggal 20 Februari 2025.

Kenaikan minat ini terjadi di tengah lesunya pasar saham, yang terlihat dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebanyak 0,1% di tanggal 20 Februari.

ORI027 menawarkan kupon yang menarik, yaitu sebesar 6,65% untuk tenor 3 tahun (ORI027-T3) dan 6,75% untuk tenor 6 tahun (ORI027-T6).

Banyak investor yang beralih ke ORI027 setelah obligasi ritel sebelumnya, ORI026, tidak mencapai target kuota nasional.

Tingginya permintaan untuk SBN ritel dilatarbelakangi oleh kondisi pasar yang tidak menentu, sehingga obligasi ritel seperti ORI027 menjadi pilihan investasi yang lebih aman dan terukur.

Selain itu, banyak obligasi ritel lain yang sudah jatuh tempo, mendorong investor untuk mengalihkan dananya ke ORI027.

Melansir dari Bisnis, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto, mencatat bahwa investasi di ORI027 semakin menarik seiring dengan pendalaman pasar yang berkelanjutan, dan proyeksi penerbitan SBN ritel ke depan yang terlihat menjanjikan.

Meskipun demikian, di tengah peluang baik investasi ORI027, terdapat tantangan yang perlu diwaspadai, seperti perubahan harga di pasar sekunder yang dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro dan tren suku bunga.

Namun, minat masyarakat yang meningkat terhadap instrumen ini menunjukkan adanya potensi besar untuk pertumbuhan di pasar obligasi ritel Indonesia. (Bisnis)

Imbal Hasil US Treasury Turun Dipicu Oleh Data Ekonomi AS Terakhir

Jumat (21/2/2025), imbal hasil (yield) obligasi US Treasury turun signifikan, atau dengan kata lain terjadi kenaikan harga obligasi.

Obligasi jangka pendek mencatatkan penurunan satu hari terbesar sejak Januari. Penurunan ini disebabkan oleh serangkaian data ekonomi terbaru yang menimbulkan keraguan tentang kekuatan ekonomi AS, sehingga memperburuk aksi jual di pasar saham dan memicu investor untuk mencari tempat yang aman, seperti pasar obligasi.

Data yang mengecewakan termasuk PMI layanan yang turun ke 49,7, memasuki wilayah kontraksi, dan sentimen konsumen yang semakin pesimis tentang prospek ekonomi.

Selain itu, penurunan penjualan rumah pada bulan pertama tahun 2025 juga menandakan adanya tantangan bagi pembeli yang berjuang dengan suku bunga hipotek yang tinggi.

Meskipun imbal hasil Treasury turun, persentase imbal hasil tetap berada dalam rentang yang stabil sejak Februari.  Namun, obligasi 10 tahun ditutup di level terendah sejak 5 Februari.

Para ekonom memperingatkan bahwa jika konsumen menolak harga yang lebih tinggi, ekonomi AS dapat menghadapi risiko serius yang dapat mempercepat penurunan. (Market Watch)

Harga Emas Turun Namun “Bersiap” Menguat, Ancaman Tarif Trump Picu Permintaan

Jumat (21/2/2025), harga emas turun dari rekor tertinggi pada perdagangan Asia, namun tetap bersiap untuk menguat kembali.

Penurunan ini dipicu oleh ancaman tarif perdagangan baru dari Presiden AS, Donald Trump, yang meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset aman.

Meskipun ada penurunan dalam nilai dolar, kekhawatiran mengenai kesehatan ekonomi AS, terutama terkait pengeluaran konsumen, berimbas pada prospek emas.

Selain itu, lemahnya data penjualan ritel dan hasil yang kurang menggembirakan dari raksasa ritel Walmart juga menambah tekanan.

Lebih lanjut, meski turun sebesar 0,5% menjadi USD2.925 per ons, harga emas masih mengarah pada kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut, dengan perkiraan kenaikan sekitar 1,6%.

Kenaikan harga emas didorong oleh ketidakpastian yang muncul akibat kebijakan tarif Trump, termasuk ancaman tarif 25% terhadap mobil, farmasi, semikonduktor, dan kayu, yang berlaku pada awal April.

Ancaman ini memicu kekhawatiran akan perang dagang global, yang semakin meningkatkan permintaan emas sebagai tempat berlindung yang aman, menjadikannya instrumen yang menarik bagi para investor di tengah ketidakpastian ekonomi. (Investing)

Saham AS Melemah, Data Ekonomi Buruk Picu Kekhawatiran Investor

Jumat (21/2/2025), saham AS merosot tajam, akibat data ekonomi yang menimbulkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi dan terus meningkatnya inflasi.

Indeks S&P 500 turun sebesar 1,7%, Nasdaq 100 merosot 2,1%, dan Dow Jones turun 1,69%, mencatat kerugian terbesar tahun ini.

Salah satu penyebab utama penurunan ini adalah anjloknya saham UnitedHealth sebesar 7,2%, setelah terungkap bahwa Departemen Kehakiman tengah menyelidiki praktik penagihan Medicare perusahaan tersebut.

Sentimen konsumen juga menunjukkan penurunan. Indeks Universitas Michigan turun menjadi 64,7, mencerminkan kekhawatiran yang meningkat tentang inflasi, yang kini diperkirakan akan mencapai 4,3% dalam setahun ke depan.

Penurunan ini mengikuti prospek mengecewakan dari Walmart dan kekhawatiran lebih luas terkait dampak kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden Trump.

Secara keseluruhan, dalam minggu ini, S&P 500 turun 1,6%, sementara Dow dan Nasdaq mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,5% dan 2,4%. (Trading Economics)

Ulasan

  • Volatilitas harga saham dan obligasi lebih disebabkan oleh faktor eksternal, terutama dari masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang USD sehingga investor global lebih memilih berinvestasi di pasar AS.
  • Data terakhir ekonomi AS yang menunjukkan masih tingginya inflasi dan melemahnya penjualan ritel, memberi sinyal mixed terhadap arah suku bunga. Sebab, tingginya inflasi berpotensi membuat suku bunga USD masih tetap tinggi. Namun, melemahnya penjualan ritel menggambarkan turunnya daya beli masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa US Fed perlu menurunkan suku bunga untuk menaikkan daya beli.
  • Meski kebijakan kenaikan tarif oleh Trump ditunda hingga 1 April 2025, hal ini tetap membuat ekonomi global menjadi sulit diprediksi.
  • Ketidakpastian ekonomi global akan membuat volatilitas di yield obligasi US Treasury. Selain itu, US Dollar Index juga masih akan cukup tinggi sehingga akan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS volatile. Demikian pula harga saham dan yield obligasi rupiah.
  • Harga emas masih berpotensi naik, karena pembelian emas yang dilakukan oleh bank sentral utama dunia masih akan berlangsung sebagai usaha untuk diversifikasi portofolio cadangan devisa selain obligasi US Treasury.

    Rekomendasi

    • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
    • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
    • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile