Beranda » belajar » Investasi » Mengenal Risk Averse dan Perbedaannya Dengan Risk Taker

Mengenal Risk Averse dan Perbedaannya Dengan Risk Taker

oleh | Feb 15, 2023

Risk averse adalah suatu istilah yang mendefinisikan investor yang berinvestasi dengan risiko seminimal mungkin. Sesuai namanya, investor dengan strategi investasi seperti ini memiliki profil risiko konservatif sehingga menaruh uangnya pada produk rendah risiko saja.

Pada dasarnya, dalam dunia investasi, terdapat sebuah prinsip yang nggak dapat kita ganggu gugat, yaitu “high risk, high return”. Semakin tinggi potensi keuntungan, makin tinggi juga risiko dari investasinya. Sebaliknya, makin rendah risikonya, artinya semakin rendah juga potensi keuntungannya.

Yuk, kita bahas lebih lanjut mengenai istilah ini, contoh, cara kerja, hingga rekomendasi produk yang cocok untuk tipe investor ini pada artikel berikut!

Apa Itu Investor Risk Averse?

Istilah ini terbentuk dari dua kata, yaitu risk (risiko) dan averse (enggan). Artinya, investor dengan gaya berinvestasi seperti ini cenderung main aman untuk menghindari risiko kerugian dari aktivitas investasi yang dilakukannya.

Tipe investor seperti ini biasanya merasa nggak nyaman dengan pilihan investasi berisiko seperti saham dan kripto yang nilainya fluktuatif (naik-turun). Mereka cenderung main aman dengan menempatkan asetnya pada instrumen berisiko rendah seperti deposito, reksadana pasar uang, dan obligasi grade AAA.

Apa Perbedaan Risk Averse dan Risk Taker?

Kebalikan dari risk averse adalah risk taker. Sebagaimana namanya, para risk taker lebih suka memilih produk investasi berisiko tinggi dengan potensi keuntungan tinggi juga. Profil risiko mereka biasanya agresif sehingga umumnya menempatkan asetnya pada reksadana saham, saham, ataupun kripto.

Berbeda dengan investor risk averse yang cenderung menaruh uangnya pada instrumen aman seperti tabungan, deposito, atau berinvestasi pada instrumen pendapatan tetap. Artinya, investor mendapatkan return secara rutin setiap bulannya, contohnya seperti saat berinvestasi pada Surat Berharga Negara (SBN) ritel.

Contoh Investasi Risk Averse

Abi baru mau memulai investasi pertamanya dan menggunakan jasa konsultasi online dari seorang financial planner. Tingkat toleransinya terhadap risiko cukup rendah sehingga financial planner tersebut menyarankan Abi untuk menempatkan sebagian uangnya pada produk reksadana pasar uang dan sebagiannya lagi di Surat Berharga Negara.

Baca juga: Ketahui Pengertian dan Jenis SBN (Surat Berharga Negara)

Dengan strategi ini, Abi memang nggak akan mendapatkan pertumbuhan atau imbal hasil besar, tetapi ia bisa terhindar dari risiko naik-turunnya nilai suatu aset investasi.

Cara Kerja Risk Averse Investing

Istilah ini dapat berlaku pada situasi apapun, tetapi sering kali muncul di dunia finansial, khususnya investasi. Tipe investor satu ini akan mencari peluang investasi berisiko rendah untuk mengurangi potensi kerugian.

Sebagai konsekuensinya, mereka bersedia untuk mendapatkan tingkat pengembalian (return) yang rendah. Ada juga titik tertentu dalam perjalanan investasi seseorang yang membuat mereka cenderung untuk berinvestasi dengan less risk atau bahkan zero risk.

Sebagai contoh orang yang sudah dalam masa pensiun atau sebentar lagi pensiun. Jadi, saat sewaktu-waktu mereka membutuhkan dana investasinya, mereka bisa mencairkannya langsung secara utuh tanpa kehilangan modal investasinya sepeser pun.

Selain itu, strategi meminimalisir risiko seperti ini juga cocok untuk investor yang punya tujuan keuangan jangka pendek seperti beli laptop baru dan liburan ke luar kota.

Kelebihan dan Kekurangan Investasi Risk Averse

Risk averse adalah tipe orang yang mengedepankan rasa aman dari potensi kerugian. Gaya berinvestasi seperti ini tentu punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Berikut adalah kelebihan dan kekurangannya:

Kelebihan

  • Risiko lebih rendah, karena investor cenderung akan berhati-hati dalam menempatkan uangnya. Mereka nggak akan gampang tergiur dengan iming-iming imbal hasil tinggi dalam waktu singkat, karena berpotensi menjadi penipuan.
  • Bisa menghasilkan pendapatan tetap, karena biasanya para investor risk averse lebih menyukai instrumen yang memberikan tingkat pengembalian tetap/pasti seperti obligasi negara (Surat Berharga Negara) ritel.
  • Mudah dicairkan, jika sewaktu-waktu dananya kamu butuhkan untuk keperluan tertentu, bisa dicairkan kapan saja. Contoh instrumen investasi low risk yang dapat kamu jual kapan saja adalah adalah reksadana pasar uang (RDPU)

Kekurangan

  • Melewatkan peluang keuntungan besar, karena risky asset seperti reksadana saham, saham, dan kripto berpotensi memberikan keuntungan besar dalam jangka panjang di samping risikonya yang juga tinggi.
  • Kurang melatih kemampuan investasi, karena investor risk averse adalah tipe yang kurang menyukai tantangan dan cenderung memilih instrumen aman sehingga kemampuan investasinya kurang terasah.

Rekomendasi Produk Investasi yang Cocok Untuk Investor Risk Averse

Kalau kamu merupakan tipe orang yang akan menerapkan strategi risk averse, berikut adalah rekomendasi produk investasi yang cocok untukmu!

1. Reksadana Pasar Uang (RDPU)

Reksadana adalah salah satu produk investasi yang menjadi wadah bagi investor untuk berinvestasi bersama pada produk pasar modal. Kumpulan dana dari investor tersebut kemudian dikelola oleh seorang ahli, yaitu manajer investasi ke dalam portofolio efek seperti saham, deposito, dan obligasi.

RDPU adalah jenis reksadana yang mengalokasikan 100% dana kelolaannya pada instrumen pasar uang, yaitu deposito dan surat berharga/obligasi yang jatuh temponya <1 tahun. Baik deposito maupun obligasi yang jatuh temponya <1 tahun, risikonya sama-sama rendah.

Baca juga: Apa Itu Reksadana Pasar Uang? Yuk, Kenali Keuntungannya!

Meskipun produk RDPU berisi deposito, namun, imbal hasilnya relatif lebih tinggi dibandingkan kamu mendepositokan uang secara langsung, lho, di bank. Gampangnya, semisal bunga deposito 3% per tahun, nih. Lalu, kamu mendepositokan uang Rp10 juta selama setahun. 

Kira-kira, imbal hasilnya lebih besar mana dengan manajer investasi yang mendepositokan kumpulan dana kelolaan dari nasabah dengan jumlah miliaran, bahkan triliunan? Make sense, ya?

Selain itu, berinvestasi pada produk RDPU juga bisa dari nominal kecil, lho, mulai dari Rp10 ribu saja. Berbeda dengan deposito bank konvensional yang minimum setorannya mencapai jutaan Rupiah.

2. Deposito

Deposito adalah instrumen investasi yang dikeluarkan oleh perbankan dengan imbal hasil berupa bunga lebih tinggi dari tabungan biasa. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), deposito adalah jenis simpanan bank yang pencairannya dapat nasabah lakukan pada jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan bank.

Tenor deposito juga beragam, mulai dari 1, 3, 6, 12, hingga 24 bulan. Berbeda dengan RDPU yang bisa kamu cairkan kapan saja, pencairan deposito harus mengikuti tenornya. Semisal sewaktu-waktu nasabah terpaksa mencairkan depositonya sebelum jatuh tempo, bank penyedia akan mengenakan denda (penalti) sebesar 0,5–3% dari jumlah simpanan.

Meskipun begitu, produk simpanan bank satu ini tetap bisa menjadi salah satu alternatif investasi bagi investor risk averse.

Baca juga: Pengertian Deposito, Jenis-jenis, Keuntungan, dan Risikonya

3. Surat Berharga Negara (SBN) Ritel

Surat Berharga Negara (SBN) ritel adalah produk investasi yang negara terbitkan dengan tujuan membuka kesempatan untuk masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan negara.

Kalau kita bandingkan dengan dua produk lainnya, produk SBN punya risiko yang paling rendah, karena mendapat jaminan langsung oleh negara dan diatur langsung dalam Undang-undang.

Kupon (imbal hasil) dari investasi SBN akan dibayarkan langsung ke rekening investor secara berkala setiap bulannya. Tenor dari produk SBN cukup beragam, ada yang 2, 3, hingga 4 tahun. Pokok (dana yang kamu investasikan) akan pemerintah bayarkan lunas saat masa jatuh tempo nantinya.

Kamu bisa mengetahui lebih lanjut mengenai SBN di sini.

Kesimpulan

Pada dasarnya, setiap investor punya gaya dan strategi investasinya masing-masing. Investor risk averse adalah salah satunya. Gaya berinvestasinya bisa dibilang main aman, tetapi memang kenyataannya, produk investasi yang mereka pilih memang rendah banget risiko kerugiannya. Meskipun perlu kita ingat juga, imbal hasilnya juga rendah.

Di tanamduit, tersedia dua jenis produk yang cocok untuk para investor risk averse, yaitu reksadana pasar uang dan SBN. Nggak perlu repot pindah-pindah aplikasi, karena keduanya sudah ada di satu aplikasi, yaitu tanamduit!

Yuk, download tanamduit sekarang!

tanamduit Team

tanamduit adalah penyedia layanan investasi reksa dana, emas, SBN, dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile